Etika bisnis rumah sakit EKONOMI KESEHATAN
pendahuluan Dalam kegiatan yang berjalan bersama dengan industri farmasi dan berbagai industri penunjang pelayanan kesehatan, sistem manajemen rumah sakit berada pada dilema; apakah mengikuti pola seperti masa rumah sakit misionaris, atau berpindah ke sistem yang mencari keuntungan. Dalam hal ini timbul suatu keadaan yang relatif lebih sulit dikelola apabila sebagian input untuk produksi di rumah sakit bersifat mengutamakan profit, sementara rumah sakit berperilaku tidak untuk mencari keuntungan.
pendahuluan Secara praktis akan timbul keganjilan, misalnya di rumah sakit keagamaan, manajemen obat dan bahan habis pakai dilakukan berdasarkan kaidah memaksimalkan keuntungan sementara misi rumah sakit adalah menolong orang miskin. Andaikata rumah sakit menekan harga obat atau bahkan mensubsidi (menjual obat di bawah harga beli dari distributor), akhirnya rumah sakit keagamaan akan kesulitan membiayai pelayanan bagi orang miskin karena biaya faktor produksi tidak dapat ditekan dan tidak diperoleh subsidi. Hal ini terjadi pula pada rumah sakit pemerintah.
pendahuluan Apakah rumah sakit kemanusiaan akan berpindah menjadi lembaga usaha yang for-profit? Pertanyaan-pertanyaan ini memicu timbulnya perubahan di berbagai rumah sakit dari suatu lembaga sosial ke lembaga usaha.
ETIKA Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, Ethos, dalam bentuk tunggal, artinya adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik(K. Bertens, 2000)
ETIKA ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (KBBI) nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku (K. Bertens) Sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas standar moral dan penilaian. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab
ETIKA BISNIS Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal (Muslich, 2004). Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu atau-pun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum (Bertens, 2000).
ETIKA BISNIS Etika bisnis didefinisikan oleh Velasques (1998) sebagai studi mengenai standar moral dan bagaimana standar tersebut dipergunakan oleh (1) sistem dan organisasi pada masyarakat modern yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, serta (2) orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut. Dengan kata lain, etika bisnis adalah sebuah bentuk dari etika terapan. Etika bisnis tidak hanya menganalisis norma-norma dan nilai-nilai moral tetapi juga berusaha memberikan kesimpulan pada berbagai lembaga, proses teknologi, kegiatan, dan usaha yang sering disebut business. Definisi ini menyatakan bahwa etika bisnis mencakup lembaga dan orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Etika lembaga usaha Ketika membangun atau mengembangkan rumah sakit memang pasti ada harapan bahwa masyarakat akan menggunakan. Mereka tentunya sebagian besar adalah masyarakat yang sakit, walaupun saat ini berkembang berbagai pelayanan untuk orang sehat di rumah sakit. Mereka yang fanatik terhadap pelayanan kesehatan preventif menyatakan bahwa membangun rumah sakit adalah suatu kesalahan. Dalam hal ini seolah ada kubu yang pro pengembangan rumah sakit dan ada kubu yang menentangnya. Akan tetapi, data epidemiologi menunjukkan beberapa hal berikut:
Etika lembaga usaha 1. Ada keadaan di masyarakat yang sulit dicegah misalnya kecelakaan lalu lintas, trauma akibat kekerasan, penyakit degenerasi dan masalah kesehatan jiwa. Situasi ini muncul pada negara manapun, yang maju ataupun kurang maju. Berbagai masalah kesehatan untuk orang tua (Geriatri) timbul pada masyrakat maju
Etika lembaga usaha 2. Disamping itu, pola berpikir strategis berbasis demografi dan epidemiologi mendorong rumah sakit memberikan pelayanan preventif dan promotif. Saat ini semakin banyak rumah sakit yang menawarkan pelayanan kesehatan preventif. 3. Adanya pelayanan kesehatan jiwa yang semakin bervariasi, termasuk penanggulangan masalah narkotik dan obat berbahaya.
Etika lembaga usaha 4. Perkembangan pelayanan medik ke arah kosmetik menjadi semakin cepat karena masyarakat membutuhkan. Kelainan kulit seperti jerawat, bentuk tulang anak yang tidak normal, susunan gigi yang tidak baik, mampu menjadi pendorong masyarakat untuk mencari pelayanan rumah sakit. (Trisnantoro, 2005)
Etika lembaga usaha Dengan demikian, filosofi rumah sakit adalah bukan mengharapkan orang sakit, tetapi meningkatkan persiapan terhadap kemungkinan sakit dan meningkatkan kesehatan. Berpikir strategis ini akan membuat konsep rumah sakit yang hanya menangani masyarakat yang sakit akan menjadi hilang.
Etika lembaga usaha Seperti kecenderungan di berbagai negara, rumah sakit di Indonesia bergerak ke arah sistem manajemen berdasarkan konsep usaha yang mengarah pada mekanisme pasar dan prinsip efisiensi. Dalam transisi ini pertanyaannya adalah, apakah ada yang dirugikan? dan apakah ada pedoman etika yang dapat diikuti? Saat ini memang timbul kekhawatiran mengenai akibat negatif dari transisi rumah sakit ke arah lembaga usaha. Pertanyaan mengenai siapa yang dirugikan atas perkembangan ini perlu dibahas untuk mencari usaha mengatasinnya.
Etika lembaga usaha Pembahasan diawali dengan tinjauan konseptual mengenai dasar keadilan dalam peningkatan efisiensi. Dari pembahasan mengenai konsep dasar ini, berbagai ”kasus abu-abu” dalam rumah sakit dianalisis untuk mencari jawaban akan pertanyaan penting: adakah etika untuk bisnis di sektor rumah sakit? (Trisnantoro, 2004)
Etika lembaga usaha Tujuan penting dalam perubahan rumah sakit adalah peningkatan efisiensi dan jaminan bagi keluarga miskin untuk mendapatkan pelayanan rumah sakit. Dengan demikian, perubahan akan diukur dengan indikator ekonomi dan indikator lain termasuk fungsi sosial rumah sakit
Etika lembaga usaha Dalam hal ini, pernyataan Pareto (Friedman, 1985) perlu diperhatikan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perubahan kebijakan harus berprinsip pada tidak adanya kerugian terhadap satu orang atau satu lembaga pun. ”One allocation is defined as Pareto superior to another if and only if it makes at least one person better off and no one worse off”.
Healthcare is a unique Business Must balance the obligation to care for others with the necessity of making a profit as a business.
Conflict between Profit/Efficiency and Patient Care Ethical Concerns Conflict between Profit/Efficiency and Patient Care
ETIKA RUMAH SAKIT Etika rumah sakit adalah (salah satu) etika institusional dalam layanan kesehatan. Etika rumah sakit lebih jauh dipilah menjadi: (1) etika biomedik atau bioetika (bioethics); dan (2) etika manajemen yang lebih banyak terkait dengan aspek-aspek manajemen dan administrasi.
ETIKA RUMAH SAKIT Etika organisasi rumah sakit saat ini mengalami perubahan besar. Bentuk lama etika organisasi rumah sakit banyak bersandar pada hubungan dokter dan pasien dalam konteks sumpah dokter.
ETIKA RUMAH SAKIT Akan tetapi, etika organisasi rumah sakit saat ini banyak membahas norma-norma yang diacu dalam manajemen kegiatan sehari-hari di rumah sakit. Norma-norma ini mencerminkan bagaimana bisnis rumah sakit akan dijalankan sehingga pada akhirnya rumah sakit dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
ETIKA RUMAH SAKIT Etika rumah sakit di Indonesia diputuskan sebagai Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI) dirumuskan dan dibina oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan telah pula disahkan oleh Menteri Kesehatan dengan Surat Keputusan Nomor 924/ MENKES/ SK/ XII/ 1986. Tahun 1999 ERSI dikembangkan menjadi Kode Etik Rumah sakit di Indonesia (KODERSI)
ETIKA RUMAH SAKIT Pada Kodersi ini masih terjadi kebimbangan apakah rumah sakit sebagai lembaga usaha atau sosial. Mukadimah Kodersi menyebutkan sebagai berikut : ”Bahwa sejalan dengan perkembangan umat manusia, serta perkembangan tatanan sosio budaya masyarakat dan sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi suatu lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk”.
ETIKA RUMAH SAKIT Penggunaan kata unit sosio ekonomi merupakan hal yang tidak jelas karena istilah ini sebenarnya tidak dikenal dalam perundang-undangan ataupun dalam khasanah ilmiah bentuk kelembagaan. Istilah unit sosio ekonomi ini dapat ditafsirkan ke berbagai arti. Dalam penjelasan Pasal 16 Kodersi, unit sosio ekonomi diterangkan dengan model dalam konsep good corporate governance.
ETIKA RUMAH SAKIT Sebenarnya Kodersi sudah menggunakan beberapa konsep lembaga usaha tetapi tidak dirumuskan secara eksplisit sehingga Kodersi sebenarnya merupakan etika usaha pelayanan rumah sakit yang memiliki basis lembaga usaha.
ETIKA RUMAH SAKIT Dengan mengacu pada konsep bisnis yang baik maka diperlukan suatu etika bisnis sebagai komplemen etika profesional. Etika bisnis yang berdasar pada etika sosial (misalnya menurut Pareto) berusaha untuk menjaga sistem pelayanan kesehatan menjadi lebih baik dan melindungi mereka yang lemah.
Two Conflicting Goals of Doctors: Give Care vs Market Efficiency As Caregiver: provide a wide range of services, recommend the best treatments improve patients' quality of life As Efficiently keeping expenses to a minimum: limit the use of services increase efficiency shorten the time spent with each patient use specialists sparingly.
Managed healthcare plans Good of Patient vs ….. (1) the good of all the other patients served by the plan (2) the good of the plan and the organization themselves (3) the self-interest of the physician. from Edmund Pellegrino
Who are the Stakeholders for a Healthcare Organization? Stakeholder Theory: Who are the Stakeholders for a Healthcare Organization?
From Pat Werhane: “Business Ethics, Stakeholder Theory, and the Ethics of Healthcare in Organizations”
Physician’s Concerned Stakeholders: Patients: Fiduciary Relationship Hospital Pharm Reps
Insurance/HMO concerned stakeholders: Stockholders/ Participants (Costs) Patients (care) Healthcare industry (Doctors & Hospitals) (good working relationship)
Kasus Abu-abu di Rumah Sakit Mengenai pengaturan jumlah dokter dan penempatan. Penetapan tarif yang terlalu tinggi oleh spesialis. Co: di RS Berbasis keagamaan Hubungan dokter dengan industri farmasi merupakan keadaan yang diwarnai dengan berbagai motivasi ekonomi.
Kasus Abu-abu di Rumah Sakit Ketika tarif poli spesialis di rumah sakit pemerintah murah yang jasa mediknya rendah, maka terjadilah peresepan yang sangat tinggi dan menggunakan jasa apotek di luar rumah sakit Penjualan bahan dan alat yang diikutkan dengan pelayanan. Seorang keluarga pasien mengeluh karena operasi bedah tulang tidak dapat dilakukan sebelum pen-nya dibeli.
Kasus Abu-abu di Rumah Sakit Angka bedah caesar di sebuah rumah sakit sangat tinggi karena indikasi diperlonggar. Angka tersebut sangat tinggi karena memang pasien menginginkan bedah SC tanpa indikasi medik Lingkungan fisik lembaga pelayanan kesehatan. Hampir seluruh praktik bersalin, dokter, dan dokter gigi tidak memperhatikan masalah pencemaran lingkungan.
Kajian Etika Kasus Kasus 1 terkait dengan praktik-praktik kartel dan perilaku monopolistik. Kasus 2 dokter menetapkan tarif tinggi walaupun di rumah sakit keagamaan karena perilaku monopolistik dengan sifat supply tenaga spesialis yang inelastik
Kajian Etika Kasus Kasus ke-3 dan ke-4 yang dilakukan oleh Dokter akan meningkatkan biaya obat. Hal ini bertentangan dengan prinsip efisiensi. Praktik-praktik hubungan antara dokter dan perusahaan farmasi merupakan salah satu faktor penyebab tingginya harga obat di pasar produk. Di samping itu, hubungan semacam ini akan memicu supplier-induced-demand.
Kajian Etika Kasus Penjualan pen oleh dokter merupakan praktik tidak terpuji karena menghilangkan esensi dari hubungan kontraktual antara rumah sakit dan pasien bahwa dokter akan bertindak atas nama pasien. Di samping itu, kemungkinan (1) dokter bedah tulang mengambil keuntungan yang tidak sepatutnya dalam penjualan pen, karena ada faktor kerahasiaan antara pemasok pen dan dokter; dan (2) masalah penghindaran pajak akibat praktik jual beli yang tidak sepantasnya
Kajian Etika Kasus Kasus 6 merupakan salah satu dampak dari fenomena supplier induced-demand. Di beberapa rumah sakit angka kelahiran melalui bedah Caesar (bedah SC) dapat mencapai 50% dari seluruh jumlah kelahiran. Dalam hal ini berbagai pihak di rumah sakit menikmati adanya bedah SC
Kajian Etika Kasus Kasus 7, merupakan kebalikan dari tugas rumah sakit sebagai suatu lembaga yang seharusnya mampu memberikan eksternalitas positif (good-externalities) dengan menyembuhkan berbagai penyakit,khususnya penyakit menular. Apa yang terjadi justru semakin meningkatnya kemungkinan eksternalitas negatif (bad externalities) akibat rumah sakit mencemari lingkungan.
APAKAH ETIKA BISNIS DIPERLUKAN DI RUMAH SAKIT ?
APAKAH ETIKA BISNIS DIPERLUKAN DI RUMAH SAKIT ? Weber (2001) dalam buku berjudul Business Ethics in Health Care: Beyond Compliance berpendapat bahwa dalam menjalankan etika, lembaga pelayanan kesehatan harus memperhatikan tiga hal: (1) sebagai pemberi pelayanan kesehatan; (2) sebagai pemberi pekerjaan; dan (3) sebagai warga negara
APAKAH ETIKA BISNIS DIPERLUKAN DI RUMAH SAKIT ? Weber menyatakan bahwa 3 hal ini merupakan ciri-ciri organisasi pelayanan kesehatan yang membedakannya dengan perusahaan biasa. Dasar etika bisnis pelayanan kesehatan adalah komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan komitmen untuk menjaga hak-hak pasien.
APAKAH ETIKA BISNIS DIPERLUKAN DI RUMAH SAKIT ? Weber menyatakan bahwa 3 hal ini merupakan ciri-ciri organisasi pelayanan kesehatan yang membedakannya dengan perusahaan biasa. Dasar etika bisnis pelayanan kesehatan adalah komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan komitmen untuk menjaga hak-hak pasien.
APAKAH ETIKA BISNIS DIPERLUKAN DI RUMAH SAKIT ? Weber (2001) memberikan pernyataan bahwa etika bisnis rumah sakit adalah etika kelembagaan yang akan menjadi pedoman bagi berbagai profesional di rumah sakit. Dalam pembahasannya Weber (2001) lebih menekankan etika bisnis rumah sakit sebagai etika lembaga usaha dan etika individual di dalamnya.
APAKAH ETIKA BISNIS DIPERLUKAN DI RUMAH SAKIT ? Dengan demikian, etika bisnis rumah sakit tidak hanya terbatas pada mematuhi peraturan hukum, tidak terbatas pada etika profesional, ataupun pada etika klinik. Etika bisnis rumah sakit akan dipakai sebagai acuan bagi semua profesional yang berada di rumah sakit. Dalam hal ini tentunya etika bisnis rumah sakit tidak akan bertentangan dengan etika profesional yang ada. Bagi profesi manajer pelayanan kesehatan, etika bisnis rumah sakit akan menjadi pegangan dalam memutuskan atau menilai sesuatu hal. Berdasarkan buku Weber (2001) sebagian etika bisnis rumah sakit berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip ekonomi yaitu: biaya dan mutu pelayanan, insentif untuk pegawai, kompensasi yang wajar, dan eksternalitas.
Referensi Trisnantoro, Laksono. 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit Trisnantoro, Laksono. 2005. Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Bertens, K. 2000. Etika Ethics of the Business of Medicine. Weber, Leonard J. 2001. Business ethics in healthcare : beyond compliance