PENGERTIAN ETIKA ETIKA, berasal dari kata ethos, salahsatu cabang ilmu filsafat oksiologi yang membahas tentang: nilai keutamaan dan bidang estetika nilai-nilai keindahan, pemilihan nilai-nilai kebaikan. ETIK=ETIKA, ethics (Inggris) adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana manusia hidup dalam masyarakat Etika Bisnis 1.
Pilihan apa yang baik Apa yang buruk, Segala ucapan senantiasa harus berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan tentang perikeadaan hidup dalam arti yang seluas-luasnya. Emanuel Kant, mengajukan satu pertanyaan apa yang akan kita lakukan (sesuai dengan norma yang berlaku) Pertanyaan ini pada intinya ada suatu pilihan yang berarti adanya konsep nilai terhadap perbuatan yang akan kita lakukan.
PERAN ETIKA TUJUAN ETIKA Etika merupakan alat yang diberikan kepada seseorang yang mampu berfikir/menentukan sendiri. TUJUAN ETIKA Tujuan Etika adalah untuk “orientasi” ketika seseorang dihadapkan “hal” yang harus dia putuskan baik untuk menilai maupun bertindak.
Contoh: Ketika seseorang berdagang, ia harus mampu menentukan BAGAIMANA ? untuk mendapatkan keuntungan APAKAH ia harus ? menimbun barang terlebih dulu menjual dengan harga yang mahal mengoplos dengan kualitas rendah atau ia akan menjual barangnya dengan harga yang wajar Dalam keadaan demikian etika - lah yang memberikan orientasi bagaimana seseorang menentukan pilihan.
MANFAAT ETIKA Etika sangat diperlukan pada saat terjadi perubahan atau pergeseran nilai. Ketika masyarakat mengalami masa transisi dari suatu keadaan tertentu. Contoh: Etika diperlukan karena manusia mengalami keterbatasan untuk memahami ajaran agama Karena banyak dipengaruhi tradisi dan kebiasaan,
Dimana pada saat agama menghadapi persoalan untuk memahami pengendalian , Pada saat inilah etika diperlukan oleh manusia untuk menginterpretasikan manakah yang benar, manakah yang baik atau yang diperlukan. Contoh dalam bisnis : Monopoli barang ?
ETIKA DAN MORAL Etika tidak sama dengan moral. Orang yang baik etika-nya belum tentu moralnya baik. Setiap orang memiliki moralitas tetapi tidak berarti setiap orang memiliki etika. Moralitas, adalah segala macam pandangan atau norma-norma atau pendapat, kebiasaan, ajaran baik dan buruk sebagai manusia. Etika adalah ilmu atau filsafat tentang moralitas. Etika adalah pemikiran tentang moralitas.
Moral ada sangkut pautnya dengan baik-buruk, tetapi ukuran baik buruk itu tidak sederhana,mempunyai ukuran tertentu. Misalnya : Sebagai manusia yang baik, bukan diukur dari hal yang nyata/nampak, melainkan harus dilihat dari aspek nilai yang mempunyai jangkauan lebih luas dari sekedar jangkauan agama. Moral dapat bersumber pada agama (baik buruk menurut agama), dan kebiasaan sedangkan etika sebagai sesuatu hal yang lebih luas dari moral. (karena etika filsapat tentang moral).
Dengan demikian seseorang tidak cukup memahami tentang moral saja, tetapi harus menguasai etika dalam kehidupan bermasyarakat. Etika seseorang tidak hanya bermoral tetapi sebagai manusia yang luhur, berbudi, bijaksana dan berwelas asih.
Norma/kaidah Norma terdiri dari : Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan/kehidupan khusus. Misalnya dalam peraturan olah raga, pendidikan, sekolah; Norma umum bersifat lebih universal, terdiri dari norma sopan santun, norma hukum dan norma moral.
Norma sopan santun sama dengan norma etiket dimana norma ini yang mengatur perilaku dan sikap lahiriah manusia, misal: makan, berpakaian, duduk. Norma ini menyangkut tatacara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. Dan tidak mencakup baik buruknya seseorang; Norma hukum, norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat. Norma ini mencerminkan harapan, keinginan, dan keyakinan seluruh masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat diatur dengan baik;
Norma moral, aturan mengenai sikap perilaku manusia sebagai manusia. Norma ini mengatur tentang baik buruk, adil dan tidak adil tindakan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
Teori Etika Etika Deontologi, Deon (Yunani) berarti kewajiban. Oleh karena itu etika lebih menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Tindakan itu baik karena mempunyai nilai moral, Tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat tindakan itu.
Misalnya : Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya, Melainkan tindakan itu sejalan dengan kewajiban pelaku. Contoh memberikan pelayanan yang baik pada semua konsumen, mengembalikan utang sesuai kesepakatan. Dengan demikian etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku;
Etika teleologi, mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik. Misalnya: Mencuri tidak dapat dinilai buruk dan baik berdasarkan buruknya tindakan itu sendiri, Tetapi kalau tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Contoh: Tindakan seorang anak mencuri demi membayar pengobatan ibunya yang sakit parah, akan dinilai baik secara moral, terlepas dari kenyataan perbuatan itu secara legal dapat dihukum.
Bisnis dan Etika Bisnis adalah bisnis, bisnis tidak dapat dicampur adukan dengan etika. Ada anggapan bisnis adalah berbisnis bukan beretika. Ada mitos bisnis amoral, yang mengungkapkan keyakinan antara bisnis dengan moralitas dan etika tidak ada sangkut pautnya. Hal itu merupakan dua hal yang berbeda.
Bisnis dan Etika Menurut mitos : Kegiatan bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan, menjadi pusat perhatian bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual dan membeli barang dengan memperoleh keuntungan. Untuk menunjukkan bisnis amoral tersebut, bisnis diibaratkan sebagai permainan judi, yang dapat menghalalkan segala cara untuk menang, untuk memperoleh keuntungan. Untuk membuktikan bisnis dengan etika tidak ada hubungannya dapat dikemukakan bahwa:
Bisnis dan perjudian Bisnis seperti halnya judi, atau permainan pada umumnya, mengutamakan persaingan (kepentingan pribadi), Dalam bentuk persaingan dilakukan bermacam cara untuk bisa menang, dan cenderung menghalalkan segala cara.
Yang utama dalam bisnis bagaimana memenangkan persaingan yang ketat, dan bagaimana untung besar. Dengan demikian nilai- nilai dan norma-norma etika akan mudah diabaikan. Aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada dan dikenal dalam kehidupan sosial umumnya.
Seorang pebisnis yang masih mau memperhatikan aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan ditengah persaingan ketat.
Bisnis dan perjudian Dalam permainan (judi) ada aturan mainnya, ada kiat-kiat bisnis, dengan sendirinya praktek permainan tersebut diterima dan dibenarkan secara moral. Yang perlu diperhatikan pebisnis memperhatikan aturan hukum yang ada dan tidak perlu memperhatikan moral dan etika.
Etika dalam bisnis benarkan diperlukan? Mitos bisnis amoral tidak sepenuhnya benar. Bertentangan dengan pebisnis tulen yang bervisi ke depan dan jangka panjang. Misalnya IBM, 3M, Johnson and Johnson, yang memegang teguh komitmen moral. Argumennya adalah: Dalam bisnis orang dituntut berani bertaruh, mengambil resiko, berspekulasi, berani mengambil langkah2 strategis tertentu agar berhasil.
Etika dalam bisnis benarkan diperlukan? Yang dipertaruhkan dalam bisnis uang dan barang material, tidak cukup itu, tetapi “dipertaruhkan dirinya, nama baiknya, keluarga, hidupnya, karyawan dan keluarganya, dan nasib umat manusia”. Dimensi yang dipertaruhkan lebih luas dan dalam yang mempunyai bobot serta nilai yang hakiki.
Tidak semuanya benar bisnis sebagai permainan mempunyai aturan main sendiri yang berbeda sama sekali dengan dari aturan yang berlaku dalam kehidupan sosial. Bisnis adalah adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, Bisnis dilakukan oleh manusia dengan manusia yang berarti norma atau nilai-nilai yang baik terbawa dalam kehidupan bisnis;
Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas. Suatu praktek atau kegiatan mungkin dibenarkan secara legalitas. Contoh: praktek monopoli. Etika harus dibedakan dengan ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala, fakta yang berulang terus dan terjadi dimana-mana menjadi alasan yang sah menjadi kebiasaan yang berlaku universal. Dalam etika tidak demikian. Sogok, suap, KKN, monopoli, praktek yang berulangkali tidak dapat berlaku secara universal.
Kritik pedas, Pemberitaan semaunya saja, Surat pembaca yang komplin, Aksi protes yang mengecam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, dan lain-lain Mengindikasikan masih banyak orang dan kelompok masyarakat yang menghendaki dalam bisnis dijalankan secara baik dan tetap mengindahkan norma-norma moral. Misalnya: masalah lingkungan hidup, masalah hak konsumen, masalah buruh, masalah wanita, dan lain-lain
Dalam praktik seorang pebisnis lebih suka menggunakan / berhubungan dengan perusahaan yang baik kualitasnya dalam segala aspeknya.
TERIMA KASIH