SEJARAH PSIKOLOGI RENY YUNIASANTI
Teori pokok tentang timbulnya aliran-aliran baru dalam psikologi The Great Man Theory vs The “Zeitgeist” Theory. Dalam Teori Orang Besar (The Great Man Theory), timbulnya aliran baru karena lahir seorang tokoh besar yang membawa pandangan-pandangan baru, yang kemudian mendapat sambutan dan dukungan dari lingkungannya, sehingga menjadi tren jaman dan membawa perubahan serta timbullah aliran baru. Contoh Sigmund Freud dengan Psikoanalisanya. Dalam Teori Semangat Jaman (Zeitgeist = the Spirit of the Time), akhirnya lahirlah tokoh-tokoh yang dilahirkan oleh semangat jaman yang ingin memanusiakan manusia tersebut, seperti Carl Rogers, Abraham Maslow dan Viktor Frankl.
Ebbinghaus mengatakan : “Psychology has a long past, but only a short history”. Sudah mulai timbul beberapa abad sebelum Masehi, sewaktu jaman jayanya Filsafat Yunani, tapi psikologi diakui menjadi ilmu yang berdiri sendiri baru pada tahun 1879, jadi mempunyai sejarah yang pendek
PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT Dulunya para filsuf Yunani lebih memperhatikan bintang-bintang, gunung-gunung, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, tapi yang pertama-tama memperhatikan manusia adalah filsuf Socrates dengan kata-katanya: “Gnothi Seauthon !” (Know Thyself ! = Kenalilah Dirimu Sendiri !), maka perhatian filsuf mulai ditujukan pada diri sendiri, untuk mengenal diri sendiri, mengenal manusia, maka muncullah kemudian ilmu tentang manusia, tentang jiwa manusia atau Psyche-Logos, Psychology.
Plato membagi unsur-unsur manusia menjadi Materi dan Idea, Materi sebagai wadag akan rusak binasa, tapi Idea akan tetap abadi, dan kembali ke asalnya. Jadi yang langgeng adalah Idea, bukan Materi, maka pandangan Plato sering disebut sebagai Idealisme.
Aristoteles sebaliknya membagi unsur manusia menjadi Hule, berupa Potensi atau Bibit, dan Morphe atau Bentuk aktualisasinya. Bibit pisang akan melahirkan bentuk pohon pisang dan bukan pohon mangga. Maka pandangan Aristoteles ini sering disebut Hule-Morphisme, Potensi dan Aktualisasinya.
Thomas Aquinas menganggap filsafat hanyalah sebagai pembantu theologi, waktu itu jaman skolastik kekuasaan Gereja sangat dominan, semua pandangan harus disesuaikan dengan dogma gereja, di bidang ilmu lebih cenderung ke metode deduktif. Dari dogma yang diyakini lebih dulu, semua pandangan harus diselaraskan dengan dogma tersebut secara deduktif. Inilah jaman kegelapan bagi ilmu di Barat.
Francis Bacon yang melihat kemajuan ilmu di dunia Islam pada saat itu, kemudian membawa metode induktif untuk dipakai di dunia Barat. Ilmu jadi maju pesat. Penelitian-penelitian induktif diadakan secara meluas, timbul kesimpulan-kesimpulan atau dalil baru.
Rene Descartes Rene Descartes mula-mula mengalami keraguan dan kebimbangan, apa yang harus dipegang untuk mendapatkan kebenaran. Dia mengalami skeptisisme. Tapi waktu dia berpikir-pikir, mendadak timbullah pencerahan: “Cogito, Ergo Sum” (Saya berpikir, maka saya ada). Saya tahu saya ada karena saya berpikir, maka faktor berpikir atau Ratio ini merupakan faktor paling penting. Timbullah kemudian aliran rasionalisme, untuk mendapatkan kebenaran, alat utama adalah akal atau ratio. Hal-hal yang tidak rasional dianggap tidak benar.
John Locke John Locke menentang pandangan nativisme yang mengatakan bahwa manusia waktu lahir sudah membawa bakat-bakat tertentu. Menurut John Locke manusia waktu dilahirkan seperti “Tabula Rasa” (Papan Lilin atau Kertas yang masih putih polos), Empiri atau Pengalamanlah yang menulisi sehingga manusia berkembang seperti apa sesuai dengan pengalaman atau lingkungan yang “menulisi”nya. Lahirlah kemudian pandangan Empirisme. Empirisme mempengaruhi bidang ilmu dengan mengatakan bahwa kebenaran harus dapat dicek lewat pengalaman nyata, yang empiris itulah yang benar.
Auguste Comte Auguste Comte membagi pengetahuan manusia menjadi tiga tingkatan: 1. Theologi, kebenaran berasal dari kata-kata orang besar yang langsung dipercayai, tidak dicek lagi. 2. Filsafat, kebenaran dari kata-kata orang perlu dicek lebih dulu, dengan berpikir secara radikal. 3. Ilmu Positif, kebenaran harus dicek lebih dulu, terutama dengan indera. Ilmu yang ilmiah harus positif, datanya bisa diukur, dihitung, dan bisa dicek dengan indera. Maka lahirlah pandangan Positivisme. Untuk mempelajari manusia, maka yang dipelajari adalah bagian yang dapat diindera, berarti sisi material manusia saja, jiwa dan ruh hanyalah omong kosong.
2). PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FISIOLOGI Biologi dan kemudian Fisiologi berkembang pesat setelah Darwin mengajukan Teori Evolusinya. Dalam Fisiologi akhirnya dipelajari juga fungsi syaraf pusat yang terpengaruh kehendak manusia. Di samping penginderaan (sensation), mulai dipelajari pengamatan (perception). Di sinilah psikologi mulai tersentuh.
Fisiolog terkemuka, Wilhelm Wundt, mulai meneliti tentang pengamatan Fisiolog terkemuka, Wilhelm Wundt, mulai meneliti tentang pengamatan. Selain Perception, dia mengemukakan adanya Apperception, yaitu pengamatan dengan memfokuskan diri pada pusat pengamatan. Di samping lapangan pengamatan (Blick-Veld), terdapat pula titik pengamatan (Blick-Punkt). Di sini faktor kehendak atau jiwa manusia mulai berperan. Wundt kemudian mengadakan eksperimen-eksperimen yang lebih cenderung di bidang psikologi dan bukan lagi bidang fisiologi. Dan dialah yang pertama-tama berani memasang di pintu laboratorium eksperimennya dengan memakai label “Laboratorium Psikologi” ketika teman-temannya masih memakai “Laboratorium Fisiologi”. Dipasangnya kata-kata “Laboratorium Psikologi” pertama kali di Universitas Leipzig, Jerman, pada tahun 1879 inilah kemudian dijadikan tonggak sejarah mulai diakuinya psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
PSIKOLOGI DIAKUI SEBAGAI ILMU YANG BERDIRI SENDIRI Setelah psikologi diakui sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terlepas sebagai bagian dari filsafat dan terlepas pula sebagai bagian dari fisiologi, maka psikologi kemudian maju pesat. Kemudian mulai timbul aliran-aliran, pandangan-pandangan yang berbeda-beda dan saling bertentangan satu sama lain.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan Psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia. Tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Tahun berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan
Psikologi Fisiologis Fisiologi dipelopori oleh Johannes Muller di Berlin, Marshal Hall di London, dan Pierre Flourens di Paris. Mereka mempelajari tentang fungsi otak dan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia , dan mencoba menentukan letak daerah-daerah khusus dan mengembangkan “metode klinis” degan meneliti kerusakan otak menusia terganggu tingkah lakunya. Gustav Fritsch dan Eduard Hitzig (1870) meneliti tentang efek aliran listrik berdaya lemah, yang dialirkan pada bagian otak tertentu kemudian dilihat efeknya terhadap perilaku.
Psikologi Eksperimental Perjalanan sejarah perkembangan Psikologi tidak terlepas dari peran besar para ahli Psikologi di Jerman, hingga kemudian jerman dkatakan sebagai Ibu Psikologi. Tahun 1879, Wilhelm Wundt (1832-1920) bersama para asistennya yaitu Helmholtz, Weber, dab Fechner mendirikan sebuah laboratorium pertama yang mempelajari tentang tingkah laku manusia di Lipzig, Jerman, yang kemudian menandai lahirnya Psikologi sebagai ilmu yang mandiri, terpisah dari filsafat dan ilmu alam. Wundt adalah orang pertama yang mengenalkan istilah “Psikologi Eksperimental” dan mensosialisasikan ajaran instrospeksi, yaitu pemeriksaan keadaan mental diri sendiri. Ajaran Wundt banyak berpengaruh pada ahli-ahli Psikologi, seperti Ebbinghaus, Muller, Brentano, Stumpf, dan Kulpe.
Psikologi Strukturalisme Tahun 1893, Edrward Titchener 91867-1927), seorang murid Wundt yang sangat terkenal, mengembangkan Psikologi di Amerika Serikat dengan mendirikan Laboratorium di Cornell. Titshener mengaku bahwa meskipun ia adalah pengikut Wundt yang setia namun ia mengembangkan suatu pendekatan tersendiri. Pandanagan strukrualisme-nya berdasarkan pada hasil inrospeksi dan bersifat mekanistik, yaitu memilakh pengalaman manjadi unsure-unsur yang hanya memiliki makna bila bersatu (yang kemudian disetujui oleh para penganut gestalt). Struktualis juga mempermasalahkan tentang “apa” dan “di mana”dan menolak adanya Psikologi terapan. Aliran ini bertahan hingga 25 tahun dan berakhir ketika Titchener wafat(Benson & Grove, 2001 : 42-43).
Psikoanalisis Aliran Psikodinamika (1896) yang berarti “jiwa yang aktif”, dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Aliran ini pada pelaksanaannya sering menerapkan teori psikoanalisis sehingga kemudian banyak orang menyebutnya sebagai aliran Psikoanalisis. Istilah Psikoanalisis pertama kali digunkan oleh Freud. Istilah ini menggambarkan berbagai teori dan teknik yang digunakan untuk mencari dan menyebuhkan masalah mental manusia.
Behaviorisme Aliran Behaviorisme berakar dari pemikiran filosofis tentang asosiasinisme yang mempelajari cara pikiran saling berhubungan dan mencoba untuk menemukan “hukum” yang menggambarkan dan menjelaskan tingkah laku (Benson & Grove, 2001 : 60). Pokok ajaran behaviorisme adalah mengenai tingkah laku tanpa mengkaitkannya degnan konsep kesadaran atau mentalitas.
Psikologi Gestalt Psikologi Gestalt mengkaji masalah tingkah laku dan pengalaman sebagai kesataun totalitas. Ajarannya menyatakan bahwa melihat keseluruhan jauh lebih berarti daripada melihat bagian per bagian. Konstribusi terbesar dari aliran ini adalah di bidang persepsi dan belajar. Pemikir utama aliran ini adalah Max Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887-1967), dan Kurt Koffka (1886-1941) (Chaplin, 1997 : 208).
Humanistik Psikologi Humanistik berkembang dari fenomenologi. Aliran ini mengkaji masalah kesehatan mental, dengan segala atribut positifnya, seperti kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan, kebaikan, kasih saying, berbagi dan kedermawanan. Aliran ini banyak dikembangkan oleh Abraham Maslow (1908-1970) yang sangat terkenal dengan teori aktualisasi diri dan hierarki kebutuhan ; dan Carl Rogers (1902-1987) yang banyak membahas mengenai kepribadian yang sehat. (Benson & Grove, 2001 : 107-114)
Psikologi Masa Kini Perkembangan Psikologi dewasa ini diwarnai dengan semakin luasnya bidang kajian Psikologi hingga muncul “cabang-cabang” baru dalam ilmu ini. Di antaranya Psikologi Islami (atau ada yang menyebut Psikologi Islam), yang mencoba mengkaji Psikologi dengan landasan dan orientasi nilai-nilai Islam (Ancok dan Soeroso, 2001 : 139). Benson & Grove (2001) mencatat dua bagian baru dari Psikologi yang akihir-akhir ini sangat berpengaruh, yaitu Psikologi Kognitif dan Psikologi Kesehatan.
Psikologi Kognitif yang sering disebut sebagai ilmu kognitif, dipandang mampu menyelsaikan masalah dengan menerapkan hasil penelitiannya pada pemecahan masalah. Psikologi kesehatan merupakan penggunaan Psikologi yang relative masih baru bila dibandingkan dengan bagian-bagian Psikologi yang lain, terutama dalam bagian Psikologi Individual. Penggunaan yang terkait dalam hal ini adalah munculnya Psikologi Olahraga yang berisi motivasi, konsep diri, dan dinamika kelompok (Benson & Grove, 2001, : 168).
ALIRAN-ALIRAN UTAMA (MAZHAB) DALAM PSIKOLOGI 1). MAZHAB PERTAMA DALAM PSIKOLOGI: PSIKOLOGI DALAM a). Psikoanalisa Sigmund Freud, b). Psikologi Individual Alfred Adler, c). Psikologi Analitik Carl Gustav Jung, d). Neo-Freudian: - Karen Horney, - Erich Fromm, - William Stack Sullivan. e). Post-Freudian: John Bowlby, Anna Freud. 2). MAZHAB KEDUA DALAM PSIKOLOGI: BEHAVIORISME Watson, Pavlov, Skinner. 3). MAZHAB KETIGA DALAM PSIKOLOGI: PSIKOLOGI HUMANISTIK - Carl Rogers, - Viktor Frankl, - Abraham Maslow. 4). MAZHAB KEEMPAT DALAM PSIKOLOGI: PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
DAFTAR PUSTAKA Cortright, B. 1997. “Psychotherapy and Spirit; Theory and Practice in Transpersonal Psychotherapy”. State University of New York Press, New York. Dirgagunarsa, Singgih. 1978. “Pengantar Psikologi”. Penerbit Mutiara, Jakarta. Feldman, R.S. 1999. “Understanding Psychology”. McGraw-Hill College, Boston. Hjelle, L.A. & Ziegler, D.J. 1976. “Personality Theories – Basic Assumption, Research, and Application”. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Tokyo. Kohnstamm, Ph. & Palland,B.G. 1984. “Sejarah Ilmu Jiwa”. Disadur oleh: F.S. Juntak. Penerbit Jemmars, Yogyakarta. Masrun. 1972. “Aliran-aliran Psikologi”. Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Nawawi, K.S. et al. 2000. “Metodologi Psikologi Islami”. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Santrock, J.W. 2002. “Psychology: Essentials”. McGraw-Hill, Boston.
TUGAS E LEARNING Buatlah runtutan sejarah psikologis dalam sebuah alur atau bagan, beserta nama 2 tokoh yang berperan dominan dalam setiap tahapan sejarah psikologis Digambar dan ditulis dengan bolpoint (tidak diketik). Gambarlah dan buatlah bagan sebagus dan sekreatif mungkin pada kertas folio atau HVS. Dikumpulkan tanggal 12 Oktober 2014 TERIMA KASIH