Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
CARA KERJA MESIN HEMODIALISIS
Advertisements

KOMA UREMIKUM Darwis Dosen Jurusan Gizi
H E A R T F A I L U R E. My Heart………………… Heart Failure : tjd apabila cardiac output tdk mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun.
DIABETES MELLITUS.
KESEHATAN TENTANG DIARE.
SINDROM NEFROTIK IGNATIUS WARSINO.
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
Gagal Ginjal Oleh Nugroho.
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
KELOMPOK 6 B ARUHUL AMINI INTEN NUR RASADINA LICY MAYA RAMADANI M.HABIB HIDAYAT NAZARRUDIN NUR NEFRI YOGI ERSANDI WELLY ELVANDARI.
Adequacy HD Divisi Ginjal Hipertensi RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Divisi Ginjal & Hipertensi RSUD Dr.Moewardi Surakarta
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR
HIPERTENSI PADA HEMODIALISIS
Kebutuhan cairan dan elektrolit
SISTEM GANGGUAN JANTUNG DAN PEREDARAN DARAH ROSIDA.
NURSING CARE OF CARDIOGENIC SHOCK
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Pemeriksaan Faal Ginjal
GAGAL GINJAL KRONIK Tri Murti Andayani
Gangguan Sirkulasi dan Cairan Tubuh
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
Penatalaksanaan diet PENDERITA CHF fc II ec HHD dd/CAD, AKI dd ACUTE CKD, dan DM TIPE II di Rs. UMUM TANGERANG Oleh: Siti Fatimah
Menghasilkan hormon eritropoetin
PENYAKIT GINJAL Kelompok 10 : Nisatin Asila (D )
Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik
Penyakit Darah Rendah (Hipotensi)
KANKER DAN GINJAL oleh Dr. Yew Shiong Shiong
HEMODIALISIS TIM : GENITOURIA.
Farmakoterapi Gagal Ginjal
Prinsip perawatan pasien medik
KASUS SIROSIS HEPATIS Pertanyaan : Diagnosa penyakit & status gizi ?
Acute Kidney Injury (AKI)
Di susun oleh : Abdull Rahim Mokodompit
PENYAKIT GINJAL KHRONIK
Anestesi Pada Gagal Ginjal
KASUS SIROSIS HEPATIS Pertanyaan : Diagnosa penyakit & status gizi ?
Sistem Ekskresi.
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELECTROLIT
PENYAKIT HIPOKALEMIA.
ASPEK KLINIS HEMODIALISIS DAN CONTINOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS ( CAPD ) WACHID PUTRANTO.
KELOMPOK VI GAGAL GINJAL AKUT & KRONIK
KONSEP DASAR DAN PRINSIP PERITONEAL DIALYSIS
HIPERGLIKEMIA.
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
TERAPI CAIRAN PARENTERAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
ASSALAMMU’ALAIKUM WR. WB
PELATIHAN RUTIN IV SYOK HIPOVOLEMIK & SINKOP
ASUHAN KEPERAWATAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GINJAL ILMU GIZI / FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Hipertensi dalam Kehamilan di RSUD Tarakan Kelompok 25 & 26.
Persiapan sirkulasi darah (Ekstra Korporeal)
Patofisiologi dan terapi penyakit ginjal
TRAUMA ABDOMEN.
TEHNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISA
Aplikasi SMART PULMO untuk Interpretasi Gangguan Asam Basa
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
SINDROM NEFROTIK Oleh: Aidan.
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
Pendahuluan Anak merupakan kelompok pasien yang unik pada pertolongan gawat darurat Mempunyai masalah dan perlakuan yang berbeda dibanding dewasa Perlengkapan.
“KAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010” Kelompok V Dirsan.
DIABETES MELLITUS : Kenali, cegah, dan kendalikan Dr. Ema Mayasari UPTD PUSKESMAS TELAGASARI.
CONTOH SOAL UJIKOM GADAR Iman Saeful, S.Kep, Ns. 1. Seorang laki-laki berusia 57 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan : lemah dan lesu. Ketika ditanya sulit.
Chronik Kidney Disease. Definisi CKD, diperkenalkan oleh NKF-K/DOQI untuk pasien yang memiliki salah satu kriteria : 1.kerusakan ginjal ≥3 bulan, dimana.
DEFINISI  Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan.  Kematian karena syok terjadi bila kejadian ini.
Transcript presentasi:

Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Pertemuan Ilmiah Tahunan Daerah ke 6 IPDI Jatim 09-10 April 2016 Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Widodo SMF Penyakit Dalam – RSUD Dr. Soetomo Surabaya PERNEFRI

BAHASAN penurunan fungsi ginjal akut penurunan fungsi ginjal kronis komplikasi penurunan fungsi ginjal dan terapinya terapi pengganti ginjal prinsip dasar hemodialisis definisi, target & karakteristik SLE(D)D sarana SLE(D)D komplikasi SLE(D)D ringkasan

TERAPI PENURUNAN FUNGSI GINJAL akut kronis berlanjut Acute Kidney Injury (AKI) Gangguan Ginjal Akut (GgGA) Chronic Kidney Disease (CKD) Penyakit Ginjal Kronis (PGK) “acute on chronic” terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy RRT)

Penurunan Fungsi Ginjal AKUT Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Penurunan Fungsi Ginjal AKUT Acute Kidney Injury (AKI) = Gangguan Ginjal Akut (GgGA)

definisi GgGA GgGA didefinisikan sebagai : kenaikan Kreatinin Serum > 0,3 mg/dL dalam 48 jam ATAU kenaikan Kreatinin Serum > 1,5 kali nilai dasar (awal), yg diketahui atau diduga timbul dalam 7 hari terakhir; volume urin < 0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam Mehta R, Kellum J, Shah S, et al. Critical Care 11: R31, 2007 KDIGO. Kidney Int 2: 1-138, 2012

tahapan GgGA 1 1,5 – 1,9 x nilai dasar ATAU kenaikan > 0,3 mg/dL STA-DIUM Kreatinin Serum Produksi Urin 1 1,5 – 1,9 x nilai dasar ATAU kenaikan > 0,3 mg/dL < 0,5 ml/kg/jam 6-12 jam 2 2,0 – 2,9 x nilai dasar < 0,5 ml/kg/jam > 12 jam 3 3,0 nilai dasar serum kreatinin naik > 4,0 mg/dl dimulainya TPG pd pasien < 18 years, eLFG turun < 35 ml/men/1,73 m2 < 0,3 ml/kg/jam > 24 jam anuria > 12 jam KDIGO. Kidney Int 2: 1-138, 2012

penyebab GgGA Renal (intrinsik) Pre-Renal Post Renal infeksi (sepsis) perdarahan obat racun glomerulonefritis Pre-Renal dehidrasi perdarahan fungsi jantung tekanan darah Post Renal obstruksi tumor batu prostat

tatalaksana GgGA kenali faktor-faktor risiko obati penyakit dasarnya usia lanjut diabetes / hipertensi infeksi obat / bahan kontras kenali faktor-faktor risiko obati penyakit dasarnya pertahankan perfusi ginjal keseimbangan cairan penunjang : oksigenasi nutrisi & hemodinamis hindari nefrotoksin perbaiki gangguan metabolik Terapi Pengganti Ginjal MAP ≥ 65 mmHg NaCl 0,9% diuretik 20-30 kkal 1-1,7 g protn* nor-epinefrin hemodialisis * /kgBB/hari

Penurunan Fungsi Ginjal KRONIS Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Penurunan Fungsi Ginjal KRONIS Chronic Kidney Disease (CKD) = Penyakit Ginjal Kronis (PGK)

definisi PGK kerusakan ginjal, atau penurunan fungsi ginjal, yang telah terjadi > 3 bulan, dengan implikasi pada kesehatan NKF-KDOQI : National Kidney Foundation – Kidney Disease Outcome Quality Initiative KDIGO : Kidney Disease Improving Global Outcome

tahap & stratifikasi PGK kategori albuminuria menetap (deskripsi & rentang) A1 A2 A3 normal s/d meningkat ringan meningkat sedang meningkat tinggi <30 mg/g <3 mg/mmol 30-300 mg/g 3-30 mg/mmol >300 mg/g >30 mg/mmol (ml/men/1,73 m2) deskripsi & rentang Kategori LFG G1 normal atau tinggi >90 G2 menurun ringan 60-89 G3a menurun ringan s/d sedang 45-59 G3b menurun sedang s/d berat 30-44 G4 menurun berat 15-29 G5 gagal ginjal <15

faktor risiko PGK Faktor Klinis Diabetes Mellitus Hipertensi Penyakit Otoimun Infeksi Sistemik Infeksi Saluran Kemih Batu Saluran Kemih Obstruksi Saluran Kemih Keganasan Keluarga Riwayat Penyakit Ginjal Sembuh dari Gangguan Ginjal Akut Penurunan Massa Ginjal Paparan terhadap Obat tertentu Berat Badan Lahir Rendah Faktor Sosiodemografis Usia Lanjut minoritas tertentu (di Amerika) Paparan terhadap Bahan Kimia tertentu Pendidikan / Pendapatan rendah

tatalaksana umum PGK terapi penyebab hambat progresivitas pengobatan komplikasi nutrisi yang tepat penyesuaian dosis obat identifikasi dan persiapan  terapi pengganti ginjal 130/80 – 140/90 mmHg puasa : 70-130 mg/dl 2jPP : <180 mg/dl A1C : 7%

KOMPLIKASI Penurunan Fungsi GINJAL & TERAPINYA Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D KOMPLIKASI Penurunan Fungsi GINJAL & TERAPINYA

akibat penurunan fungsi ginjal hiperkalemia asidosis metabolik kelebihan cairan ensefalopati uremik

Terapi Hiperkalemia stop ACE-I, ARB, diuretik hemat Kalium Kalsium Glukonat 10% 10 cc i.v dlm 10 menit (onset 1-3 menit, durasi 30-60 menit) insulin reguler, 10 U i.v dlm Dext 50% 50 cc (jika GDS <250 mg/dL) (onset 30 men durasi 4-6 jam) 2-Adrenergik agonis (albuterol) nebulizer 10 mg (onset 30 men 2-4 jam) sodium polystyrene sulfonate / resin kalsium 30-60 g dalam air Natrium Bikarbonat jika pH<7.2 diuretik loop gagal : HEMODIALISIS

Terapi Asidosis Metabolik natrium bikarbonat jika HCO3- <15-18 mmol/L cairan hipertonik ideal : D5% perhatikan : edema paru, asidosis laktik, hipokalsemia gagal : HEMODIALISIS

Terapi Edema Paru evaluasi saturasi oksigen : pindah ICU ? ventilator ? bolus diuretik loop : Furosemide bolus 2 ampul i.v (40 mg) dilanjutkan dengan Pump gagal : HEMODIALISIS

Ensefalopati Uremik evaluasi penyebab penurunan kesadaran yang lain pada gangguan fungsi ginjal : gangguan elektrolit hipoksia hipoglikemia stroke dll . . . terapi : HEMODIALISIS

TERAPI PENGGANTI GINJAL Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D TERAPI PENGGANTI GINJAL

TERAPI PENURUNAN FUNGSI GINJAL akut kronis berlanjut Acute Kidney Injury (AKI) Gangguan Ginjal Akut (GgGA) Chronic Kidney Disease (CKD) Penyakit Ginjal Kronis (PGK) “acute on chronic” terapi konservatif / medikamentosa Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3a Tahap 3b Tahap 4 terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy RRT) keracunan Penyakit Jantung Konjestif lain-lain . . . Tahap 5

Terapi Pengganti Ginjal DIALISIS Hemodialisis Peritoneal Dialisis TRANSPLANTASI GINJAL

TERAPI PENGGANTI GINJAL pada kondisi AKUT : Hemodialisis intermiten (Intermittent Hemodialysis – IHD) kontinyu (Continuous Renal Replacement Therapy – CRRT) Peritoneal Dialisis hibrida : Sustained low Efficiency (Daily) Dialysis =SLE(D)D Prolonged Intermittent Renal Replacement Therapy (PIRRT)

MODALITAS TERAPI PENGGANTI GINJAL AKUT IHD HF (Hemofiltration) HD (Hemodialysis) HDF (Hemodia-filtration) (Intermittent hemodialysis) PIRRT EF (Extended filtration) ED (Extended dialysis) EDF (Extended hemodia-filtration) (Prolonged intermittent renal replacement therapy) CRRT CVVH (Continuous venovenous hemofiltration) CVVHD (Continuous venovenous hemodialysis) CVVHDF (Continuous venovenous hemodiafiltration) (Continuous renal replacement therapy)

CRRT

PRINSIP DASAR HEMODIALISIS Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D PRINSIP DASAR HEMODIALISIS

Difusi & Konveksi

Definisi, TARGET & karakteristik sle(d)d Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Definisi, TARGET & karakteristik sle(d)d

Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis [SLE(D)D] pemurnian darah esktrakorporeal (di luar tubuh) yang ditujukan untuk mengganti fungsi ginjal secara berkala (intermiten) dalam waktu yang lebih panjang dari hemodialisis umumnya dengan menggunakan mesin hemodialisis CRRT is the blanket term which encompasses all continuous therapies. It has been defined as…. Read the slide. Make sure to note the proof source. dikerjakan tiap hari = SLEDD tidak dikerjakan tiap hari = SLED

Tujuan SLE(D)D meniru fungsi fisologis ginjal dalam pemurnian darah dan pembuangan kelebihan cairan mengembalikan dan menjaga homeostasis menghindari komplikasi dan menjaga toleransi pasien menciptakan kondisi yang mendukung kembalinya fungsi ginjal melaksanakan terapi pengganti ginjal yang efisiensi & efektif Before I describe each unique therapy, it’s important to understand the goals of CRRT. The main goals are to: Mimic the functions and physiology of the native kidney Restore and maintain hemodynamic stability Avoid complications while achieving good clinical tolerance Provide conditions that favor renal recovery

Target SLE(D)D dengan GgGA tanpa GgGA mengatasi kelebihan cairan mengatasi asidosis metabolik mengatasi hiperkalemia membuang urea dan kreatinin mempertahankan nutrisi yang cukup tanpa GgGA menurunkan kelebihan cairan untuk memperbaiki kondisi jantung

Perbedaan IHD & CRRT IHD CRRT difusi konveksi membran low-flux membran high-flux aliran dialisat tinggi aliran dialisat rendah beberapa jam / hari kontinyu 24 jam beban kerja rendah beban kerja tinggi

SLE(D)D sebagai alternatif aliran darah rendah aliran dialisat rendah waktu cukup panjang (6 ~ 12 jam) dibanding dengan IHD & CRRT : hemodinamik lebih stabil lebih baik dalam mengatasi hipervolemia pembuangan solut memadai biaya lebih rendah dari CRRT

kelebihan SLE(D)D tehnik lebih sederhana mobilitas pasien terjaga kebutuhan antikoagulan lebih rendah dari CRRT hemodinamik stabil dan kendali volume sama dengan CRRT

Sarana & PRESKRIPSI SLED(D)D Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Sarana & PRESKRIPSI SLED(D)D

Sarana SLE(D)D ICU water treatment mesin HD dialisat & selang darah dialiser akses vaskuler dokter & perawat

Langkah Melaksanakan PIRRT Pertimbangkan dan tentukan target ultrafiltrasi yang harus dicapai dalam : lama tindakan < 8 jam lama tindakan > 8 jam aliran dialisat > 300 ml/men aliran dialisat 100-300 ml/men [K+] dialisat 3.0-4.0 mmol/L [K+] dialisat 4.0-6.0 mmol/L [HCO32-] dialisat 28-32 mmol/L [HCO32-] dialisat 24-28 mmol/L

penilaian sebelum terapi menilai dokumen medik termasuk informed consent menilai serologi pasien menilai & mencatat tanda vital pasien dan parameter hemodinamik sebelum memulai terapi mengkaji ulang preskripsi dokter dan data lab menentukan jumlah & kecepatan pembuangan cairan, cairan pengganti serta dialisat seperti dalam preskripsi evaluasi kemungkinan perdarahan / telah terjadi perdarahan evaluasi akses vaskuler

Mesin HD QD dapat diturunkan sampai 300 ml/menit atau lebih rendah dapat dijalankan dalam waktu lama memiliki layar yang memungkinkan penggantian prosedur tindakan dapat langsung dilakukan perubahan dari intermiten ke kontinyu tanpa penundaan dapat dilakukan pengaturan kadar bikarbonat dan natrium dialisat

Dialisat (tergantung kondisi pasien) : kalium 4 mEq/L bikarbonat 24 – 28 mEq/L kalsium 1,5 – 2,5 meq/L < 8 jam kalium 3 mEq/L bikarbonat 28-32 mEq/L kalsium 2 – 3,5 mEq/L

Plasma Plasma Calcium Ca2+ (mEq/L) 4.3 - 5.3 Magnesium Mg2+ (mEq/L) 1.5 - 2.5 Sodium Na+ (mEq/L) 135 - 145 Potassium K+ (mEq/L) 3.5 - 5.0 Chloride Cl- (mEq/L) 95 - 108 Lactate (mEq/L) 0.5 - 2.0 Bicarbonate HCO3- (mEq/L) 22 - 26 Glucose (mg/dL) 65 - 110 Osmolarity (mOsm/L) 280 - 300 pH 7.35 - 7.45

Aliran Dialisat (QD) tergantung kebutuhan klinis dan spesifikasi mesin ditentukan oleh toleransi pasien terhadap UF target UFR bisa ditoleransi pasien  lama terapi lebih pendek (6 – 10 jam) & QD s/d 300 mL/men pasien tak tahan UF  terapi lebih lama (10 – 18 jam) pada beberapa kasus dilakukan lebih lama s/d kontinyu  QD 100 – 200 mL/men

Efektivitas SLE(D)D

Ultrafiltrasi (UF – UFR) target UF sesuai kebutuhan klinis faktor utama : stabilitas jantung & pembuluh darah UFR rendah  lama terapi lebih panjang UFR umumnya berkisar 0-100 mL/jam (literatur lain : s/d 350 cc/jam)

Lama Tindakan (t) t = 6 –12 jam dapat s/d18 jam (sesuai kebutuhan) dapat berubah menjadi kontinyu frekuensi RRT intensif  SLEDD 6x/minggu RRT tidak intensif  SLEDD 3x/minggu

Aliran Darah (QB) QB : 100 s/d 150 ml/men QB 200 ml/men  aman, lebih efektif

Dialiser low flux polysulfone polyethersulfone 1,4 m2 atau 1,8 m2 dialiser proses ulang ?

Antikoagulan heparin reguler bolus 1000-2000 unit  dilanjutkan 500-1000 unit/jam potensi / telah terjadi perdarahan : tanpa antikoagulan pemantauan : perdarahan klinis faal hemostatis (APTT mencapai 1,5 x sebelumnya) antikoagulan yg > efisien : sitrat + cairan pre filter   pembekuan darah di dialiser

Akses Vaskuler kateter double lumen (bilumen) keuntungan dapat segera digunakan anestesia lokal mudah dilepas sesudah tidak diperlukan menghindari tusukan jarum berulang kerugian angka infeksi tinggi aliran darah lebih rendah stenosis vena sentral

Akses Vaskuler lokasi pilihan vena jugularis interna vena femoralis vena subclavia ukuran vena jugularis interna kanan 15 cm French vena jugularis interna kiri 20 cm French vena femoralis 25 cm French vena subclavia 12 cm French

Pemantauan saat Terapi tekanan darah & stabilitas hemodinamik, serta parameter tanda vital lainnya, termasuk kesadaran dan keteraturan nadi sirkuit darah tersambung baik keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit QB, UFR, QD dan kecukupan dialisat warna selang darah dan dialiser infeksi dll

Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D KOMPLIKASI SLED(D)D

Komplikasi SLE(D)D hipotensi perubahan keseimbangan elektrolit & asam basa perdarahan gangguan jantung

Hipotensi saat SLE(D)D batasan hipotensi ? pada IHD : TDS  ≥ 20 mm Hg atau MAP  10 mm Hg dengan keluhan penyebab : cadangan jantung kelenturan pembuluh darah disfungsi otonom aritmia anemia septisemia perdarahan pengobatan malnutrisi  osmolaritas plasma gangguan kadar serum elektrolit (hipoCa, hipoK) interaksi darah - membran (bioinkompatibilitas) hipoksia gangguan pengisian plasma tamponade perikardium infark miokardium diseksi aorta emboli udara pneumotoraks hemolisis

Hipotensi saat SLE(D)D tanpa bantal / trendelenburg oksigen  laju UF atau tanpa UF vasopressor (dopamin atau nor-epinephrine dll) jika memungkinkan kolloid (+ albumin, HES, dextran, mannitol) profiling ? /  suhu dialisat ?  hati-hati !

RINGKASAN penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akut (GgGA) maupun kronis (PGK) yang pada kondisi tertentu memerlukan terapi pengganti ginjal (TPG) pada TPG yang akut, pilihannya adalah hemodialisis intermiten (IHD), CRRT atau kombinasinya : PIRRT SLE(D)D dikerjakan dengan mesin HD biasa, selama 6- 12 jam) 6 hari seminggu atau tiap 2 hari, dengan QD < 300 ml/men, QD 150-200 ml/men, dialisat bikarbonat, UFR rendah komplikasi tersering adalah hipotensi

Terima Kasih Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Widodo SMF Penyakit Dalam – RSUD Dr. Soetomo Surabaya PERNEFRI Pertemuan Ilmiah Tahunan Daerah ke 6 IPDI Jatim 09-10 April 2016 hanya untuk presentasi saat temu ilmiah, tidak diperkenankan publikasi dalam bentuk lain kecuali dengan ijin penulis

Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D DISKUSI KASUS

KASUS 1 Tn. A 65 tahun, diagnosis Diabetes & Hipertensi, telah menjalani HD kronis 1x/minggu selama 3 tahun. Dalam 1 bulan terakhir sering mengalami hipotensi saat HD. Px patuh minum obat diabetes (1 jenis) & hipertensinya (3 jenis). Berat badan kering sulit ditentukan karena pasien sering edema seluruh tubuh; kenaikan berat badan 5-7 kg/HD. Sebelum HD tek drh 160/100 mmHg, saat HD tek darah turun hingga 75/50 mmHg + keluhan pusing DISKUSI : apakah anda akan mengusulkan pada dokter agar pasien ini menjalani SLE(D)D ? Pilihan : YA : agar adekuasi HD tercapai tanpa komplikasi hipotensi TIDAK : perbaiki kondisi yang lain saja

KASUS 1I Ny. B 75 tahun, di RSUD didiagnosis Diabetes & Urosepsis, serta GgGA (renal karena nefrotoksisitas dan sepsis) karena penggunaan obat alternatif 3 hari terakhir karena ingin sembuh dari diabetesnya. Selama dirawat, Kreatinin Serum & BUN meningkat terus. Hari ini mengalami Asidosis Metabolik dan Hiperkalemia (7 meq/L), produksi urin terus menurun dari 1000 cc/hari saat masuk menjadi 300 cc/hari kemarin. GCS 2.3.3, Tek Drh 140/80 mmHg, RR 32x/menit, rhonchi penuh seluruh paru, akral hangat & nadi 92x/menit kuat teratur. DISKUSI : jika dokter menganjurkan Terapi Pengganti Ginjal akut, jenis apa yang terbaik untuk pasien ini ? Pilihan : CRRT HEMODIALISIS biasa SLEDD

KASUS 1II Tn. C 55 tahun, diagnosis Congestive Heart Failure karena Kardiomiopati Diabetik dirawat di ICCU. Telah mendapat Furosemide dengan dosis lebih dari 15 mg/jam selama 9 hari tetapi produksi urin tetap antara 0-5 cc/jam. Selama perawatan pasien makin sesak dengan rhonchi diseluruh lapang paru serta melena tadi malam. GCS 3.4.5, Tek Drh 100/70, RR 33-36x/menit, saturasi O2 89%, t 38,3 C, akral dingin dengan nadi 52x/menit ireguler. Hasil Lab : Hb 6,2 g/dL, Albumin 2,4 mg/dL, kreatinin Serum 2,1 mg/dL, BUN 32 mg/dL, Na 128 meq/L, K 3,4 meq/L. DISKUSI : jika akan dilakukan SLE(D)D pada kasus ini, faktor apa yang berpotensi menimbulkan hipotensi ?

KASUS 1V Ny. D 64 tahun, diagnosis kanker serviks metastase, serta infiltrasi ke buli menimbulkan nefropati obstruktif, pneumonia, sepsis, gagal napas. Pasien di ICU 3 hari dengan ventilator. Dalam catatan perawat ICU, pasien sudah kelebihan cairan sekitar 1100 cc. GCS 456, Tek Drh 95/60 mmHg, nadi 116x/men, BUN 58 mg/dL, Kreatinin Serum 3,2 mg/dl, lain-lain normal. Direncanakan SLEDD.. DISKUSI : mana preskription SLED yang paling sesuai menurut anda ? HD SLED 6 jam HF 1,4 m2 Dialisat Bikarbonat 28 meq/L, K 4 meq/L, Ca 1,5 meq/L Heparin 1000 U lanjut 2000 U/jam QB 200 ml/men QD 300 ml/men UF ml/jam : jam (1) : 350 , (2) : 350 , (3) 350 , (4) 350 , (5) 350 , (6) 350 HD SLED 8 jam HF 1,4 m2 Dialisat Bikarbonat 28 meq/L, K 4 meq/L, Ca 1,5 meq/L Heparin 500 U lanjut 1000 U/jam QB 150 ml/men QD 300 ml/men UF ml/jam : jam (1) : 0 , (2) : 50 , (3) 100 , (4) 150 , (5) 200 , (6) 200 , (7) 200 , (8) 200

Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D JAWABAN KASUS

Jawaban KASUS 1 Tn. A 65 tahun, diagnosis Diabetes & Hipertensi, telah menjalani HD kronis 1x/minggu selama 3 tahun. Dalam 1 bulan terakhir sering mengalami hipotensi saat HD. Px patuh minum obat diabetes (1 jenis) & hipertensinya (3 jenis). Berat badan kering sulit ditentukan karena pasien sering edema seluruh tubuh; kenaikan berat badan 5-7 kg/HD. Sebelum HD tek drh 160/100 mmHg, saat HD tek darah turun hingga 75/50 mmHg + keluhan pusing DISKUSI : apakah anda akan mengusulkan pada dokter agar pasien ini menjalani SLE(D)D ? Jawaban : TIDAK : HD harus 2-3x/minggu agar adekuat, perlu pembatasan asupan garam & air untuk kurangi kenaikan BB interdialitik, perlu pengaturan minum obat anti hipertensi

Jawaban KASUS 1I Ny. B 75 tahun, di RSUD didiagnosis Diabetes & Urosepsis, serta GgGA (renal karena nefrotoksisitas dan sepsis) karena penggunaan obat alternatif 3 hari terakhir karena ingin sembuh dari diabetesnya. Selama dirawat, Kreatinin Serum & BUN meningkat terus. Hari ini mengalami Asidosis Metabolik dan Hiperkalemia (7 meq/L), produksi urin terus menurun dari 1000 cc/hari saat masuk menjadi 300 cc/hari kemarin. GCS 2.3.3, Tek Drh 140/80 mmHg, RR 32x/menit, rhonchi penuh seluruh paru, akral hangat & nadi 92x/menit kuat teratur. DISKUSI : jika dokter menganjurkan Terapi Pengganti Ginjal akut, jenis apa yang terbaik untuk pasien ini ? Jawaban : HEMODIALISIS biasa : Hemodinamik masih stabil, belum perlu SLEDD / CRRT. Asidosis Metabolik – Hiperkalemia – Edema Paru diatasi lebih cepat dengan prosedur hemodialisis biasa

Jawaban KASUS 1II Tn. C 81 tahun, diagnosis Congestive Heart Failure karena Kardiomiopati Diabetik dirawat di ICCU. Telah mendapat Furosemide dengan dosis lebih dari 15 mg/jam selama 9 hari tetapi produksi urin tetap antara 0-5 cc/jam. Selama perawatan pasien makin sesak dengan rhonchi diseluruh lapang paru serta melena tadi malam. GCS 3.4.5, Tek Drh 95/70, RR 33-36x/menit, saturasi O2 89%, t 38,3 C, akral dingin dengan nadi 52x/menit ireguler. Hasil Lab : Hb 6,2 g/dL, Lekosit 32.000, Albumin 2,4 mg/dL, kreatinin Serum 2,1 mg/dL, BUN 32 mg/dL, Na 128 meq/L, K 3,4 meq/L. DISKUSI : jika akan dilakukan SLE(D)D pada kasus ini, faktor apa yang berpotensi menimbulkan hipotensi ? Jawaban : usia lanjut, kardiomiopati diabetik, sepsis, perdarahan aktif (melena), tekanan darah rendah / syok, hipoksia, bradikardi, aritmia, anemia, hipoalbuminemia

KASUS 1V Ny. D 64 tahun, diagnosis kanker serviks metastase, serta infiltrasi ke buli menimbulkan nefropati obstruktif, pneumonia, sepsis, gagal napas. Pasien di ICU 3 hari dengan ventilator. Dalam catatan perawat ICU, pasien sudah kelebihan cairan sekitar 1100 cc. GCS 456, Tek Drh 95/60 mmHg, nadi 116x/men, BUN 58 mg/dL, Kreatinin Serum 3,2 mg/dl, lain- lain normal. Direncanakan SLEDD. DISKUSI : mana preskription SLED yang paling sesuai menurut anda ? HD SLED 6 jam HF 1,4 m2 Dialisat Bikarbonat 28 meq/L, K 4 meq/L, Ca 1,5 meq/L Heparin 1000 U lanjut 2000 U/jam QB 200 ml/men QD 300 ml/men UF ml/jam : jam (1) : 350 , (2) : 350 , (3) 350 , (4) 350 , (5) 350 , (6) 350 HD SLED 8 jam HF 1,4 m2 Dialisat Bikarbonat 28 meq/L, K 4 meq/L, Ca 1,5 meq/L Heparin 500 U lanjut 1000 U/jam QB 150 ml/men QD 300 ml/men UF ml/jam : jam (1) : 0 , (2) : 50 , (3) 100 , (4) 150 , (5) 200 , (6) 200 , (7) 200 , (8) 200

Terima Kasih Sustained Low-Efficiency (Daily) Dialysis SLE(D)D Widodo SMF Penyakit Dalam – RSUD Dr. Soetomo Surabaya PERNEFRI Pertemuan Ilmiah Tahunan Daerah ke 6 IPDI Jatim 09-10 April 2016 hanya untuk presentasi saat temu ilmiah, tidak diperkenankan publikasi dalam bentuk lain kecuali dengan ijin penulis