Ekonomi Media Pokok bahasan: Ekonomi industri film dan rekaman

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
ADE CHANDRA KURNIA PURWANTO ANANTA JAWARANEGARA
Advertisements

IKLAN MEDIA PENYIARAN.
Konvergensi Media dan Trend Media Massa Saat Ini Pertemuan 25 & 26
Sarah Agya Estika Rizka Yunita.
9.
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Pertemuan IV: Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Tingkah Laku.
PERIKLANAN INTERNASIONAL
TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Agustina Yuliyantini ( ).  China  Jepang  Korea Selatan  Korea Utara  Taiwan  Mongolia  Hongkong.
(Industry Environment)
Pekan I ‘’Ekonomi Media’’
Fungsi Dan Perubahannya
New Media: New technology, New Ideas or New Headaches
TEKS DISKUSI PENGERTIAN : Secara singkat, teks diskusi adalah sebuah teks yang memberikan dua pendapat berbeda mengenai suatu hal (satu "pro" dan satu.
Terminologi, Perhitungan Dan Pertimbangan Pada Media Planning
PELUANG BISNIS BERBASIS POTENSI LOKAL JAWA BARAT UNTUK PASAR GLOBAL
(OTT DAN KESEIMBANGAN INDUSTRI INDONESIA)
Muhammad Irawan saputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Matakuliah : O Penulisan Naskah Radio dan Televisi
Televisi.
9 KEWIRAUSAHAAN (3 SKS) KEWIRAUSAHAAN YANG BERETIKA DAN
Welcome to the Manajemen Media TV Class
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
Studi Kasus Upah Minimum
Studi Kasus Upah Minimum
Pekan III ‘’Ekonomi Media’’
Dasar – Dasar Pemasaran PTA Universitas Gunadarma
KOMPUTER & PERKEMBANGAN INTERNET
PERKEMBANGAN MULTIMEDIA
Lingkungan Pemasaran.
The Media Industries: Segments, Structures, and Similarities
The e-commerce explosion
ASPEK PASAR PENGERTIAN PASAR ANALISA PASAR STRATEGI PEMASARAN.
MEDIA & MARKET PEOPLE’S INSIGHT
LINGKUNGAN PEMASARAN Roni Kurniawan, M.Si.
KARAKTERISTIK INDUSTRI TV
KOMUNIKASI MASSA Pertemuan 11
Analisis persaingan hasim.
Ekonomi Media Pokok Bahasan: Sumber-sumber Ekonomi Media
KARAKTERISTIK INDUSTRI TV
PEMANFAATAN TIK MAHASISWA KKN DESA BANJARSARI
KERJASAMA BILATERAL INDONESIA DAN AMERIKA DI BIDANG EKONOMI
ASPEK PASAR.
Bab 3 Lingkungan Pemasaran
TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ
Lanskap Industri Media
MENJELASKAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI FILM
Film dan Perkembangannya
E-Business & E-Commerce
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Ekonomi Media Cetak Wahyudi M Pratopo.
POTENSI EKONOMI KREATIF INDONESIA PADA SEKTOR KULINER
PENGGUNAAN SUMBER DAYA
ANGGARAN PENJUALAN.
(OTT DAN KESEIMBANGAN INDUSTRI INDONESIA)
TELEVISI DAN PERKEMBANGANNYA Kelompok 3
MANAJEMEN MEDIA.
LAPORAN MENDALAM TELEVISI
SISTEM INFORMASI PEMESANAN TIKET ONLINE DI BIOSKOP BRAGA 21
LAPORAN INVESTIGASI TELEVISI
KARAKTERISTIK PROGRAM DAN KHALAYAK RADIO DAN TELEVISI
PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
“ Imbas Kasus Kahoggi, Investor Asing Kabur dari Bursa Arab Saudi“ Disusun Oleh : Risa Cahya Maulani Falencya Galizty ( )
KOMUNIKASI MASSA Dini Hidayanti Herpamudji, M. I
Muhammad Irawan saputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Komunikasi Massa – Pertemuan 4
LINGKUNGAN EKONOMI By Nina Triolita, SE, MM.
APJII SEKILAS APJII adalah Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia yangberdiri sejak tahun APJII ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia dan.
Transcript presentasi:

Ekonomi Media Pokok bahasan: Ekonomi industri film dan rekaman Tujuan instruksional khusus: Mahasiswa mengenal dan memahami film dan rekaman sebagai sebuah industri atau institusi ekonomi Referensi: 1. Albarian Alan B, Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concept, Iowa: Iowa State University Press, 1996. 2. Alexander, Alison et.al (ed), Media Economics: Theories and Practice, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1998. 3. Sen, Krishna & Hill, David, T, Media, Budaya, dan Politik di Indonesia, Jakarta: ISAI, 2000.

Industri Film di AS: Pengantar Industri film di AS menjadi sumber hiburan utama selama beberapa dekade. Hollywood menjadi pusat industri film di AS.

Biaya Produksi Film Biaya produksi film di AS terus meningkat sejak dekade lalu. Pada 1983, rata-rata biaya produksi film sekitar 11,3 juta dolar AS. Pada 1993, rata-rata biaya produksi film menjadi 44 juta dolar AS, dan pada 1994 melonjak menjadi 50,4 juta dolar AS

Pasar Industri Film Industri film memperoleh revenuenya dari audience melalui berbagai teknologi atau cara, seperti penjualan tiket (bioskop), home video, distribusi internasional, pay-per-view. Kini, industri film kadang memperoleh pendapatan lain dari apa yang disebut penempatan produk (product placement) atau build in product dalam istilah industri televisi siaran.

Pasar Industri Film Hollywood: Penonton Berdasarkan riset Nielsen, penggemar film rata-rata mengonsumsi 10,5 judul film di layar bioskop. Sebanyak 46% di antaranya adalah pelanggan Netflix dan 68% pemilik home theatre. Sebanyak 63 persen penonton lebi suka menonton film di bioskop ketimbang di rumah. Tahun 2007, penonton diperkirakan tumbuh sebesar 6,4%.

Pendapatan Hollywood Lembaga analis keuangan Wedbush Morgan Securities melaporkan sejak tahun 2003 pendapatan film-film Hollywood terus meningkat. Tahun 2006 pendapatan Hollywood naik 5,5% atau setara 9,5 miliar dolar AS. Tahun 2007 pendapatan Hollywood diperkirakan mencapai 10 miliar dolar AS atau hampir Rp 100 triliun. Peningkatan pendapatan Hollywood meningkat antara lain akibat naiknya harga tiket sebesar 50% dibanding tahun lalu.

Struktur Pasar dan Pemain Utama dalam Industri Film AS Struktur pasar industri film di AS adalah oligopoli. Hingga 1994 terdapat setidaknya delapan pemain utama di dalamnya: Disney dengan market share 18,6%, Warner Brothers 15,9%, Paramount 14,2%, Universal 13,5%, Fox 10,1%, TriStar 5,2%, Columbia 4,7%, MGM 2,5%

Regulasi Industri Film di AS Regulasi awalnya berhubungan dengan kompetisi. Belakangan regulasi dalam industri film umumnya berkaitan dengan sensor.

Pengaruh Teknologi Terdapat dua jenis teknologi yang mempengaruhi industri film. Pertama, penggunaan secara lebih luas teknologi produksi film, seperti penggunaan special effects, komputer, dll. Kedua, berkaitan dengan teknologi konsumsi film, seperti video on demand, gambar digital, home video, private theatre, internet, dll.

Masa Depan Industri Film Hollywood Dilihat dari kemampuannya beradaptasi dengan berbagai teknologi untuk meraih penonton, masa depan industri film bisa dikatakan cerah. Namun, dilihat dari sisi cost production yang cenderung makin mahal, selera penonton yang berubah-ubah, pembajakan, serta munculnya industri film di negara lain, membuat masa depan industri film masih merupakan tantangan.

Film Indonesia: Sejarah Film di Indonesia mulai ada sejak 1920-an. Namun, sebagai sebuah industri film Indonesia mulai berkembang pada 1970-an. Tahun 1980-an merupakan puncak industri film Indonesia. Tahun 1990-an, industri film Indonesia seolah mati suri. Industri film Indonesia mulai menggeliat pada tahun 2000-an

Jumlah Produksi Film Indonesia tahun 1990-an Berdasarkan data Departemen Penerangan, 112 film diproduksi pada 1990/1991, 41 di tahun 1991/1992, 28 di tahun 1992/1993. Pada 1997/1998 hanya tujuh film Indonesia yang diproduksi. Pada 2006, jumlah film Indonesia yang diproduksi mencapai 40 judul.

Film Indonesia: Menuju Era Industri Sutradara Nia Dinata menyebut industri film Indonesia masih industri rumahan. Meski begitu, menurut Nia, film Indonesia tengah melangkah menuju era industri sungguhan. Kini mulai banyak produser film yang membuat film untuk tujuan komersil, menciptakan pasar, menggunakan tenaga profesional, dan metode profesional. Penyediaan tenaga profesional harus didukung oleh ketersediaan sekolah film. Untuk penduduk yang berjumlah 225 juta jiwa, Indonesia hanya punya satu sekolah film. Bandingkan dengan India yang punya 30 sekolah film, Korea 7, Filipina 5, dan Iran 2.

Pasar Film Indonesia Film Indonesia umumnya mengandalkan penonton sebagai pasar. Untuk meraih penonton, film Indonesia hanya memanfaatkan beberapa teknologi: penjualan tiket bioskop, DVD/VCD. Diperkirakan saat ini hanya 20 persen rakyat Indonesia yang bisa mengonsumsi film. Pada tahun 2006 dengan jumlah produksi sebanyak 40 judul, film Indonesia mampu meraih 12 juta penonton. Dengan produksi dan jumlah penonton sebanyak itu, film Indonesia meraih 34 persen dari total film. Dari sisi iklan, belakangan, film Indonesia mulai memanfaatkan sponsor, antara lain perusahaan rokok.

Biaya Produksi Film Indonesia Biaya produksi film Indonesia berkisar antara Rp 1,5 miliar hingga Rp 3 miliar. Biaya itu tidak termasuk biaya produksi.

Kompetisi Film Indonesia dewasa ini berkompetisi dengan film hollywood dan sinetron di televisi atau film televisi.

Bioskop Di Indonesia jatuh-bangunnya industri film berdampak pada jatuh-bangunnya industri bioskop. Konstalasi industri bioskop di Indonesia berubah dengan masuknya jaringan bioskop 21. Banyak bioskop di luar jaringan 21 yang mati. Untuk bertahan, bioskop-bioskop tersebut memutar film porno. Konstalasi industri bioskop di Indonesia berubah dengan berdirinya jaringan bioskop Blitz.

Regulasi Implementasi yang paling kasat mata dalam industri film di Indonesia adalah Badan Sensor Film (BSF) yang kemudian berubah menjadi Lembaga Sensor Film (LSF). Institusi regulatif ini umumnya mengawal film Indonesia dari kekerasan, seks, SARA. Regulasi lainnya adalah berkaitan dengan perlindungan film dari pembajakan (UU Hak Cipta).