APA YANG DIMAKSUD DENGAN GIZI? Gizi berasal dari bahasa Arab “Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan, sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Kata ’gizi’ dikenal di Indonesia sejak tahun 1950-an, sebagai terjemahan kata nutrition, istilah bahasa Inggris yang berarti ‘hubungan antara makanan dan kesehatan’. Oleh Lembaga Bahasa Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia, pada tahun 1950-an ditawarkan terjemahan nutrition dengan menggunakan akar kata bahasa Sansekerta ’Harena’ atau akar kata bahasa Arab ’Al Ghizai’. Oleh Prof. Poorwo Soedarmo bapak Gizi Indonesia, dan pimpinan Lembaga Makanan Rakyat (LMR) menetapkan penggunaan kata gizi yang berasal dari bahasa Arab. Kata ’ilmu gizi’ resmi menjadi istilah ilmiah tahun 1958 pada saat masuk dalam kurikulum ilmu kedokteran di Universitas Indonesia. (Sumber: Kamus Gizi, Persagi 2009) Sejak tahun 1990-an di masyarakat awam dan periklanan beredar kata ’nutrisi’ di samping gizi. Secara profesional kata ’nutrisi’ digunakan sejak tahun 1950-an di kalangan ilmu peternakan dan kedokteran hewan.
P1. a. Apa yang dimaksud dengan status gizi P1.a. Apa yang dimaksud dengan status gizi? Cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi. Status gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran bagian tertentu dari tubuh) atau biokimia atau secara klinis. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Kurang gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya intake zat gizi dibandingkan dengan kebutuhannya, sedangkan lebih gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh intake zat gizi yang berlebih dibandingkan dengan kebutuhannya. Keadaan gizi yang baik adalah jika intake zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu sering juga disebut dengan gizi seimbang.
P1. b. Apa yang dimaksud dengan indikator status gizi P1.b. Apa yang dimaksud dengan indikator status gizi? Indikator status gizi adalah tanda-tanda atau petunjuk yang dapat memberikan indikasi tentang keadaan keseimbangan antara asupan (intake) zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Tanda-tanda tersebut antara lain antropometri (ukuran tubuh manusia), biokimia gizi, tanda-tanda klinis, dan konsumsi makanan. Indikator antropometri yang sering digunakan adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Indikator biokimia gizi antara lain kadar hemoglobin darah, kadar vitamin A serum, kadar ekskresi yodium dalam urine. Adapun tanda-tanda klinis antara lain tanda-tanda yang terlihat pada anak yang menderita kurang gizi berat, yaitu: marasmus, kwasiorkor, atau marasmus-kwasiorkor.
Apa yang dimaksud dengan masalah gizi? Kurang Energi Protein (KEP) Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dalam jangka waktu yang lama. Ciri fisik KEP adalah skor-z berat badan berada di bawah -2.0 SD baku normal. Kurang gizi akut Kondisi kurang gizi yang diukur berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dibandingkan dengan standar, biasanya digunakan pada balita. Kurang gizi akut disebut juga wasting. Bila skor-z BB/TB di bawah -2.00 SD baku normal (misalnya WHO) diklasifikasikan kurang gizi akut, bila skor-z BB/TB di bawah -3.00 diklasifikasi kurang gizi akut tingkat berat. Bila skor-z BB/TB di atas -2.00 SD diklasifikasikan normal.
Kurang gizi kronis Keadaan kurang gizi yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dibandingkan dengan standar, biasanya digunakan pada balita. Kurang gizi kronis disebut juga stunting, di mana terjadi pertumbuhan linier pada anak. Bila skor-z TB/U di bawah -2.00 SD diklasifikasi kurang gizi akut, bila skor-z TB/U di bawah -3.00 diklasifikasi kurang gizi akut tingkat berat. Bila skor-z TB/U di atas -2.00 SD diklasifikasikan normal.
Marasmik-kwasiorkor Kurang gizi tingkat paling berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, dengan tanda dan gejala campuran dari beberapa gejala klinik kwasiorkor dan marasmus, disertai edema yang tidak mencolok.
Marasmus Kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama dengan tanda dan gejala tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy pants”), perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare.
Kwasiorkor Kurang gizi tingkat berat yang umumnya terjadi pada balita dengan tanda dan gejala edema umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis), wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, perubahan status mental, apatis, dan rewel, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia, dan diare.
Anemia gizi besi Anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi sebagai penyebab utamanya. Pada pemeriksaan darah jika kadar hemoglobin kurang dari batas sesuai umur atau keadaan fisiologis dan kadar serum feritin kurang dari 12 mcq/dL.
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) Secara klinis dapat didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang cukup lama atau kelainan akibat kekurangan iodium pada berbagai tahapan kehidupan (dari janin hingga dewasa) di dalam suatu populasi yang dapat dicegah dengan mengoreksi kekurangan iodium. Tanda-tanda ini khas dengan dominasi defisiensi mental yang disertai manifestasi gangguan saraf pada organ ekstremitas, auditori, dan atau mata.
Kurang vitamin A Keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh yang sebagian besar terdapat dalam hati menjadi sangat kurang, sehingga timbul tanda dan gejala fisik, klinis, dan subklinis yang dapat dideteksi. Gejalanya adalah buta senja, pada mata terdapat bercak Bitot, xerophthalmia, dan secara subklinis kadar vitamin A darah kurang dari 20 μg/dL.
Obesitas Suatu penyakit kronis dengan ciri-ciri timbunan lemak tubuh yang berlebihan (eksesif). Batasan obesitas beragam antar-para ahli; namun biasanya digunakan patokan kelebihan berat badan sebesar 20 persen atau lebih dari berat badan ideal. Namun, berat badan saja tidak cukup karena tinggi badan, bentuk dan besar rangka ikut menentukan berat badan. Pada berat badan yang sama bisa berbeda tingkat obesitas. Di Indonesia dinilai dengan memakai indeks massa tubuh (IMT), berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter), disebut obesitas jika nilainya lebih dari 27,0. Obesitas merupakan indikator risiko terhadap beberapa penyakit dan kematian
Obesitas sentral Obesitas yang dinilai dari rasio lingkar perut dibagi lingkar pinggul. Dapat pula dinilai hanya dari lingkaran perut saja. Disebut mengalami obesitas sentral bila lingkaran perut lebih dari 90 cm pada laki-laki dewasa, dan lebih dari 80 cm pada wanita dewasa. Obesitas merupakan indikator risiko terhadap beberapa penyakit dan kematian. (Sumber: Kamus Gizi, Persagi 2009)
KAPANKAH PERIODE KRITIS MASALAH GIZI?
Gambar 2. Masa kritis tumbuh kembang anak
Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, DepKes RI. Dalam kedua gambar di atas jelas diperlihatkan kapan terjadinya pertumbuhan otak, pertumbuhan panjang dan berat badan, perkembangan kognitif, kemampuan melihat, mendengar dan berbicara. Pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi pada saat masih berada dalam kandungan ibu sampai mencapai umur 2 tahun. Oleh karena itu keadaan gizi ibu yang kurang selama masa kehamilan akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan otak, pertumbuhan panjang badan maupun berat badan janin. Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya.
BESAR MASALAH GIZI DI INDONESIA? Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, jumlah anak balita bergizi buruk dan bergizi kurang 18,5 persen, balita bergizi lebih sekitar 4 persen, balita pendek (termasuk sangat pendek) 36,8 persen, balita kurus (termasuk sangat kurus) 13,6 persen, dan balita gemuk sekitar 12 persen. Hasil Riskesdas 2007 juga menunjukkan bahwa jumlah
anak usia sekolah (6-14 tahun) yang kurus berkisar 10,9 persen pada anak perempuan sampai 13,3 persen pada anak laki-laki, sedangkan jumlah anak usia sekolah yang gemuk berkisar 6,4 persen pada anak perempuan hingga 9,5 persen pada anak laki-laki. Jumlah penduduk berumur ≥ 15 tahun yang mengalami obesitas umum adalah 19,1 persen, di mana proporsinya lebih besar perempuan (23,8%) daripada laki-laki (13,9%). Adapun jumlah penduduk berumur ≥ 15 tahun yang mengalami obesitas sentral adalah 18,8 Persen. Secara nasional diperoleh nilai rerata Hb untuk perempuan dewasa sebesar 13,00g/dl, laki-laki dewasa 14,67g/dl, anak-anak 12,67g/dl, dan ibu hamil 11,81g/dl. (Sumber: Riskesdas 2007)
APA DAMPAK MASALAH GIZI TERHADAP EKONOMI BANGSA DAN KETAHANAN NASIONAL? Dengan meningkatnya status gizi, maka produktivitas kerja akan meningkat sehingga akan menambah nilai ekonomi bagi masyarakat dan negara. Di samping itu dengan membaiknya status gizi masyarakat akan berakibat pada menurunnya angka morbiditas. Dengan demikian pengeluaran keluarga untuk pengobatan dapat ditekan dan biaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan pun dapat ditekan. Jadi, upaya perbaikan gizi masyarakat mempunyai implikasi yang kuat terhadap pembangunan ekonomi. Perbaikan gizi juga dapat menghasilkan generasi yang sehat, kuat dan cerdas sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan ketahanan nasional.
APA DAMPAK MASALAH GIZI TERHADAP PRESTASI BANGSA? Status gizi yang baik dapat menghasilkan generasi yang sehat, kuat dan cerdas. Generasi yang sehat, kuat dan cerdas merupakan modal untuk dapat bersaing di tingkat internasional, baik dalam peristiwa-peristiwa olahraga maupun dalam mengantisipasi kemajuan zaman terkait dengan perkembangan teknologi modern dan ilmu pengetahuan mutakhir.
APA DAMPAK MASALAH GIZI TERHADAP MASA DEPAN BANGSA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI? Mengingat hal tersebut di atas masalah gizi juga dapat mempengaruhi masa depan bangsa dalam menhadapi tantangan globalisasi.
MENGAPA MASALAH GIZI DI INDONESIA MASIH TINGGI? P7.a. Pertanyaan: Mengapa selama dasawarsa terakhir masalah gizi di Indonesia masih tetap tinggi walaupun sudah terjadi perbaikan? Jawab: Sejak Indonesia mengalami krisis multidinesi pertengahan tahun 1997 dan merebaknya isu “Gizi Buruk” atau “Busung Lapar” terjadilah pergeseran pusat perhatian pada anak gizi buruk. Kejadian gizi buruk menjadi isu politik yang sangat kuat. Sehingga upaya perbaikan gizi pada balita terfokus pada penanganan anak yang ditemukan gizi buruk yang bersifat kuratif. P7.b. Kenapa sampai sekarang masih cukup banyak anak gizi buruk yang ditemukan di masyarakat? Jawab Ini adalah akibat dari pergeseran perhatian tersebut di atas, pemerintah lebih memfokuskan pada upaya kuratif terhadap anak yang mengalami gizi buruk, sedangkan upaya preventifnya tidak digalakkan. Masih banyak anak balita kita yang berdiri dalam antrian untuk menjadi gizi buruk, jadi seperti pepatah “sembuh satu tumbuh gizi buruk yang lain”. Padahal dalam upaya penanggulangan masalah gizi buruk seperti yang termuat dalam pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat, DepKes, mengisyaratkan pentingnya upaya Preventif-promotif disamping yang bersifat Kuratif. Sekarang ini upaya pelacakan dan pencarian anak gizi buruk seperti menjadi primadona upaya perbaikan gizi masyarakat.
Sekarang ini disamping masalah gizi buruk, Indonesia juga menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah kekurangan gizi dan masalah kelebihan gizi yang terjadi pada anak balita. Apa yang menyebabkan ini dapat terjadi? Jawab: Selama ini intervensi terhadap balita yang kekurangan gizi lebih banyak tercurah pada pemberian makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan perencanaannya didasarkan pada indicator berat badan menurut umur (BB/U). Ini yang harus direformasi pada upaya perbaikan gizi dari mulai sekarang.
Kalau begitu apa salahnya menggunakan indicator BB/U dalam perencanaan upaya perbaikan gizi balita? Jawab: Indikator BB/U hanya dapat memberikan gambaran secara umum bahwa suatu daerah mengalami masalah gizi, tetapi tidak memberikan kejelasan tentang karakteristik masalah gizi yang dihadapi daerah tersebut, apakah sifatnya KRONIS, AKUT atau KRONIS-AKUT. Karakteristik Ini hanya dapat diketahui kalau kita memiliki indicator tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Balita yang memiliki BB/U kurang belum berarti memiliki masalah gizi akut (BB/TB kurus) karena berat badannya sudah sesuai dengan tinggi badannya. Anak ini bila menjadi target intervensi PMT atau MP-ASI akan bertambah cepat pertambahan berat badannya dibandingkan dengan pertambahan tinggi badannya, sehingga akan terjadi fenomena balita pendek-gemuk.
Mengapa mengetahui karakteristik masalah gizi tersebut penting? Jawab Karena masalah gizi yang sifatnya kronis, akut, atau kronis-akut memiliki implikasi yang berbeda untuk menanganinya. Masalah gizi kronis lebih terkait dengan masalah social ekonomi, perilaku-budaya sehingga penanggulangannya tidak melulu menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi harus dilakukan secara lintas sector dengan sector-sektor lain yang terkait dengan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Masalah gizi akut lebih terkait dengan masalah kekurangan asupan zat gizi dan masalah penyakit infeksi, sehingga penanganannya lebih banyak menjadi tanggung jawab sector kesehatan. Masalah kronis-akut memiliki implikasi dari kombinasi maslah gizi yang bersifat kronis dan masalah gizi yang bersifat akut
AKHIR-AKHIR INI MUNCUL ISU MASALAH BALITA PENDEK YANG MENJADI SALAH SATU ACUAN DALAM UPAYA PERBAIKAN GIZI KE DEPAN, MENGAPA DEMIKIAN?