Stephanus Benedictus, S.T., M.Si. DESAIN INDUSTRI Stephanus Benedictus, S.T., M.Si.
DESAIN INDUSTRI Produk yang akan diluncurkan ke pasar selain telah memenuhi aspek fungsi juga harus memenuhi aspek desain industri. Tahap ini dilakukan setelah melewati tahap prototype alpha & beta. Tujuannya: membuat produk yang dibuat agar nampak indah. Industrial Designer Society of America (IDSA) menyatakan desain industri sebagai: Layanan profesional dalam hal penciptaan dan pengembangan konsep dan spesifikasi untuk mengoptimalkan fungsi, nilai, dan tampilan produk dan sistem sehingga memberikan manfaat pada pengguna maupun pembuat.
RUANG LINGKUP DESAIN INDUSTRI Penciptaan & pengembangan konsep serta spesifikasinya Mengoptimalkan: Fungsi & nilai produk. Tampilan produk. Sistem
Perluasan dari kedua lingkup tersebut adalah (Dreyfuss, 1967): PRAKTIKNYA LINGKUP DESAIN INDUSTRI TERSEBUT BERFOKUS PADA ASPEK ERGONOMI & AESTETIKA SAJA. Perluasan dari kedua lingkup tersebut adalah (Dreyfuss, 1967): Utilitas: aman, mudah pemakaiannya, & intuitif. Penampilan: kombinasi bentuk garis, proporsi, & warna menjadi sesuatu yang indah. Kemudahan perawatan: mudah dirawat & diganti. Biaya rendah: biaya produksi rendah, Komunikasi: filosofi dan misi perusahaan tercermin pada kualitas visual produk.
PENGUJIAN ASPEK ERGONOMI & AESTETIKA Kebutuhan ergonomi: Apakah produk tersebut mudah dipakai & dirawat? Berapa jumlah pengguna yang memakai produk tersebut? Apakah produk tersebut ada kebaruannya? Apakah produk tersebut aman dipakai?
PENGUJIAN ASPEK ERGONOMI & AESTETIKA Kebutuhan aestetika: Apakah produk tersebut ada deferensiasinya? Apakah orang yang memakai produk tersebut bangga, image bertambah baik, dan cukup fashionable? Apakah aspek aestetika memberikan motivasi pada tim pengembang produk?
JIKA JAWABANNYA: Desain produk tsb cukup baik & menarik pengguna jika dilihat dari aspek ergonomi & aestetika. YA
Stephanus Benedictus, S.T., M.Si. PROTOTYPING & TESTING Stephanus Benedictus, S.T., M.Si.
PROTOTYPING Gambaran awal dan bersifat sementara sebelum produk riilnya dibuat. Prototype dapat diungkapkan dengan 4 macam sumbu (2 pasang sumbu), yaitu: fokus – komprehensif (F-K) & analitik – fisik (A-F). Sumbu F-K : Jumlah fitur fungsi. Jumlah fitur fungsi pada fokus adl satu & semakin ke arah komprehensif jumlah fiturnya semakin banyak atau lengkap. Sumbu A-F : Tingkat penampakan prototype. Prototype analitik tidak menunjukkan penampakan riil, tetapi prototype fisik menujukkan penampakan riil. Pada sumbu ini model matematik berada di fokus-analitik, mock-up berada di fokus-fisik, & prototype alpha & beta berada di fisik –komprehensif.
α β FISIK MOCK-UP FOKUS MODEL MATEMATIK ANALITIK KOMPREHENSIF MENDEKATI RIIL MOCK-UP α β PROTOTYPE BELUM SEMPURNA FOKUS KOMPREHENSIF MODEL MATEMATIK PROTOTYPE SEMPURNA = STRUKTUR PRODUK ANALITIK
Mock up: sebuah media visual atau preview dari sebuah konsep desain datar yang diberikan efek visual sehingga hasilnya sangat menyerupai wujud nyata. Mock up dapat memberikan gambaran nyata dari sebuah konsep desain bagaimana konsep itu akan terlihat nantinya jika sudah diaplikasikan ke dalam benda nyata? apakah terlihat bagus atau tidak?
CONTOH MOCK UP
LEVEL 1 LEVEL 2 LEVEL 3 LEVEL 4 STRUKTUR PROTOTYPE PROTOTYPE MODUL 1 CHUNK 1 KOMPONEN/ PART 1 KOMPONEN/ PART 2 CHUNK 2 MODUL 2
PROSES PEMBUATAN PROTOTYPE KOMPONEN/PART CHUNK PROTOTYPE MODUL PERANGKAT LUNAK UNTUK MENJALANKAN PROTOTYPE
KURVA BIAYA PRODUKSI VS JUMLAH PRODUK
Jumlah produk semakin banyak biaya produksi semakin rendah Penurunan biaya ini terjadi karena adanya beberapa kegiatan yang hanya dilakukan satu kali (spt. Set up mesin, desain prototype, & molding). Biaya produksi dapat diformulasikan sbb: Cx = Crm + Ct + Co + Ce +Cb Keterangan: Cx : production cost (jika x = prototype & m = massal) Crm : raw material cost Ct : set up tooling cost Co : operator cost Ce : energy cost Cb : brand cost Biayanya berbeda biaya utk produksi prototype lebih mahal daripada massal karena jumlah prototype sedikit. Kontributor penurunan biaya produksi, krn biaya bahan baku yg semakin murah & biaya set up yg hanya dilakukan satu kali.
Stephanus Benedictus, S.T., M.Si. RAPID PROTOTYPING Stephanus Benedictus, S.T., M.Si.
RAPID PROTOTYPING (LAYER MANUFACTURING TECHNOLOGY) Komponen prototype untuk produk diskrit dapat dibuat menggunakan kombinasi berbagai metode manual (pengrajin), permesinan “material removing”, & material additive. Cara tsb dinamakan rapaid prototyping (RP) atau layer manufacturing technology (LMT). Metode ini dikenal lebih cepat dibandingkan metode konvensional. Jika menggunakan metode ini diharapkan dapat mengurangi waktu dan biaya pembuatan prototype menjadi serendah-rendahnya sehingga harga produk menjadi lebih kompetitif. Proses pengerjaannya dilakukan lapis demi lapis dan lapisan2 tadi ditumpuk menjadi sebuah benda 3D. Bedanya dengan cara machining adalah metode ini tidak ada sisa potongan (waste).
KLASIFIKASI LMT LMT berbasis material solid berbentuk partikel (serbuk), pellet, wire (filamen), dan lembaran (laminate). Misalnya: kertas, resin, wax, nilon, polycarbonate, metal, & keramik. LMT berbasis material cair. Misalnya: foto-resin.
PROSES KONVERSI DARI 3D-CAD MENJADI PRODUK AKHIR
Stephanus Benedictus, S.T., M.Si. TESTING PROTOTYPING Stephanus Benedictus, S.T., M.Si.
Membuat prototype β Prototype α (selesai) Prototype α diuji Prototype β diuji Prototype β (selesai)
TESTING PROTOTYPE Fungsi: untuk meyakinkan bahwa produk sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Tampilan: pada produk yang nantinya akan dijual ke pasar. Meliputi bentuk, ukuran, tekstur, & warna. Respon pasar: dilakukan dengan cara observasi.