POLA-POLA PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA Pola Mitra Usaha Pola mitra usaha lebih banyak diterapkan pada sub sektor perkebunan. Gagasan utama dari pola mitra usaha ini adalah menjalin kerjasama antara petani dengan pengusaha perkebunan besar dalam hal pembuatan kebun dan pemasaran hasil. Kerjasama antara pengusaha dengan petani didasari pada beberapa asumsi antara lain: Petani memiliki lahan yang potensial sedangkan perkebunan besar menguasai teknologi budidaya perkebunan yang cukup memadai. Petani membutuhkan jaminan pasar dari hasil produksi mereka sedangkan perkebunan besar membutuhkan jaminan bahan baku untuk pabrik yang mereka miliki.
Dalam subsektor perkebunan pola ini dinamakan dengan pola kemitraan yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan/perbaikan budidaya kebun petani dan pemasaran hasil. Pihak petani diharuskan menyediakan lahan seluas 2,5 – 5 ha yang akan dijadikan kebun. Pihak perusahaan bertugas mengolah tanah tersebut menjadi kebun yang siap panen dengan kualitas standar. Pihak perusahaan wajib menampung hasil produksi yang dihasilkan oleh petani. Petani wajib menjual hasil produksi tersebut dan membayar cicilan kredit sebagai biaya pembuatan kebun kepada perusahaan.
Keunggulan dari pelaksanaan pola mitra usaha adalah petani tidak perlu repot untuk melaksanakan kegiatan budidaya yang memakan waktu cukup lama dan beresiko tinggi khususnya bagi petani yang belum menguasai teknologi perkebunan dan menghadapi masalah pemasaran. Kelemahan dari pola kemitraan ini adalah pola tersebut tidak meningkatkan kemampuan petani dalam menguasai teknologi pertanian seperti keahlian pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.
Pola Pembangunan Pilot Project Gagasan utama dari pola pilot project ini adalah membina sekelompok petani di suatu wilayah dengan tujuan untuk dapat menjadi contoh bagi petani lain. Asumsi yang digunakan dalam pola pilot project ini antara lain: Petani bersedia menjadi perintis dalam melakukan pembaharuan pertanian kalau ada dukungan dan bantuan dari pemerintah. Petani bersedia melakukan pembaharuan kalau ada contoh keberhasilan yang mampu dilihat secara nyata. Untuk mempercepat proses pembaharuan tersebut dapat dilakukan melalui proses komunikasi atau pendidikan dan pelatihan
Pola pilot project ini dilaksanakan dengan memberikan pembinaan kepada petani secara lengkap mulai dari sosialisasi proyek, pelatihan, sampai kepada bimbingan teknis di lapangan dalam rangka memberikan pengetahuan tentang teknologi baru. Pola ini biasanya dilakukan dengan memilih petani-petani maju yang dianggap bisa diajak untuk bekerja sama dan dijadikan perintis dalam melakukan kegiatan yang direncanakan. Kelemahan dari pola ini adalah membutuhkan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan nilai tambah yang akan diperoleh petani dari hasil produksinya. Target yang diharapkan dari pola ini adalah peningkatan kualitas sumberdaya petani sehingga mampu mengembangkan usahanya secara mandiri dan kemajuan petani lainnya di wilayah kegiatan.
Pola pembangunan Kawasan Pertumbuhan Gagasan dari pola ini adalah mencipatakan suatu kawasan dimana aktivitas ekonomi berlangsung secara pesat sehingga terselenggara mekanisme pasar yang mampu mendorong permintaan dan penawaran untuk aktivitas agribisnis Asumsi yang mendasari teori ini adalah petani akan terpacu melakukan aktivitas agribisnis perkebunan apabila tersedia mekanisme pasar untuk barang-barang yang diperlukan (input produksi) dan untuk produksi (output) yang dihasilkan. Pola Pusat Pertumbuhan; strategi pembangunan kawasan pertumbuhan melalui pembangunan mega proyek sebagai leading sector yang akan menimbulkan efek pengganda sehingga dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi lain yang terkait.
Pola pembangunan terpadu; strategi pembangunan kawasan pertumbuhan melalui penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memudahkan petani dalam pengadaan input dan pemasaran output melalui koordinasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat. Pola pembangunan agropolitan; melaksanakan pembangunan suatu kawasan pertumbuhan dengan menyediakan sarana dan prasarana sosial ekonomi sehingga memudahkan para petani dalam melakukan aktivitas pasar. Ada tiga persyaratan dasar untuk pembangunan kawasan agropolitan ini yaitu penutupan teritorial secara efektif, komunalisasi sumber daya air dan tanah, dan pemerataan akses untuk akumulasi kekuasaan sosial. Pola pembangunan pertanian masa depan; meningkatkan peranan koperasi dalam pola mitra usaha, membangun pusat percontohan pertanian maju, dan pemantapan pembangunan agropolitan.