PEMBIBITAN SAPI POTONG

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN dan PENANGANANNYA
Advertisements

STRES PENGUBAH TINGKAH LAKU TERNAK
KESEHATAN LINGKUNGAN FKM-Unair
SK DIRJEN PETERNAKAN No: 774/KPTS/DJP/DEPTAN/1982 SYARAT-SYARAT TEKNIS PERUSAHAAN PETERNAKAN AYAMPETELUR ATAU AYAM PEDAGING MENIMBANG : SK Menteri Pertanian.
Ilmu Produksi Aneka Ternak
Sanitasi dan Keamanan.
Good Manufactory Practices
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkungan
Pengolahan Limbah Pertanian sebagai Pakan Ternak
Pujianto DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
Ir. Boyon, MP Rahmi Wati, S.Pt, M.Si
SISTEM PRODUKSI SAPI POTONG
FLU BURUNG DAN FLU BABI.
Budidaya domba garut Oleh: Ilma Mahdiana ( )
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
BETERNAK DOMBA DAN KAMBING
BAYU WIANTO Kelas E No. Absen 33 NIM
Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong
SK. Mentan No. 190/Kpts/Org/5/1975 SK Mentan No. 406/Kpts/Org/8/1980
TEKNOLOGI BUDIDAYA TERAK AYAM DRH. ROSMAWATY SAOENI,MP
MANAJEMEN TERNAK BABI.
Sanitasi dan Keamanan Industri Pangan
Masalah Pangan Ketika Bencana
MANAJEMEN TERNAK PERAH
Fakultas Agroindustri, Program Studi Peternakan
PERATURAN TENTANG PEMBIBITAN
Kebijakan dan Strategi Pemerintah dalam Membangun Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Kambing dan Domba Disampaikan pada : SILATNAS dan JAMBORE 2015 Peternak.
KESMAVET DAN KESRAWAN SERTA PENCEGAHAN PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF
PENYEDIAAN DAGING NASIONAL
PEMBIBITAN SAPI POTONG
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
MANAJEMEN PEJANTAN By Setyo Utomo 2013.
MANAJEMEN PEMULIAAN TERNAK
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
MANAJEMEN PEJANTAN By Setyo Utomo 2013.
Bangsa-Bangsa Sapi dan Kerbau.
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Kambing dan Domba
MANAJEMEN TERNAK POTONG
SATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS.
Budidaya Burung Puyuh (Coturnix-coturnix Japonica )
Tata Laksakna Pengawinan
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
DANA MANDASARI ZELIKA DEWI NIM : KELAS:E
POLA PRODUKSI Klasifikasi ternak sapi Berdasarkan jenis kelamin :
MANAMENT PEMELIHARAAN SAPI PERAH
LIMBAH PETERNAKAN SAPI DAN PENANGGULANGANNYA
PEMELIHARAAN ANAK AYAM TIPE PETELUR
TITIK KENDALI KRITIS DAN ANALISIS BAHAYA
MATERI Manajemen Seleksi Pejantan dan Induk Sebagai Donor dan Resipien
Beternak Itik Secara Intensif
POTENSI PRODUKSI dan KEMAMPUAN ADAPTASI LINGKUNGAN PADA SAPI DAN KERBAU Surotul Khikma Chindya Rista sari Devi Navalia
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
TINGKAT KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI BALI DAN MADURA PADA SISTEM PEMELIHARAAN KANDANG KELOMPOK Muchamad Luthfi dan Yeni Widyaningrum.
Kesehatan ternak Beberapa hal yang paling penting diketahui dalam masalah kesehatan ternak adalah sebagai berikut: 1. Ciri-ciri hewan ternak yang sehat.
Oleh :.
PEMELIHARAAN TERNAK SAPI
SISTEM PRODUKSI SAPI PERAH
BREEDING KELOMPOK 2 RIZA PAMUNGKAS
PROGRAM KESEHATAN Resisten Penyakit pada Ternak Desain Fasilitas
PENINGKATAN NILAI TAMBAH
SISTEM PRODUKSI SAPI POTONG
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA (Ternak Domba)
HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA
Data Hasil Penggemukan Sapi PO di Kebun Dolok Ilir PTPN IV (selama 30 hari), Tahun 2005 Nomor Sapi Pertambahan Bobot Badan 1 (kg) Pertambahan Bobot Badan.
BAB 1 DAN BAB 2 KETENTUAN UMUM, ASAS DAN TUJUAN PERATURAN DAN PERUNDANGAN PETERNAKAN 1.
Keamanan Pangan. – Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang.
1 MEMAHAMI KANDANG TERNAK Kompetensi Keahlian : Agribisnis Ternak Ruminansia.
MANAJEMEN PEMELIHARAAN. PERKANDANGAN KANDANG TENAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN.
PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN PUSKESMAS SUWAWA TENGAH.
Transcript presentasi:

PEMBIBITAN SAPI POTONG

Latar Belakang Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan daging yaitu dengan meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas sapi potong. Untuk itu bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.

PROBLEM Pembibitan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri : skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.

SOLUSI Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi potong diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah Tujuan: mempermudah pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good breeding practice).

SARANA DAN PRASARANA A. Lokasi Lokasi usaha pembibitan sapi potong harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) setempat; 2. mempunyai potensi sebagai sumber bibit sapi potong serta dapat ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit ternak; 3. terkonsentrasi dalam satu kawasan atau satu Village Breeding Center (VBC) atau satu unit pembibitan ternak; 4. tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum setempat; 5. memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan; 6. jarak antara usaha pembibitan sapi potong dengan usaha pembibitan unggas minimal 1.000 meter.

B. Lahan Lahan untuk usaha pembibitan sapi potong harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Bebas dari jasad renik patogen yang membahayakan ternak dan manusia; 2. Sesuai dengan peruntukannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. C. Sumber Air Usaha pembibitan sapi potong hendaknya memiliki sumber air yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Air yang digunakan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang mencukupi; 2. Sumber air mudah dicapai atau mudah disediakan; 3. Penggunaan sumber air tanah tidak mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat.

D. Bangunan dan Peralatan 1. Untuk pembibitan sapi potong sistem pastura diperlukan bangunan dan peralatan sebagai berikut: a. Bangunan - Paddock yaitu bagian dari padang penggembalaan yang berpagar. Pemagaran paddock dapat dilakukan dengan mempertimbangkan populasi dan kapasitas daya tampung padang penggembalaan. - Tempat penangan sapi (Cattle Yard) yaitu bagian dari padang penggembalaan yang digunakan untuk penanganan sapi dalam hal vaksinasi, bongkar muat dan sebagainya.

b. Peralatan - tempat pakan dan tempat minum; - timbangan ternak, pita ukur dan tongkat ukur; peralatan kesehatan hewan. 2. Untuk pembibitan sapi potong sistem intensif diperlukan bangunan, peralatan, persyaratan teknis dan letak kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Bangunan: - kandang pemeliharaan; - kandang isolasi; - gudang pakan dan peralatan; - unit penampungan dan pengolahan limbah. b. Peralatan: - tempat pakan dan tempat minum; - alat pemotong dan pengangkut rumput; - alat pembersih kandang dan pembuatan kompos; - peralatan kesehatan hewan.

c. Persyaratan teknis kandang: - konstruksi harus kuat; - terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh; - sirkulasi udara dan sinar matahari cukup; - drainase dan saluran pembuangan limbah baik, serta mudah dibersihkan; - lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak; - luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung; kandang isolasi dibuat terpisah. d. Letak kandang memenuhi persyaratan sebagai berikut : - mudah diakses terhadap transportasi; - tempat kering dan tidak tergenang saat hujan; - dekat sumber air; - cukup sinar matahari, kandang tunggal menghadap timur, kandang ganda membujur utara-selatan; - tidak mengganggu lingkungan hidup; memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi.

E. B i b i t 1. Klasifikasi Bibit sapi potong diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata; b. bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar; c. bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.

2. Standar mutu Untuk menjamin mutu produk yang sesuai dengan permintaan konsumen, diperlukan bibit ternak yang bermutu, sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit sapi potong sebagai berikut: a. Persyaratan umum: i. sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; ii. semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan; iii. sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya.

Sapi Bali b. Persyaratan khusus: Persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun sapi yaitu sebagai berikut: Sapi Bali Kualitatif Betina: - Warna bulu merah; - Lutut ke bawah berwarna putih; - Pantat warna putih berbentuk setengah bulan; - Ujung ekor berwarna hitam; - Garis belut warna hitam di punggung; - Tanduk pendek dan kecil; - Bentuk kepala panjang dan sempit; - Leher ramping.

Kuantitatif Betina umur 18-24 bulan Tinggi gumba: Kelas I minimal 105 cm; Kelas II minimal 97 cm; Kelas III minimal 94 cm. Panjang Badan: Kelas I minimal 104 cm; Kelas II minimal 93 cm; Kelas III minimal 89 cm.

Jantan: - Warna bulu hitam; - Lutut ke bawah berwarna putih; - Pantat putih berbentuk setengah bulan; - Ujung ekor hitam; - Tanduk tumbuh baik warna hitam; - Bentuk kepala lebar; - Leher kompak dan kuat.

Jantan umur 24-36 bulan Tinggi gumba: Kelas I minimal 119 cm; Kelas II minimal 111 cm; Kelas III minimal 108 cm. Panjang badan: Kelas I minimal 121 cm; Kelas II minimal 110 cm; Kelas III minimal 106

F. Pakan 1. Setiap usaha pembibitan sapi potong harus menyediakan pakan yang cukup bagi ternaknya, baik yang berasal dari pakan hijauan, maupun pakan konsentrat. 2. Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai kadar serat yang relatif tinggi dan kadar energi rendah. Kualitas pakan hijauan tergantung umur pemotongan, palatabilitas dan ada tidaknya zat toksik (beracun) dan anti nutrisi. 3. Pakan konsentrat yaitu pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi, tidak terkontaminasi mikroba, penyakit, stimulan pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang dapat diterima oleh negara pengimpor. 4. Air minum disediakan tidak terbatas (ad-libitum).

G. Obat hewan 1. Obat hewan yang digunakan meliputi sediaan biologik, farmasetik, premik dan obat alami. 2. Obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik harus memiliki nomor pendaftaran. Untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran. 3. Penggunaan obat keras harus di bawah pengawasn dokter hewan sesuai ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku di bidang obat hewan. H. Tenaga Kerja Tenaga yang dipekerjakan pada pembibitan ternak sapi potong harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Sehat jasmani dan rohani; 2. Tidak memiliki luka terbuka; 3. Jumlah tenaga kerja sesuai kebutuhan

a. pada pembibitan sapi potong dengan sistim intensif, setiap satu orang/hari kerja, untuk 5 satuan ternak (ST); b. pada pembibitan sapi potong dengan sistem pastura, setiap satu orang/hari kerja, untuk 10-20 satuan ternak (ST); 4. Telah mendapat pelatihan teknis pembibitan sapi potong.

PROSES PRODUKSI BIBIT A. Pemeliharaan Dalam pembibitan sapi potong, pemeliharaan ternak dapat dilakukan dengan sistim pastura (penggembalaan), sistim semi intensif, dan sistim intensif. 1. Sistim pastura yaitu pembibitan sapi potong yang sumber pakan utamanya berasal dari pastura. Pastura dapat merupakan milik perorangan, badan usaha atau kelompok peternak. 2. Sistim semi intensif yaitu pembibitan sapi potong yang menggabungkan antara sistem pastura dan sistem intensif. Pada sistem ini dapat dilakukan pembibitan sapi potong dengan cara pemeliharaan di padang penggembalaan dan dikandangkan. 3. Sistem intensif yaitu pembibitan sapi potong dengan pemeliharaan di kandang. Pada sistem ini kebutuhan pakan disediakan penuh.

B. Produksi Berdasarkan tujuan produksinya, pembibitan sapi potong dikelompokkan ke dalam pembibitan sapi potong bangsa/rumpun murni dan pembibitan sapi potong persilangan. 1. Pembibitan sapi potong bangsa/rumpun murni, yaitu perkembangbiakan ternaknya dilakukan dengan cara mengawinkan sapi yang sama bangsa/rumpunnya.

2. Pembibitan sapi potong persilangan, yaitu perkembangbiakan ternaknya dilakukan dengan cara perkawinan antar ternak dari satu spesies tetapi berlainan rumpun. C. Seleksi Bibit Seleksi bibit sapi potong dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit sapi potong tersebut, dengan mempergunakan kriteria seleksi sebagai berikut: 1. Sapi Induk a. sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur; b. anak jantan maupun betina tidak cacat dan mempunyai rasio bobot sapih umur 205 hari (weaning weight ratio) di atas rata-rata.

2. Calon Pejantan a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan musim kelahiran, di atas rata-rata; b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata; c. pertambahan bobot badan antara umur 1-1,5 tahun di atas rata-rata; d. bobot badan umur 2 tahun di atas rata-rata; e. libido dan kualitas spermanya baik; f. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya. 3. Calon induk c. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.

D. Perkawinan Dalam upaya memperoleh bibit yang berkualitas melalui teknik perkawinan dapat dilakukan dengan cara kawin alam dan Inseminasi Buatan (IB). 1. Pada kawin alam rasio jantan banding betina diusahakan 1:8-10.

2. Perkawinan dengan Inseminasi Buatan memakai semen beku SNI 01.4869.1-2005 atau semen cair dari pejantan yang sudah teruji kualitasnya dan dinyatakan bebas dari penyakit hewan menular yang dapat ditularkan melalui semen. 3. Teknik Transfer Embrio (TE) dengan embrio beku atau segar yang sudah teruji. 4. Dalam pelaksanaan kawin alam atau Inseminasi Buatan atau Transfer Embrio harus dilakukan pengaturan penggunaan pejantan atau semen atau embrio untuk menghindari terjadinya perkawinan sedarah (inbreeding).

E. Ternak Pengganti (Replacement Stock ) Pengadaan ternak pengganti (replacement stock), dilakukan sebagai berikut: 1. Calon bibit betina dipilih 25% terbaik untuk replacement, 10% untuk pengembangan populasi kawasan, 60% dijual ke luar kawasan sebagai bibit dan 5% dijual sebagai ternak afkir (culling); 2. Calon bibit jantan dipilih 10% terbaik pada umur sapih dan bersama calon bibit betina 25% terbaik untuk dimasukkan pada uji performan.

F. Afkir (Culling) Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit (afkir/culling), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk bibit rumpun murni, 50% sapi bibit jantan peringkat terendah saat seleksi pertama (umur sapih terkoreksi) dikeluarkan dengan di kastrasi dan 40%nya dijual ke luar kawasan. 2. Sapi betina yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit (10%) dikeluarkan sebagai ternak afkir (culling). 3. Sapi induk yang tidak produktip segera dikeluarkan. G. Pencatatan (Recording) Setiap usaha pembibitan sapi potong hendaknya melakukan pencatatan (recording). Pencatatan (recording) tersebut meliputi:

1. Rumpun; 2. Silsilah; 3. Serkawinan (tanggal, pejantan, IB/kawin alam); 4. Kelahiran (tanggal, bobot lahir); 5. Penyapihan (tanggal, bobot badan); 6. Peranak kembali (tanggal, paritas); 7. Pakan (jenis, konsumsi); 8. Vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan/treatment); 9. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran ternak);

H. Persilangan Persilangan yaitu salah satu cara perkawinan, perkembangbiakan ternaknya dilakukan dengan cara perkawinan antara hewan-hewan dari satu spesies yang berlainan rumpun. Untuk mencegah penurunan produktivitas akibat persilangan, harus dilakukan menurut ketentuan sebagai berikut: 1. Sapi induk rumpun kecil (sapi Pesisir, Madura dan Bali) yang akan disilangkan harus berukuran di atas standar atau setelah beranak pertama; 2. Komposisi darah sapi persilangan sebaiknya dijaga komposisi darah sapi temperatenya tidak lebih dari 50%; 3. Prinsip-prinsip seleksi dan culling sama dengan pada rumpun murni.

J. Kesehatan Hewan Untuk memperoleh hasil yang baik, pembibitan sapi perah harus memperhatikan persyaratan kesehatan hewan yang meliputi: 1. Situasi penyakit Pembibitan sapi potong harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), ingus jahat (Malignant Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fever, lidah biru (Blue Tongue), radang limpa (Ánthrax), dan kluron menular (Brucellosis).

2. Pencegahan/Vaksinasi a. pembibitan sapi potong harus melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang; b. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak; c. melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular; d. penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis; e. pemotongan kuku dilakukan minimal 3 bulan sekali;

f. dilakukan tindakan Biosecurity terhadap keluar masuknya ternak. Dalam rangka pengamanan kesehatan setiap pembibitan sapi potong harus memperhatikan hal-hal tindak biosecurity sebagai berikut: 1). Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit; 2). Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya;

3). Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang sehat; 4). Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit; 5). Membakar atau mengubur bangkai kerbau yang mati karena penyakit menular; 6). Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan; 7). Segera mengeluarkan ternak yang mati dari kandang untuk dikubur atau dimusnahkan oleh petugas yang berwenang; 8). Mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh petugas yang berwenang.

PELESTARIAN LINGKUNGAN Setiap usaha pembibitan sapi potong hendaknya selalu memperhatikan aspek pelestarian lingkungan, antara lain dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun rencana pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan sebagaimana diatur dalam: a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); c. Peraturan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

2. Melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan, sebagai berikut: a. mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan penghijauan di areal peternakan; b. mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain seperti bau busuk, serangga, pencemaran air sungai dan lain-lain; c. membuat dan mengoperasionalkan unit pengolah limbah peternakan (padat, cair, gas) sesuai kapasitas produksi limbah yang dihasilkan. Pada peternakan rakyat dapat dilakukan secara kolektif oleh kelompok.