PERTEMUAN 6 BUKTI PEMERIKSAAN Tipe/Jenis Bukti Pemeriksaan Sistem Pengawasan Intern (SPI) Sistem pengawasan Intern perusahaan dapat mengecek ketelitian dan dapat dipercayanya data akuntansi. Kuat atau lemahnya sistem pengendalian intern menrupakan indikator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu, sisitem pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk menentukan dapat atau tidaknya informasi laporan keuangan dipercaya Bukti fisik bukti ini banyak diperoleh auditor dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan secara fisik aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya
Bukti dokumenter Bukti yang berupa catatan atau kertas-kertas lain ini merupakan bukti yang paling penting dalam pemeriksaan akuntan. Menurut sumber dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dikelompokkan sebagai berikut : - Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim ke auditor secara langsung - bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim melalui klien - bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan klien Catatan akuntansi catatan akuntansi seperti jurnal, buku besar dll, merupakan sumber data untuk membuat laporan keuangan. Oleh sebab itu bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang diperiksa dalam pemeriksaan laporan keuangan.
Perhitungan sebagai bukti perhitungan yang dilakukan oleh auditor merupakan bukti pemeriksaan yang bersifat kuantitatif untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien. Perhitungan tersbut misalnya : - Footing untuk meneliti penjumlahan vertikal - Croos-footing untuk meneliti penjumlahan horisontal - perhitungan depresiasi dll Bukti lisan auditor melakukan wawancara dengan karyawan dan manajemen perusahaan. Jawaban atas pertanyaan auditor merupakan bukti lisan yang dapat menunjukkan situasi tertentu yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut atau memerlukan pengumpulan bukti lain yang menguatkan bukti lisan tersebut
Perbandingan perbandingan atas pos-pos tertentu pada laporan keuangan antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi dan menilai penyebabnya. Bukti-bukti perbandingan (rasio)ini dikumpulkan pada awal pemeriksaan untuk menentukan obyek pemeriksaan yang lebih mendalam Bukti dari spesialis spesialis disini diartikan sebagai suatu badan atau orang yang mempunyai keahlian khusus selain akuntansi dan pemeriksaan akuntan. Pada umumnya spesialis diperlukan untuk menilai aktiva tertentu
Bukti konfirmasi bukti konfirmasi adalah bukti yang diperoleh akuntan pemeriksa secara langsung dari pihak ketiga. Bukti konfirmasi mempunyai tingkat reabilitas yang tinggi. Konfirmasi dapat menunjukkan keberadaan aktiva dan keakuratan data yang diperoleh. Konfirmasi yang dilakukan oleh akuntan pemeriksa, misalnya : - kas dibank dikonfirmasikan ke bank - piutang usaha dikonfimasikan ke pelanggan - persediaan yang disimpan di gudang umum dikonfirmasikan ke penjaga atau kepala gudang
Bukti pernyataan tertulis dari manajemen bukti ini memuat tentang pernyataan-pernyataan manajemen tentang tanggung jawab manajemen, yang menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Termasuk didalamanya, kejadian-kejadian khusus, rekening-rekenming khusus, dll Bukti analitikal bukti analitikal adalah bukti yang dianut oleh akuntan pemeriksa untuk membandingkan data-data. Bukti ini digunakan untuk menganalisis kejanggalan-kejanggalan data klien
Bukti-bukti ini meliputi data akuntansi (buku besar, buku pembantu, buku jurnal dll) serta informasi-informasi yang berhubungan dengan laporan keuangan Hal penting yang berkaitan dengan bukti yaitu : Kecukupan bukti pemeriksaan kecukupan bukti berkaitan erat dengan jumlah bukti. Dalam menentukan bukti-bukti yang diperiksanya, auditor harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Materialitas materialitas, dalam menguji saldo rekening ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Jika tingkat materialitas tinggi, bukti yang diperlukan oleh akuntan pemeriksa rendah.
Risiko pemeriksaan resiko pemeriksaan sangat mempengaruhi kecukupan bukti yang diperlukan. Hal ini disebabkan, bahwa risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan jumlah bukti yang diperlukan. Akuntan pemeriksa memerlukan jumlah bukti yang lebih banyak jika tingkat resiko deteksi rendah Faktor-faktor ekonomi (keterbatasan) akuntan pemeriksa memilki keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan guna memberikan pendapat atas laporan keuangan. Keterbatasan faktor ekonomis tersebut adalah waktu dan biaya untuk memperoleh bukti yang diperlukan. Oleh karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka akuntan pemeriksa harus memilih bukti yang memiliki kualitas yang mendukung dan kuantitas yang memadai sesuai dengan diperlukan
Ukuran populasi dari adanya ukuran populasi bukti yang sangat banyak, maka didalam pemerolehan bukti pemeriksaan, akuntan pemeriksa menerapkan metode sampling Karakteristik populasi karakteristik populasi menyangkut homogenitas dan variabilitas bukti transaksi. Akuntan pemeriksa harus memperoleh bukti yang lebih banyak, jika bukti transaksi mempunyai karakterisitik yang sangat variabilitas (bermacam-macam), sedangkan jika bukti tersebut homogen akuntan pemeriksa dapat memperkecil sample bukti yang diperoleh Kompetensi bukti pemeriksaan kompetensi bukti pemeriksaan merupakan kaitan antara bukti dengan tujuan pemeriksaan. Kompetensi bukti pemeriksaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Relevansi bukti kriteria relevansi bukti adalah bahwa bukti yang diperoleh oleh akuntan pemeriksa harus dapat mendukung keputusan auditor. Sumber bukti bukti yang diperoleh oleh akuntan pemeriksa memliki berbagai tingkat reabilitas (dapat dipercayanya). Tingkat reabilitas bukti dapat ditunjukkan sebagai berikut : - jika bukti diperoleh dari pihak luar yang independen dari perusahaan, bukti tersebut menyediakan tingkat reabilitas yang lebih tinggi ketimbang bukti tersebut diperoleh dari dalam perusahaan - jika data akuntansi dan laporan keuangan dibentuk atau dibangun dari struktur pengendalian intern yang baik, maka bukti yang tersedia lebih dapat dipercaya - pengetahuan langsung akuntan pemeriksa lebih dapat dipercaya dari pada bukti yang diperoleh tidak langsung
Waktu Kriteria ini menyatakan bahwa bukti yang relevan dan dapat dipercaya harus mampu diperoleh pada saat dibutuhkan oleh akuntan pemeriksa Obyektivitas bukti yang obyektivitas lebih dapat dipercaya ketimbang bukti yang subyektif. Hal ini dapat dijelaskan, bukti yang diperoleh dari pihak luar yang independen lebih obyektif dari pada bukti yang dari dalam perusahaan, dan bukti dari aktiva yang berujud lebih dapat dipercaya ketimbang dari aktiva yang tidak berujud. Dasar yang dapat dipertanggung jawabkan pendapat auditor atas laporan keuangan klien merupakan pendapat yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, pendapat tersebut harus didasarkan atas bukti yang kuat.
Dalam mnetapkan bukti-bukti yang mendukung pendapatnya, auditor dipengaruhi faktor-faktor berikut : Pertimbangan profesional Integritas manajemen Transaksi yang terjadi diperusahaan Pemilik perusahaan (Publik/Private) Kondisi keuangan perusahaan Sifat bukti Bukti meliputi dua macam : data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data) dan bukti pendukung (corroborating information). Bukti akuntansi yang mendasari meliputi : buku jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan catatan-catatan akuntansi yang berhubungan, catatan memo, perhitungan rekonsiliasi yang dibuat manajemen.
bukti pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan, seperti : cek, faktur, kontrak, catatan rapat, konfirmasi, pernyataan manajemen, informasi yang diperoleh dari wawancara, observasi, inspeksi, pengujian phisik dan seluruh informasi yang tersedia mampu mendukung pendapat akuntan. Akuntan pemeriksa melakukan pengujian atas bukti dasar akuntansi dengan melakukan penelusuran (retracing), perhitungan kembali (recalculating), dan analisa serta review setiap langkah dan prosedur akuntansi dalam membentuk kertas kerja. Sedangkan bukti pendukung yang mendukung ke setiap rekening dan jurnal biasanya ada di file-file perusahaan yang tersedia untuk pengujian bagi akuntan pemeriksa.
Tahap pengumpulan audit Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai pengumpulan jenis bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat selama proses audit. Contohnya, bukti seperti perhitungan fisik persediaan, perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan pengeluaran kas, ayat-ayat jurnal, dan perincian dokumen pengiriman semuanya dikumpulkan dengan menggunakan prosedur audit. Ukuran sampel. Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi auditor untuk mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian populasi yang sedang diuji. Andaikan terdapat 6.000 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih ukuran sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas
Item-item yang dipilih Item-item yang dipilih. Sesudah ukuran sampel ditentukan untuk suatu prosedur audit tertentu, masih perlu diputuskan item-item tertentuyang harus diperiksa. Umpamanya, jika auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari populasi 6.000 sebagai perbandingan dengan jurnal pengeluaran kas, berbagai metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek pertama, (2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar, (3) memilih cek-cek secara acak, atau (4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor mengandung kekeliruan Pengaturan waktu (timing). Pengaturan waktu prosedur audit bisa berkisar dari awal periode akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit laporan keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu sampai tiga bulan setelah akhir tahun
Program audit adalah uraian terinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan keputusan berkenan dengan bukti untuk audit tertentu. Program audit selalu memuat daftar prosedur audit Prosedur pemeriksaan yang biasanya dilakukan auditor : Inspeksi inspeksi merupakan pemeriksaan yang terperinci atas dokumen dan catatan, serta kondisi fisik atas sumber daya yang berwujud. Pemeriksaan atas dokumen oleh auditor akan menentukan keaslian dokumen tersebut. Sedangkan pemeriksaan kondisi fisik terhadap suatu sumber daya yang berwujud akan memperoleh informasi mengenai eksistensi dan kondisi fisik sumber tersebut. Prosedur pemeriksaan jenis ini merupakan prosedur pemeriksaan yang paling banyak dilakukan auditor
Observasi (pengamatan) prosedur pemeriksaan ini digunakan auditor untuk melihat atau mengamati suatu aktivitas. Aktivitas yang diamati oleh auditor misalnya : penyimpanan kas, pembuatan dan persetujuan pembuatan voucher, perhitungan fisik atas persediaan. Dari pengamatan ini auditor memperoleh pengetahuan atas aktivitas dalam bentuk fisik. Obyek pengamatan yang dilakukan meliputi : karyawan, prosedur dan proses Konfirmasi konfirmasi dilakukan oleh auditor untuk memperoleh informasi secara langsung dari pihak yang independen, sehingga obyektivitas informasi dapat diandalkan.
Wawancara prosedur wawancara dilakukan secara lisan, tetapi bukti yang diperoleh dapat berupa bukti lisan maupun dokumenter. Wawancara umumnya dilakukan dengan manajemen dan dengan pihak luar (pihak ketiga). Apabila wawancara dilakukan dengan pihak manajemen, informasi yang ditanyakan dapat berupa tingkat keusangan persediaan, tingkat tertagihnya piutang, atau informasi lain yang bermanfaat. Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan pihak luar misalnya dengan pengacara klien mengenai perkara klien yang ditanganinya
Pengusutan dalam menjalankan prosedur pengusutan, auditor pertama-tama mengusut dokumen pencatatan atas transaksi tersebut kemudian melacak pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Pengusutan umumnya dilakukan dalam pengujian transaksi, tetapi dapat juga dilakukan dalam pengujian rekening dalam neraca. Contoh prosedur pengusutan yang dilakukan auditor adalah dalam transaksi penjualan. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa surat order dari langganan, kemudian dilanjutkan dengan suarat order penjualan, laporan pengiriman barang, faktur penjualan dan rekening piutang dalam buku pembantu piutang. Pengusutan ini dilakukan untuk memeriksa ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi
Pemeriksaan bukti pendukung prosedur ini meliputi penentuan jurnal dalam catatan akuntansi dan inspeksi dokumen yang mendukungnya sebagai dasar untuk menentukan validitas pencatatan transaksi. Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan metode yang berlawanan dengan metode yang dilakukan dalam prosedur pengusutan Perhitungan perhitungan meliputi perhitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang dilakukan oleh klien Scanning prosedur scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi dokumen-dokumen yang tidak tercatat agar dapat dilakukan penyelidikan lebih lanjut
EVALUASI BUKTI Auditor harus bersikap obyektif, berhati-hati, dan menyeluruh dalam mengevaluasi bukti pemeriksaan. Evaluasi bukti pemeriksaan diperlukan untuk menyiapkan laporan pemeriksaan yang benar. Dalam mengevaluasi bukti, auditor harus memperhatikan tujuan pemeriksaan. Suatu tujuan pemeriksaan bisa berkaitan dengan fakta, misalnya keberadaan kas ditangan (cash on hand), tetapi ada pula yang berkaitan dengan judgement. Evaluasi bukti harus lebih teliti lagi bila menghadapi situasi pemeriksaan yang mengandung resiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut : Pengawasan intern yang lemah auditor harus dapat menemukan bukti-bukti terperinci lain yang dapat mengganti bukti-bukti yang dihasilkan oleh sisitem akuntansi dengan SPI yang lemah
Kondisi keuangan klien yang tidak sehat perusahaan dengan kondisi keuangan yang tidak sehat mempunyai kecendrungan untuk menunda penghapusan piutangnya yang sulit ditagih atau menunda penghapusan persediaan barang yang sudah tidak ada nilainya. Disamping hal tersebut, kemungkinan juga lupa mencatat timbulnya hutang. Manajemen yang tidak dapat dipercaya bila manajemen perusahaan sulit untuk dipercaya, maka laporan yang dihasilkannyapun sulit dipercaya. Oleh karena itu auditor perlu mempertimbangkan lagi tugas pemeriksaan yang dipercayakan kepadanya.
Penggantian akuntan pemeriksa/auditor penggantian akuntan pemeriksa oleh klien biasanya dilakukan karena Klien tidak puas atas jasa yang diberikan auditor. Terjadi perselisihan pendapat antara klien dengan auditor mengenai laporan keuangan yang tidak dapat diselesaikan. Perubahan peraturan perpajakan perubahan peraturan yang menyebabkan pajak yang harus dibayar perusahaan meningkat cukup drastis akan menjadikan perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang tidak konsisiten dengan tahun sebelumnya agar pajak yang harus dibayar dapat dikurangi. Disamping itu perusahaan dapat juga menggeser pengakuan pendapatannya ke periode dimana tarif pajak relatif lebih rendah
Usaha yang bersifat spekulatif auditor yang memeriksa perusahaan yang usahanya bersifat spekulatif mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan memeriksa perusahaan yang usahanya bersifat stabil Transaksi yang kompleks mengandung resiko keslahan yang lebih besar dibanding dengan yang sederhana. Oleh sebab itu bagi auditor risiko yang ditanggung juga lebih besar
PENGUJIAN SUBSTANTIVE Dalam pengujian substantive yang dapat dilakukan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti pemeriksaan, dilakukan dengan : Pengujian transaksi dan saldo yang detail prosedur ini dirancang untuk memperoleh bukti yang mempunyai validitas (keshosihan) dan properitas (keabsahan) tentang perlakuan transaksi dan saldo. Demikian juga, prosedur ini digunakan untuk mendeteksi keslahan dan penyimpangan yang terjadi. Pelaksanaan pengujian atas transaksi dan saldo dilakukan pada tanggal-tanggal mendekati penyusunan laporan keuangan klien
Prosedur analitikal didalam pengujian substantive, prosedur analitikal dilakukan kembali untuk menemukan jika terjadi kejanggalan-kejanggalan. Prosedur analitikal ini dilakukan untuk menentukan kelayakan dari hubungan berbagai data