ASKEP GANGGUAN PADA KORNEA EL FARABY, S.Kep. Ners.
KORNEA Sifat jernih, transparan avaskuler dgn diameter + 12 mm. Tersususn 5 lapis : Epithelium → dpt beregenerasi bila erosi, syaraf trigeminus Membran Bowman’s → non regenerasi, barrier protektif Stroma → jar. Colagen, 90% tebal kornea. Membran decemens Endothelium → bergenerasi
Abrasi Kornea Abrasi kornea adalah kondisi medis yang melibatkan hilangnya lapisan permukaan epitel kornea mata. Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya epitel permukaan kornea. Hal ini disebabkan oleh mata kering, lensa kontak, debu atau kotoran
ETIOLOGI Penyebab trauma yang paling umum adalah: Goresan dari kuku (manusia dan hewan). Benda asing di kornea (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman, cabang pohon, dll) Berlebihan menggosok mata. Melipatnya kelopak mata bagian tepi kearah dalam, bulu mata akan menggeser konjungtiva/ kornea atau disebut juga dgn trikiasis
Ketidakmampuan untuk sepenuhnya menutup kelopak mata. Kelainan posisi menutup. Kondisi mata kering. Blepharitis, kronis (kelopak mata meradang).
MANIFESTASI KLINIS Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut: Nyeri Oedema Perubahan visus kelopak mata bengkak Adanya benda asing Fotofobia Menyipitkan mata yang berlebihan dan produksi reflex air mata
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan oftalmologi a. Pemeriksaan visus b. Pemeriksaan lapangan pandang Pemeriksaan konfrontasi Pemeriksaan perimeter atau kampimetri c. Pemeriksaan funduskopi
penatalaksanaan Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat. Meskipun abrasio kecil mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus, abrasio yang lebih besar biasanya diobati selama beberapa hari dengan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi dan kadang-kadang cycloplegic topikal untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan.
Lanjut... Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang berisifat siklopegi seperti atropine 1% pada kasus yang berat, hematropine 5% pada kasus sedang dancyclopentolate 1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri dari polytrim, gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau Ocufen).
.... Untuk erosi kornea berulang, pengobatan mungkin telah dengan operasi laser disebut keratectomy phototherapeutic. Anestesi topikal tidak akan digunakan untuk mengontrol rasa sakit terus karena mereka dapat mengurangi penyembuhan dan menyebabkan keratitis sekunder
komplikasi Kadang-kadang epitel dapat disembuhkan kurang patuh pada membran basement yang mendasari.Dalam hal ini mungkin terlepas pada interval sehingga menimbulkan erosi kornea berulang. Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan atau hingga beberapa tahun.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan intraokular. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan. Ansietas berhubungan dnegan kehilangan penglihatan aktual/potensial dan dampak yang dirasakan dari penyakit kronik pada gaya hidup. Risiko terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan efek-efek keterbatasan penglihatan.
INTERVENSI Diagnosa No. 1 Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang. Kriteria hasil : Klien akan : Melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. Klien tidak gelisah. Intervensi : 1. Lakukan tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan non farmakologi, seperti berikut : Posisi : Tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah-ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak sakit. Distraksi Latihan relaksasi R/ Tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan nonfarmakologi memungkinkan klien untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.
Lanjut... 2. Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif. R/ Klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nyerinya dan tindakan penghilangan nyeri yang efektif. 3. Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan. R/ Untuk beberapa klien terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan penghilangan nyeri yang efektif. 4. Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat, jika nyeri bertambah. R/ Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intraokular atau komplikasi lain.
Diagnosa No.2 Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Kriteria hasil : Klien akan : Menunjukkan penyembuhan tanpa gejala infeksi. Nilai Labotratorium : SDP normal, kultur negatif. Intervensi : Tingkatkan penyembuhan luka : Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat. Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas. R/ Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meningkatkan penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi.
Lanjut... Cuci tangan sebelum memulai. 2. Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata : Cuci tangan sebelum memulai. Pegang alat penetes agak jauh dari mata. Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat penetes. Ajarkan tehnik ini kepada klien dan anggota keluarganya. R/ Tehnik aseptik meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi. 3. Kaji tanda dan gejala infeksi . Kemerahan, edema pada kelopak mata. Injeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol). Drainase pada kelopak mata dan bulu mata. Materi purulen pada bilik anterior (antara kornea dan iris). Peningkatan suhu. Nilai laboratorium abnormal (misal : peningkatan SDP, hasil kultur ). R/ Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi. 4.Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan. R/ Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi. 5. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian antibiotika dan steroid. R/ Mengurangi reaksi radang, dengan steroid dan menghalangi hidupnya bakteri, dengan antibiotika.
KERATITIS Pathofisiologis : → Inflamasi pada kornea o/k virus, bakteri, herpes zoster, alergi. → Keluhan nyeri pd mata sangat hebat, fotopobia, mata berair, disertai visus menurun. Pathofisiologis : Tjd krn ketidakseimbangan antara kekuatan penyerangan MO patogen dan mekanisme pertahanan kornea itu sendiri. Mekanisme pertahanan, ada 2 : Secara anatomi – fisiologi Imunologi – Antibodi
Mekanisme Pertahanan Secara anatomi – fisiologi : Glikokalik → mrpk bag dr sel membran. Lap. mukus dr sel gobelt konjungtiva Epitel kornea yg intak Lisosim dlm air mata Mekanisme Pertahanan imunologi – antibodi Bila ada kuman masuk, akan tertahan di epitel kornea atau stroma kornea. Kuman yang dapat lolos dari epitel kormea : Neiseria gonorrhoeae Listeria Corine bacterium dipteria
Faktor – faktor yang memudahkan invasi kuman : Trauma okuli Glycocalik akan bersenyawa dengan bakteri, khususnya peudomonas dan gonokokus. Terjadi ikatan biologi shg bakteri akan mengeluarkan toxin untuk invasi ke stroma. Faktor – faktor yang memudahkan invasi kuman : Trauma okuli Trauma fisik Keratitis HS kronis Sindroma mata kering Lensa kontak
KERATITIS DAPAT TJD ULKUS KORNEA : Kornea rusak (epitelium) memudahkan masuknya bakteri, virus atau jamur Gejala yg nampak : peningkatan air mata, fotopobia, iritasi okuler dan nyeri. Pencegahan : Pakai kaca mata di tempat berdebu atau para pekerja las. Penggunaan obat steroid dibatasi. Keratitis dpt dikurangi dgn pembersihan mata bag penderita yg beresiko.
PENGKAJIAN : Data Demografi Masalah kesh scr umum : Gx yng nampak : nyeri dan penurunan visus 7 gx yg digunakan sbg petunjuk tjdnya ulkus : Lokasi nyeri : Nyeri pd mata → ada abrasi kornea, ulkus Nyeri pd alis mata → herpes zoster opthalmikum. 2. Kuantitas : dpt diukur dgn skala 1 – 10. 3. Kualitas : herpes zoster nyeri seperti terbakar, Ulkus kornea terasa seperti benda asing.
4. Waktu : tjd penurunan visus bbrp jam setelah kejadian disebabkan mungkin oleh pseudomonas. Bila penurunan visus kejadiannya lebih lama o/k keratokonus. 5. Latar Belakang : Biasa ditemukan di daerah tropis, atau sanitasi kurang/buruk. 6. Faktor yg bisa mengurangi perlu pertimbangan penggunaan kontak lensa. 7. Manifestasi gabungan pada ulkus kornea dijumpai mukopurulen drainase.
Riwayat Pengobatan : obay yg dipakai. Manifestasi Klinik : Riwayat Penglihatan : pernahy menjalani pembedahan, perlukaan, pemberian obat2 mat jangka lama. Riwayat Pengobatan : obay yg dipakai. Manifestasi Klinik : - Mengeluh : bila melihat terasa ada kotoran yg menutupi, berkabut seperti melihat kristal. Perlu dilakukan pemeriksaan visus. - Fotofobia - Sekresi dr mata - Hipopion
DIAGNOSA KEPERAWATAN : DK Umum : Perub sensori/ persepsi visual b/d b’kurangnya transparansi kornea. Resiko tjd perlukaan b/d aktual/ resiko kehilangan penglihatan Nyeri b/d iritasi tepi saraf kornea. Dx Tambahan : Ansietas b/d potensial/aktual kelemahan pandangan Antisipasi thd kesedihan b/d aktual/resiko kehilangan penglihatan. G3 body image b/d perub struktur/bentuk kornea. Isolasi sos b/d ketakutan pd keadaan dlm lingkungan keluarga. Ketidakberdayaan b/d trauma akan kehilangan indra penglihatan pd gaya hidup. G3 pola tidur b/d ketdkmampuan utk b’istirahat krn jadwal berkala u/ p’berian tetes mata.
RENCANA DAN TINDAKAN KEPERAWATAN : DK : Perub sensori /persepsi visual b/d berkurangnya transparansi kornea. Tujuan : Kx mampu menyesuaikan diri dgn keadaan penglihatannya M’demonstrasikan scr maksimal kemampuan dlm m’gunakan penglihatan. Intervensi : Penanganan non bedah Perawatan dititikberatkan pd pengurangan gx yg nampak atau gx yg ada