PETA PEMBERITAAN KANDIDAT DAN SEBARAN ISU DALAM PEMILUKADA DKI 2012
LAPORAN HASIL MEDIA MONITORING PEMILUKADA DKI 20 Maret – 30 April 2012 www.immcnews.com @Immcnews
Latar Belakang Gelaran Pemilukada DKI Jakarta diklaim merepresentasikan penyelenggaraan Pemilukada secara nasional. Meski tidak semua pihak setuju dengan klaim tersebut, namun melihat Pemilukada DKI sebagai ajang perebutan kekuasaan bagi partai-partai politik nasional serta perhatian media dengan intensitas pemberitaan yang begitu tinggi menunjukkan betapa pentingnya ajang ini bagi semua pihak. DKI Jakarta, kota dengan penduduknya yang lebih sembilan juta orang sangatlah heterogen. Tidak mudah memperkirakan hasil akhir Pemilukada DKI hanya dengan hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survey. Artinya, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa pertarungan telah usai karena persaingan diantara keenam kandidat makin ketat. Jalan panjang meraih kemenangan menuju kursi DKI 1 dengan segala macam dinamikanya inilah yang kemudian dimonitoring secara intens oleh IMMC. Sejak masa penjaringan bakal calon hingga penetapan calon, baik yang melalui jalur partai maupun independen, terus dipantau perkembangan pemberitaannya di media. IMMC juga secara khusus mengamati bagaimana media memosisikan suatu pemberitaan terhadap para kandidat. Karena dengan demikian, akan terlihat pula sejauh mana tingkat keberimbangan serta objektifitas media massa selama masa Pemilukada DKI 2012 ini.
Metodologi Penelitian menggunakan metode purposive sampling pada 7 media cetak terkemuka,yakni: Kompas, Rakyat Merdeka, Media Indonesia, Koran Tempo, Republika, Koran Sindo, dan Indopos. Proses pengumpulan data dilakukan dari tanggal 20 Maret – 30 April 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengumpulkan dan menganalisa semua berita (content analysis) mengenai Pemilukada DKI 2012 serta kandidat yang berkompetisi didalamnya. IMMC juga melakukan monitoring terhadap media dengan menelaah aspek cek ricek, cover both side, serta pencampuran fakta dan opini dalam suatu pemberitaan terhadap kandidat.
Trend Pemberitaan Trend pemberitaan kandidat Pemilukada DKI selama periode 20 Maret – 30 April mengalami penurunan. Pada periode minggu pertama, posisi Foke-Nara melesat sendirian meninggalkan kandidat lainnya. Tapi di minggu terakhir monitoring, posisinya melorot di urutan ketiga. Pasangan Alex-Nono pada periode 23-30 April mengalami peningkatan pemberitaan ketimbang pasangan lainnya, antara lain ditopang oleh kegiatan perekrutan 3 ribu relawan yang dimuat oleh beberapa media. Pasangan Hendardji-Riza mengalami peningkatan pemberitaanya pada periode tanggal 9-14 April disaat proses pelengkapan berkas dukungan ke KPU DKI serta tanggapannya terhadap survei yang dilakukan Lingkar Survei Indonesia (LSI). Sementara pasangan Hidayat-Didik juga mengalami peningkatan pada periode 9-14 April disebabkan oleh tanggapan Hidayat yang meragukan hasil survei dari Lingkar Survei Indonesia (LSI).
Kandidat Di Media Selama kurun waktu 20 Maret – 30 April 2012, dari tujuh media nasional yang dimonitoring total sebanyak 478 berita tentang kandidat cagub dan cawagub DKI. Dalam satu berita bisa lebih dari satu kandidat yang diberitakan sehingga N Pemberitaan sebesar 1492. IMMC pada tahapan awal pengumpulan data memberikan poin penilaian terpisah bagi setiap pasangan kandidat. Dengan tujuan, untuk melihat seberapa banyak frekunsi dan saling keterpengaruhan pemberitaan diantara cagub serta cawagub. Pasangan Foke-Nara tetap dominan dengan raihan sebanyak 344 berita (23%). Disusul oleh Alex-Nono (19%), Hidayat-Didik (18%), serta Jokowi-Basuki (16%) di tempat keempat. Namun demikian, kontribusi terbesar Foke masih didapat karena kegiatannya sebagai gubernur DKI. Nara sendiri, dengan hanya memperoleh 109 pemberitaan menunjukkan kecilnya aktivitas yang dilakukan ketimbang kandidat lainnya. Untuk pasangan dari calon independen porsi pemberitaan lebih sedikit ketimbang kandidat lainnya. Yang menarik, posisi Hendardji-Riza (13%) mampu konsisten diatas perolehan Faisal-Biem (11%) seperti pada monitoring IMMC sebelumnya.
Sebaran Media Media yang paling intens memantau perkembangan kandidat cagub dan cawagub DKI Jakarta adalah Indo Pos sebanyak 102 berita. Untuk media lainnya yang masuk tiga besar adalah Seputar Indonesia sebanyak 90 berita dan Media Indonesia sebanyak 75 Berita. Untuk Kompas dan republika, masih relatif kurang dalam pemberitaanya terhadap kandidat.
Kandidat DI Media INDOPOS SINDO Foke, Alex, dan Hendardji menjadi kandidat yang sering diberitakan oleh Indo Pos. Sebagai incumbent, sangat wajar apabila Foke paling banyak diberitakan, karena media memberitakan bukan hanya aktivitas dia dalam pencalonannya, akan tetapi juga kegiatan kepemerintahannya. Meskipun sebagai cawagub, Didik ternyata juga mampu mencuri perhatian media, bahkan dia mampu mengungguli cagub Jokowi dan Faisal Basri.
Kandidat Di Media MEDIA INDONESIA RAKYAT MERDEKA Di Media Indonesia Foke masih menjadi kandidat yang paling sering diberitakan media Akan tetapi, Hendardji ternyata kurang banyak mendapat perhatian dari Media Indonesia bahkan dia kalah dengan cawagub Didik, Basuki, dan Nono.
Kandidat Di Media KORAN TEMPO KOMPAS Tiga Kandidat cagub yang mampu mencuri perhatian Koran Tempo adalah Foke, Alex dan Jokowi Faisal ternyata lebih banyak diberitakan daripada Hendardji.
Kandidat Di Media Republika Republika lebih banyak memberitakan Hidayat dibanding kandidat lainnya. Meskipun hanya sebaga cawagub, ternyata pasangan Hidayat yaitu Didik mampu menembus tiga besar secara kuantitas pemberitaan di Republika.
Isu Kandidat I Apabila kandidat ini dipisah antara cagub dan cawagub, maka kecenderungan siapa yang paling dominan sebagai news maker akan terlihat. Hanya pasangan Hidayat dan Didik yang jumlahnya tidak berbeda jauh dari sisi frekuensi pemberitaan, sementara yang lainnya pemberitaan lebih banyak disokong oleh cagub. Pencalonan dan dukungan mendominasi sebaran isu kandidat. Yang menarik, meskipun secara program kerja belum mendapat porsi yang besar, namun komentar kandidat atas sejumlah isu daerah juga cukup besar porsinya terutama bagaimana mereka berkomentar atas isu-isu utama di DKI, seperti banjir, kemacetan serta kemiskinan.
Isu Kandidat II Apabila kandidat ini dipasangkan, maka komposisinya hampir sama dengan sebaran kandidat di media. Namun untuk pasangan Hidayat-Didik dan Alex-Nono berganti posisi. Hal ini wajar dikarenakan dalam satu berita dimungkinkan adanya beberapa isu sekaligus pada setiap kandidatnya. Pada kurun periode ini, para kandidat sudah giat mensosialisasikan program-program yang akan dilakukannya apabila mereka terpilih. Seringnya acara-acara diskusi, seminar, debat serta kunjungan-kunjungan lapangan para kandidat berkontribusi terhadap besarnya isu mengenai program terekam oleh media.
Nada Pemberitaan Orientasi pemberitaan kandidat atau nada pemberitaan dibagi kedalam empat kategori, yakni positif, negatif, netral serta positif dan negatif. Untuk mengidentifikasi nada pemberitaan dilihat berdasarkan pilihan media atas narasumber, kata atau kalimat yang digunakan. Secara umum, nada pemberitaan kandidat yang bersifat netral masih mendominasi. Kecuali Foke, yang masih banyak pemberitaan negatif, kandidat lain cenderung tidak banyak negatifnya. Akan tetapi ada beberapa kandidat yang pemberitaannya banyak bernada posistif seperti Alex, Jokowi, Hidayat dan Didik.
Penempatan Berita Secara umum pemberitaan kandidat terletak pada In News. Hal ini karena banyak berita yang menyebut nama-nama kandidat dalam suatu pemberitaan. Diantara kandidat cagub, hanya Alex Noerdin yang paling banyak menjadi fokus utama pemberitaan sementara Foke sendiri lebih banyak disebut didalam pemberitaan. Lalu disusul Hendardji, Jokowi dan terakhir Faisal.
Program Kandidat Begitu beragamnya persoalan di Jakarta menjadikan setiap kandidat berlomba untuk menawarkan program-program yang berorientasi menuntaskan setiap permasalahan tersebut dengan menarik dan cenderung provokatif. Apalagi, dengan banyaknya acara debat antar kandidat, baik off air maupun on air, menjadikan kesempatan bagi para kandidat menyampaikan programnya lebih terbuka. Kecuali Foke yang kerap tidak hadir, pasangan lain cenderung aktif menghadiri setiap undangan yang ada tersebut. Sebagai petahana, Foke lebih menekankan program solusi atasi kemacetan dan lingkungan yang dalam hal ini penanganan banjir. Untuk Pasangan Hidayat- Didik menekankan Jalan & Transportasi, lainnya (kebudayaan), Lingkungan dan ekonomi. Sedangkan pasangan Jokowi-Ahok lebih mengedepankan pembenahan birokrasi (lainnya), Jalan & transportasi, Ekonomi dan Kesehatan. Sementara itu, pasangan Alex-Nono pada beberapa isu cenderung lebih agresif dan menarik perhatian publik dan media.
Foto Kandidat Pada setiap pemberitaan, apalagi dalam momen pemilukada, pemuatan foto kandidat memiliki nilai penting dalam meningkatkan popularitasnya. Adapun kandidat cagub yang paling sering dimuat fotonya di media adalah Alex Noerdin. Disusul berikutnya adalah Foke, Hidayat, Jokowi, Hendardji, dan terakhir Faisal. Sementara kandidat cawagub yang paling banyak dimuat fotonya adalah Nono. Berikutnya adalah Didik, Basuki, Nachrowi, A Riza Satria dan terakhir Biem.
Tema Berita: Kegiatan Kandidat Media lebih banyak membeitakan kegiatan yang dilakukan Cagub dari pada yang dilakukan cawagub. Hal ini terlihat dari 5 besar pemberitaan terfokus pada cagub. Sebagai petahana, banyak kegiatan yang dilakukan Foke mampu menarik perhatian media untuk meliputnya, baik dalam kapasitasnya sebagai gubernur maupun kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencalonannya sebagai cagub kembali. Tiga besar Cawagub yang kegiatannya banyak disorot oleh media adalah Didik, Basuki dan Nono. Sejauh ini peran Didik, baik berpasangan atau sendirian untuk turun ke lapangan cukup tinggi ketimbang cawagub lainnya.
Asal Berita: Wawancara Kandidat Seiring dengan banyaknya kegiatan yang diliput media, Foke merupakan kandidat cagub yang paling banyak diwawancari terkait berbagai isu, baik mengenai isu daerah mapun pencalonannya kembali sebagai cagub DKI. Media lebih banyak mewancari cagub daripada cawagub dalam mencari informasi terkait pencalonannya sebagai cagub-cawagub DKI. Sebagai cawagub yang aktif melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, Didik banyak diminta keterangannya oleh media.
Asal Berita: Tim Sukses Tim Sukses yang paling aktif berkomunikasi di media adalah tim sukses dari pasangan Foke–Nara. Hal ini sangat membantu bagi pasangan tersebut untuk terus bersosialisasi terhadap media maupun masyarakat tanpa harus tergantung pada figur kandidat. Meskipun tidak didukung oleh partai, tim sukses Faisal-Biem menunjukkan keseriusannya dalam mendukung pasangan tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan tim sukses Hendardji-A. Satria yang menempati urutan terakhir. Adapun tim sukses pasangan Jokowi-Ahok dan Alex-Nono terlihat masih kurang aktif dalam melakukan komunikasi maupun kegiatan dalam mensosialisasikan calonnya sehingga media masih terfokus pada figur kandidat.
Kualitas Berita: Cek Ricek Pemberitaan Mengacu pada Jurnal Dewan Pers Edisi Ke-3 Tahun 2010, cek ricek di sini merujuk kepada apakah suatu peristiwa telah dicek kebenarannya oleh wartawan atau media. Apakah pernyataan seseorang telah dikonfirmasi untuk mengecek kebenarannya, ataukah dimuat apa adanya oleh media. Sebagian besar media dalam memberitakan kandidat cagub-cawagub DKI dilakukan dengan mekanisme cek ricek terhadap sebuah kejadian atau informasinya. Adapun media yang sebagian besar berita cagub cawagub DKI hanya memberitakan begitu saja sebuah kejadian tersebut adalah seputar Indonesia dan Media Indonesia.
Kualitas Berita: Cover Both Side Mengacu pada Jurnal Dewan Pers Edisi Ke-3 Tahun 2010 , Cover both side atau liputan dua sisi adalah apakah berita berimbang, berita menyajikan informasi secara fair dengan mengetengahkan versi atau pandangan dari pihak-pihak yang terlibat. Dalam meliput kegiatan kandidat, sebagian besar media dalam pemberitaan sebuah berita hanya menampilkan satu pandangan atau satu pihak. Media cenderung tidak melakukan upaya untuk menampilkan pandangan ataupun versi lain dari suatu peristiwa. Media Kompas, Republika dan Koran Tempo cenderung memberitakan kandidat dalam dua sisi pandangan dari pihak-pihak yang ada.
Kualitas Berita: Percampuran Opini dan Fakta Mengacu pada Jurnal Dewan Pers Edisi Ke-3 Tahun 2010, Pencampuran fakta dan opini merujuk kepada apakah peristiwa atau komentar diberikan secara objektif. Ataukah didramatisir, diberikan kata-kata yang memancing emosi, dan memasukkan pandangan personal dari wartawan. Sebagian besar media dalam memberitakan kandidat tidak ada percampuran opini dan fakta. Media sebagian besar berusaha objektif memberitakan kejadian yang terjadi. Akan tetapi untuk Indopos dan rakyat merdeka, tingkat pecampuran opini dan fakta relatif banyak ketimbang media lainnya.
Narasumber Berita Figur kandidat masih mendominasi sebagai narasumber berita. Hal ini menjadikan para kandidat tersebut sebagai sentral pemberitaan. Namun yang menarik, keterlibatan intelektual/akademisi untuk turut serta aktif dalam gelaran pemilukada patut mendapat apresiasi tersendiri. Terlepas apakah mereka juga merupakan simpatisan/tim sukses dari salah satu pasangan, namun ini mengindikasikan begitu pentingnya Pemilukada DKI ini sebagai satu kajian atas praktik demokratisasi di Indonesia.
Top 10 Person Quote Non Kandidat Apabila kandidat tidak disertakan dalam penghitungan, maka tokoh yang paling banyak menanggapi isu Pemilukada ini adalah Jamal F. Hasyim (Ketua Kelompok Kerja (Pokja) KPU DKI), kemudian disusul oleh Budi Siswanto (anggota Tim Sukses Foke-Nara). Arbi sanit, Burhanuddin Muhtadi dan Adrinof A. Chaniago merupakan kalangan intelektual yang masuk dalam 10 besar tokoh yang memberikan tanggapannya terhadap pilgub DKI. Adapun tokoh parpol yaitu Wanda Hamida, Selamat Nurdin dan Ahmad Mubarok menjadi yang teraktif di media massa.
Tanggapan Akademisi/Intelektual terhadap Kandidat Secara umum akademisi/ intelektual menilai kandidat secara positif. Pasangan Jokowi-Ahok mendapat lebih banyak komentar positif dibandingkan dengan pasangan lainnya. Kandidat yang paling banyak mendapat komentar yang bersifat negatif adalah Foke.
TERIMA KASIH