JURNALISTIK 1 DOSEN: R. HIRU MUHAMMAD
MODUL 14
Menulis Feature Salah satu bagian isi surat kabar yang sulit sekali diberikan definisi adalah feature atau karangan khas. Menurut Dja’far Assegaff dalam bukunya Junralistik Masa Kini, sampai kini definisi dari karangan khas itu tidak memuaskan dan hanya memberikan gambaran secara kabur. Wolseley and Campbell dalam karyanya, Exploring Journalism memasukkan karangan khas di surat kabar sebagai hiburan. Ia berperan penting agar surat kabar memenuhi fungsi ketiga yang tidak bisa diabaikan. Yakni menghibur atau entertain, selain memberikan informasi dan pendidikan.
Menulis Feature Menurut Luwi Ishwara, dalam bukunya Jurnalisme Dasar, cerita feature merupakan bentuk jurnalistik dimana berita ditulis lebih mendalam dan tidak lagi sinonim dengan berita halus, atau hiburan. Feature kini tidak lagi ditempatkan di halaman belakang, melainkan feature sekarang ditempatkan di halaman depan berbagi dengan berita penting dan hangat. Para editor sadar bahwa feature digunakan untuk memberitakan suatu lebih mendalam yang sering tidak bisa dipenuhi jurnalisme elektronik. Feature sering digunakan untuk menganalisis, menginterpretasikan dan menyajikan latar belakang dari suatu isu penting yang banyak digunakan surat kabar di AS.
Menulis Feature Menurut Goenawa Mohammad dalam bukunya Seandainya Saya Wartawan Tempo menyebutkan, batasan klasik menulis feature adalah artikel yang kreatif, terkadang subyektif . Terutama bertujuan untuk membuat senang, atau memberi informasi kepada pembaca tentang sebuah peristiwa, keadaan aspek kehidupan. Dalam menulis feature kita dapat memakai teknik ‘mengisahkan sebuah cerita.’ Sedangkan dalam menulis berita yang diutamakan adalah pengaturan dan menyajian fakta yang diperoleh. Itulah perbedaan penulisan feature dan berita. Penulis featur harus berkisah. Ia harus melukiskan gambar dengan kata-kata, menghidupkan imajinasi pembaca dan menariknya agar masuk ke dalam cerita itu dan mengidentifikasi diri dengan tokoh utamanya.
Menulis Feature Unsur sebuah feature terdiri dari beberapa hal. 1. Kreatifitas berbeda dengan penulisan berita, dalam penulisa feature seorang wartawan dapat ‘menciptakan’ sebuah cerita. Namun, tulisa harus tetap akurat. Karangan fiktif atau khayalan tidak diperkenankan. Dalam sebuah peristiwa seorang wartawa dapat menulis feature. Tapi sebelumnya ia harus mengumpulkan data yang diperlukan sebelum menulis. 2. Subyektif Dalam sebuah feature bisa saja tulisan dalam bentuk ‘aku’ sehingga wartawan bisa memasukkan pikiran dan emosinya sendiri. Meskipun banyak wartawan yang dididik dalam reportase obyektif, teknik ini bisa digunakan bila tidak ada pilihan lain dan hasilnya tetap obyektif dan enak dibaca. Misalnya pengalaman bepergian ke Eropa Timur . Bagaimana musim dingin di wilayah itu atau mengurus visa di negara orang dan sebagainya.
Menulis Feature 3. Informatif Feature bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam berita biasa atau straight news. Misalnya manfaat yang dirasakan siswa sekolah dengan adanya musium bersejarah. 4. Menghibur Kini, feature menjadi andalan surat kabar dalam bersaing dengan media elektronik. Feature bisa digunakan untuk mengulas peristiwa secara mendalam dan detail. Inilah yang tidak bisa dilakukan media elektronik yang memiliki keterbatasan jam siaran.
Menulis Feature 5. Awet Tulisan tentang feature bisa lebih awet hingga berbulan-bulan. Banyak tulisan feature yang disimpan sebagai arsip. Biasanya, feature baru diturunkan bila kekurangan berita baru. Kondisi ini biasanya terjadi pada surat kabar harian. 6. Mencari ide Ide diperoleh dengan mudah. Bukalah mata dan dilah disekitar anda. Karena anda akan menemukan banyak bahan tulisan yang tidak ada habisnya.
Menulis Feature 7. Memilih segi (angle) yang tepat Setelah menemukan ide, tugas berikutnya adalah menentukan dari sudut mana yang paling efektif untuk melakukan penulisan. Pendekatan ini disebut story angle (segi cerita). Misal tugas membuat tulisan tentang pekan raya. Tidak mungkin menulis begitu banyak hal tentang pekan raya. Reporter harus memilih salah satu segi cerita atau sudut yang akan ditulisnya. 8. Buatlah outline Outline berfungsi sebagai kerangka sebelum menulis. Outline menjaga agar tulisan tidak kacau urutan cerita, tumpang tindih atau terjadi pengulangan cerita. Tanpa outline, penulisan sering tergelincir dari kasus.
Menulis Feature 9. Penulisan feature tetap menggunakan jurnalistik dasar karena teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Penggunaan piramida terbalik sangat diperlukan guna memudahkan pembuatan. Informasi penting dimuat paling atas hingga bagian tengah tubuh tulisan. Sedangkan informasi kurang penting diletakkan di akhir tulisan agar memudahkan untuk dibuang bila tidak diperlukan. 10. Akurat Penulisan Feature harus akurat dan tidak boleh ada cerita khayalan atau fiktif. Demikian pula dalam penulisan nama, alamat, pekerjaan, lokasi kejadian, dan identitas lainnya yang diperlukan. Bila perlu gunakan buku pedoman seperti kamus untuk mencari kata atau istilah yang tepat. Penulis harus mampu berimajinasi merangkai kata-kata yang efektif menjadi sebuah cerita menarik.
Menulis Feature 11. Lead Penulisan feature yang baik terletak pada paragraf pertama, yakni lead. Fungsinya menangkap minat pembaca. Tanpa lead, sama dengan mengail ikan tanpa umpan. Lead berfungsi menarik pembaca untuk mengikuti jalan cerita dan membuat jalan cerita menjadi lancar.
Menulis Feature Macam lead : 1. Lead ringkasan Lead ini sama dengan penulisan ‘berita keras’ atau straight news. Yang ditulis hanya inti saja. Contoh : Ini satu lagi peninggalan bekas gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto: Pasar regional Jatinegara. 2. Lead bercerita Lead ini digemari penulis cerita petualangan, fiksi (novel atau cerpen) guna menarik dan melibatkan emosi pembacanya seolah pembaca berada di tengah peristiwa. Seperti pengalaman wartawan meliput perang di Bosnia.
Menulis Feature 3. Lead Deskriptif Menggambarkan pikiran tokoh atau tempat kejadian. Lead ini biasanya digunakan dalam penulisan profil pribadi. Reporter sering memusatkan perhatiannya pada satu unsure yang paling mencolok dari sosok penampilan tokoh yang ditulisnya. Lead deskriptif menempatkan pembaca sebagai penonton, pendengar ataun mencium baunya. Lead deskriptif ini juga bisa digunakan sebagai karikatur yang efektif. Seperti menampilkan tokoh dengan latar atau dekor yang tepat. Contoh: wajah Syaiful Rozi bin Kahar sama sekali tidak mengesankan bahwa ia seorang bajak laut. Ia berpembawaan halus, sopan dan ramah.
Menulis Feature 4. Lead Kutipan Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik, terutama bila yang dikutip adalah orang terkenal. Kutipan harus bisa memberikan tinjauan ke dalam watak si pembicara. Contoh : ‘’Tangkap hidup atau mati,’’kata Kapolri Letjen Banurusman. Umumnya pembaca akan langsung tertarik, ingin tahu bagaimana nasib orang yang sudah dipastikan harus ditangkap hidup atau mati. 5. Lead pertanyaan Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembacanya. Lead ini sering digunakan wartawan yang gagal menemukan lead imajinatif. Biasanya lead bercerita atau deskriptif lebih disukai. Contoh lead pertanyaan : Berapa gaji SBY ?
Menulis Feature 6. Lead menuding langsung Ciri lead ini adalah ditemukannya kata ‘Anda’ yang disisipkan pada paragraph pertama atau bagian lain. Pembaca-kadang secara tidak sukarela-menjadi bagian cerita. Penyusunan kata-katanya melibatkan anda pribadi dalam cerita itu. Misalnya, Bila anda punya nama ‘samaran’ harap hati-hati, salah-salah anda bisa kena cekal, tidak boleh ke luar negeri. Lead ini melibatkan pembaca secara pribadi dan rasa ingin tahu mereka sebagai manusia langsung disinggung. Lead ini digunakan sebagai taktik untuk menarik perhatian pembaca. Adapula lead yang langsung menyeret pembaca ke dalam persoalan dan membawanya untuk membaca seluruh tulisan. Misalnya, Bila harus memilih antara diet kolesterol dan penyakit jantung, tentu Anda akan memilih yang pertama.
Menulis Feature Untuk membuat lead seperti itu perlu imajinasi yang kuat karena anda bisa membuat lead yang cenderung sok dan amatiran. Misalnya, kalau anda mau hidup enak dan terhormat, jadilah eksekutif di perusahaan konglomerat. Berbeda dengan sebelumnya, meski memiliki daya tarik (hidup enak dan terhormat yang diminati banyak orang), lead ini terasa kurang memikat. Karena tidak semua orang punya kesempatan menjadi eksekutif di perusahaan konglomerat. Dengan kata lain, lead ini kurang melibatkan pembaca secara pribadi.
Menulis Feature 7. Lead Penggoda Lead ini adalah cara untuk ‘mengelabui’ pembaca dengan cara bergurau. Tujaun utamanya adalag menarik perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca seluruh cerita. Lead seperti ini biasanya pendek dan ringan. Umumnya digunakan teka-teki dan biasanya hanya memberikan sedikit atau tidak sama sekali tanda-tanda bagaimana cerita selanjutnya. Misal, Angka yang ditunggu keluar juga: Sekitar 50. (TEMPO 4 Januari 1992 ‘angka misterius Santa Cruz.) Dengan kalimat itu pembaca belum tahu kunci cerita angka 50. Justru karena itulah keingintahuan dibangkitkan guna mengetahui apa yang dimaksud dengan angka 50 itu.
Menulis Feature 8. Lead Nyentrik ‘Hijau sayuran, putihlah susu. Naikkan harga makanan ke langit biru. ‘ Lead ini memikat dan informative. Gayanya yang khas dan tidak kenal kompromi bisa menarik perhatian pembaca. Namun, tidak semua media menggunakan lead ini karena membuka peluang terjadinya obral kata-kata hingga membosankan. 9. Lead Gabungan Dalam surat kabar sering dijumpai gabungan dua atau tiga lead dengan mengambil unsure terbaik dari lead. Lead kutipan sering digabung dengan lead deskriptif. Misalnya, ‘’Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang.” (TEMPO 7 Mei 1994. Castro, Revolusioner yang Belum Pensiun.)
Pedoman dalam menulis Lead 1. Tulislah ringkas Jangan obral kata-kata yang tidak perlu karena akan mengurangi keefktifan lead. Seperti kaldu yang kental bisa menjadi sup yang hambar bila terlalu banyak air. 2. Tulis alinea secara ringkas. Alinea yang ringkas dengan sendirinya akan mudah mengundang perhatian pembaca. Bila menggunakan kata yang lebih baik, akan lebih mudah dibaca. 3. Gunakan kata-kata yang efektif Lead harus bernyawa dan bertenaga. Pembaca harus merasakan gerakan waktu membacanya. Penulis feature memperhatikan penggunaan kata kerja yang ringkas dan hidup karena memberikan kekuatan sehingga membuat lead menjadi ‘bergerak.’
Pedoman dalam menulis Lead Kata sifat bisa digunakan untuk mempercantik tulisan. Mempertegas kata sifat seperti ‘ramping, montok, seksi, bahenol, ringsek, kurus’ dan sebagainya menambah vitalitas suatu kalimat. Misalnya, sorot mata yang tajam…, mulut yang komat-kamit…lekuk tubuhnya terlihat menggoda dibalut kain tipis nan seksi… dan sebagainya. Seorang penulis harus mampu menarik perhatian pembaca melalui lead. Sebab walau ceritanya hebat, hanya sedikit pembaca yang mau membaca lead yang tidak menarik, membosankan dari tulisan hasil kerja keras anda. Banyak ahli komunikasi menilai bila Anda gagal menggaet pembaca pada kata pertama, maka Anda akan kehilangan pembaca.
Pedoman dalam menulis Lead Tubuh dan Ekor Sama halnya dengan berita, bentuk umum dari featur adalah piramida terbalik. Namun, dalam feature ada tambahan berupa ending atau penutup tulisan. Sebuah feature memerlukan bahkan mungkin harus dilengkapi ending karena dua sebab. 1. Menghadapi feature hampir tidak ada alasan terburu-buru dari proses redaksionalnya. Editor tidak lagi harus asal memotong dari bawah. Ia punya waktu membaca naskah dengan cermat dan meringkasnya sesuai dengan ruangan yang tersedia. Bahkan feature yang dibatasi deadline, diperbaiki dengan hati-hati oleh editor karena ia menyadari feature tidak bisa asal dipotong dari bawah. Featur memiliki ending atau penutup yang membuat tulisan itu menjadi menarik.
Pedoman dalam menulis Lead 2. Ending bukan muncul secara tiba-tiba melainkan proses penuturan dari tulisan di atas yang menarik. Penulis feature biasanya adalah tukang cerita. Ia dengan hati-hati mengatur kata-katanya agar efektif dalam mengkomunikasikan ceritanya. Umumnya sebuah cerita mendorong terjadinya klimaks atau ‘penyelesaian.’ Penutup mutlak bagi sebuah feature. Karena itu memotong bagian akhir dari sebuah feature akan membuat tulisan feature terasa belum selesai. Beberapa Jenis Penutup 1. Penyengat. Penutup yang mengagetkan pembaca hingga membuatnya seolah terlonjak. Penulis menggunakan tubuh cerita untuk menyiapkan pembaca pada kesimpulan yang tak terduga. Penutup seperti ini mirip film bioskop dimana ‘orang yang baik’ dikalahkan ‘orang yang jahat.
Pedoman dalam menulis Lead 2. Penutup Ringkasan. Penutup ini bersifat ikhtisar yang hanya mengikat ujung cerita yang lepas dan menuju kembali ke lead. Klimaks. Penutup ini kerap ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis. Ini seperti sastra tradisional. Hanya, dalam feature penulis berhenti bila penyelesaian cerita sudah jelas. Tidak menambah bagian setelah klimaks seperti cerita tradisional. 4. Tidak ada penyelesaian. Penulis mengakhiri cerita dengan menekankan pada sebuah pertanyaan pokok yang tidak terjawab. Selesai membaca pembaca tetap tidak jelas apakah tokoh cerita menang atau kalah. Ia menyelesaikan cerita sebelum klimaks karena penyelesaianya belum diketahui. Atau karena penulis sengaja ingin membuat pembaca tergantung-gantung.
Pedoman dalam menulis Lead Seorang penulis harus hati-hati dalam menilai endingnya. Apakah penutup itu merupakan akhir yang logis bagi ceritanya. Seorang wartawan atau penulis professional selalu berusaha bercerita dengan lancar dan masuk di akal.