Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D. KOMPETENSI KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA Oleh : Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D.
Memahami, menghayati, dan menerapkan landasan dan wawasan pendidikan Memiliki wawasan tentang desentralisasi dan otonomi pendidikan Mengembangkan pendidikan dan sosio-ekonomi tingkat Kabupaten/Kota Mengembangkan kebijakan pendidikan tingkat kabupaten/Kota
Memiliki wawasan tentang model-model perencanaan pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Menyerasikan perencanaan pendidikan tingkat mikro, meso, dan makro Merencana dan menyusun program pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Mengelola sistem informasi manajemen (SIM) bagi perencanaan dan manajemen pendidikan tingkat Kabupaten/Kota
Memetakan sekolah di tingkat Kabupaten/ Kota Mengelola pengembangan kurikulum tingkat Kabupaten/Kota Mengelola ketenagaan tingkat Kabupaten/ Kota Mengelola keuangan tingkat Kabupaten/ Kota Mengelola sarana dan prasarana pendidikan tingkat Kabupaten/Kota
Mengatur pendidikan tingkat Kabupaten/ Kota Memfasilitasi dewan pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Mengadministrasi dan mengorganisasi pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Melaksanakan pembaharuan, kreativitas, inovasi dan kewirausahaan Memimpin pendidikan Kabupaten/Kota (+ Team Building)
Memonitor dan mengevaluasi pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Mengkoordinasikan pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat, dan cekat) Memberdayakan SDM Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten/Kota Membuat laporan akuntabilitas Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D
Memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan Memahami Sekolah sebagai Sistem Memahami Manajemen Berbasis Sekolah Merencanakan Pengembangan Sekolah Mengelola Kurikulum
Mengelola Pendidik dan Tenaga Kependidikan Mengelola Sarana dan Prasarana Mengelola Kesiswaan Mengelola Keuangan Mengelola Hubungan Sekolah-Masyarakat Mengelola Kelembagaan Mengelola Sistem Informasi Sekolah
Memimpin Sekolah Mengembangkan Budaya Sekolah Memiliki dan Melaksanakan Kreatifitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan Mengembangkan Diri Mengelola Waktu Menyusun dan Melaksanakan Regulasi Sekolah Memberdayakan Sumberdaya Sekolah
Melakukan Koordinasi/Penyerasian Mengambil Keputusan secara Terampil Melakukan Monitoring dan Evaluasi Melaksanakan Supervisi (Penyeliaan) Menyiapkan, Melaksanakan dan Menindaklanjuti Hasil Akreditasi Membuat Laporan Akuntabilitas Sekolah.
Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D. KOMPETENSI PENGAWAS Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D.
Memahami, menghayati, dan mengamalkan wawasan pendidikan Menerapkan kepengawasan berwawasan otonomi Mengembangkan profesionalisme kepengawasan Memahami, menghayati dan menerapkan konsep supervisi pendidikan Menyusun, mengembangkan, dan melaksanakan pemfasilitasian dalam proses belajar mengajar, manajemen, dan kepemimpinan sekolah.
Membina pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran/bimbingan, manajemen, dan kepemimpinan sekolah Memotivasi pendidik dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan profesionalisme Berkomunikasi secara efektif Melaksanakan kepengawasan sekolah secara profesional Menyusun dan melaporkan hasil kepengawasan
Memberi saran yang disampaikan kepada pihak Sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Memfasilitasi sekolah untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (PP 19/2205) Membimbing/memfasilitasi sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah Membimbing/memfasilitasi sekolah dalam menindaklanjuti hasil akreditasi sekolah
Peran Pengawas Pendiagnosa Penasehat Pemberdaya Fasilitator Tutor Mediator Pendukung Penghubung sumberdaya
Tingkat kesesuaian tujuan kelompok Jenis Interaksi Kelompok Sebagai Fungsi Pentingnya Tujuan dan Tingkat Kesesuaian Tujuan Kelompok Sangat tinggi Kompetisi Kolaborasi Kompromi Pentingnya Interaksi untuk pencapaian tujuan Sangat rendah Pengelakan Akomodasi Sangat tidak sesuai Sangat sesuai Tingkat kesesuaian tujuan kelompok
Klasifikasi Nilai-Nilai dalam Budaya (Edward Spranger, 1921) Teori Ekonomi Kuasa Solidaritas Seni Agama
RANGKUMAN KULIAH Perkembangan teori kepemimpinan sangat lateral, mulai dari fokus pada individu (klasik, pembawaan, karisma, watak, perilaku, visioner) hingga sampai pada kepemimpinan kolektif (transaksional, situasional, dan organik) Perkembangan teori kepemimpinan tidak mengikuti asas evolusi kreatif yang berlaku dalam kehidupan, tetapi meloncat-loncat dan bersifat lateral (teori sebelumnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan teori berikutnya/teori yang baru)
Perkembangan teori kepemimpinan sangat lateral, mulai dari fokus pada individu (klasik, pembawaan, karisma, watak, perilaku, visioner) hingga sampai pada kepemimpinan kolektif (transaksional, situasional, dan organik) Perkembangan teori kepemimpinan tidak mengikuti asas evolusi kreatif yang berlaku dalam kehidupan, tetapi meloncat-loncat dan bersifat lateral (teori sebelumnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan teori berikutnya/teori yang baru)
Teori-teori kepemimpinan yang berkembang cenderung parsial, tidak menentu arahnya, dan kurang holistik cakupannya Sementara itu belum ditemukan teori-teori kepemimpinan yang berbasis sistem (utuh dan benar), padahal semua kehidupan diciptakan oleh Nya serba sistem
Kepemimpinan dalam pendidikan vokasi adalah suatu kepemimpinan yang mengaplikasikan teori-teori kepemimpinan pada umumnya ke dalam konteks pendidikan vokasi, dimana fokus pendidikan vokasi adalah “penyiapan kerja” peserta didik
Teori kepemimpinan dalam pendidikan kejuruan (vokasi) sama sekali tidak berkembang, bahkan hampir punah karena jarang ilmuwan yang menekuni ilmu kepemimpinan dalam pendidikan kejuruan (vokasi) Kedepan, pengembangan teori-teori kepemimpinan dalam pendidikan vokasi merupakan kenicayaan karena ada kebutuhan riil (nyata)
HIPOTESIS (KEPEMIMPINAN) Kepemimpinan adalah interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin untuk mengubah dan memberdayakan perilaku yang dipimpin sehingga yang dipimpin mampu memimpin dirinya sendiri dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan para individu yang bekerja pada organisasi tersebut
Pengembangan teori kepemimpinan kedepan akan bagus jika “sistem” (utuh dan benar) digunakan sebagai acuan dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak para pemimpin Teori kepemimpinan kedepan akan bagus jika dikembangkan berdasarkan nilai-nilai religi, humanisme (figur), politik, ekonomi, iptek (termasuk teori perubahan), kultur, dan seni yang ada, seraya mempertimbangkan kehidupan-kehidupan lain (hewan, tumbuh-tumbuhan) dan bukan kehidupan (tanah, air, udara, api, dsb.)
BUTIR-BUTIR PELATIHAN KEPEMIMPINAN Pelatihan untuk apa? tujuan Apa yang dilatihkan ? bahan pelatihan Pelatihan untuk siapa? peserta Jenis pelatihan? jenis dan bentuk pelatihan Siapa melatih ? pelatih yg kompeten Bagaimana cara melatih ? strategi dan metode pelatihan Dengan apa melatih ? media pelatihan Dimana melatih ? tempat/kancah Bagaimana cara mengevaluasi ? evaluasi pelatihan Berapa lama melatih durasi Bagaimana penggunaan waktu ? efektivitas waktu
50 KUNCI UNTUK SUKSES DALAM KEHIDUPAN Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D
Kehidupan di dunia ini ada yang menciptakan dan bukan kebetulan sehingga menyembah kepada Sang Pencipta itu sudah merupakan keharusan Kehidupan diciptakan oleh-Nya serba berpasang-pasangan (sebab-akibat) dan oleh karenanya marilah kita membuat sebab yang baik agar akibatnya juga baik. Makna lain, kehidupan kita merupakan koleksi dari sejumlah tujuan yang ingin dicapai (sebab) dan sejumlah upaya untuk mencapai tujuan tersebut (akibat) Apapun yang kita lakukan di dunia haruslah dipuji oleh Allah SWT dan bukannya dicela oleh-Nya
Kehidupan diciptakan oleh-Nya serba sistem dan jika manusia ingin menyentuh hakekat (kebenaran seutuhnya) segala yang ada dalam kehidupan ini tidak dapat lain kecuali mengenalinya (hal-hal) sampai pada sistemnya. Mengenali sistem ciptaan-Nya dilakukan dengan cara berpikir sistem. Sistem memiliki ciri “utuh dan benar” dengan catatan utuh dan benar menurut Hukum-Hukum Ketetapan-Nya
Karena yang ada hanyalah sistem ciptaan-Nya, maka sebenarnya manusia tidak berhak mendefinisi langsung sistem, seseorang perlu lebih dahulu menangkapnya (sistem ciptaan-Nya) dan kemudian mengungkapkannya Karena kehidupan yang diciptakan oleh Nya serba sistem, maka apa yang kita upayakan di dunia ini seyogyanya menuju kearah sistem (utuh dan benar) dengan catatan utuh dan benar menurut Hukum-Hukum Ketetapan-Nya
Hati kehidupan adalah kehidupan hati dan manakala hati sudah mati, disitu sudah tidak ada lagi kehidupan yang sejati. Hati yang baik berisi nilai-nilai dasar yang merupakan saripati kualitas batiniah/ rohaniah manusia. Oleh karena itu, kita harus kaya hati selain kaya materi. Jangan mendetotalisasi kehidupan hanya untuk materi dengan mengorbankan hati sehingga kita menjadi orang yang kaya materi tetapi miskin hati, dan ini dicela oleh Illahi Dengan kalimat yang serupa, hati pendidikan adalah pendidikan hati
Kita harus memiliki kelebihan kualitas dibanding orang lain dan berpacu dalam kebaikan agar dipuji oleh Allah SWT dan agar dapat memiliki pilihan-pilihan dalam kehidupan “saat ini” (duniawi) yaitu karir, pengaruh, penghasilan, prestise, dsb.) maupun “setelah saat ini” (ukrawi) yaitu surga. Dengan kata lain, kita harus mampu mengerjakan pekerjaan yang orang lain tidak mampu mengerjakan agar kita memperoleh imbal jasa yang lebih besar dibanding orang lain
Hidup adalah pembelajaran sepanjang hayat Hidup adalah keindahan citarasa dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan/ solidaritas Uruslah dirimu dan rumah tanggamu sebaik-baiknya sebelum mengurus orang lain Tanamkan pemikiran, kamu akan memanen tindakan; tanamkan tindakan, kamu akan memanen kebiasaan; tanamkan kebiasaan, kamu akan meraih karakter; dan tanamkan karakter, kamu akan mencapai tujuan
Setiap masalah saat ini diselesaikan akan selalu menjadi bibit-bibit permasalahan yang akan datang (karena keterbatasan kemampuan manusia) Mulailah pekerjaan yang bersumber dari tujuan akhir (surga) dalam melakukan pekerjaan saat ini Kenali jati dirimu dan gunakan potensimu semaksimal mungkin (Jawa: ketoken budi-mu) dan jangan putus asa. Pasrah itu haruslah dimaknai sebagai puncak ihtiar. Kehidupan haruslah ke depan, tidak perlu terpukau dengan keberhasilan di masa lalu dan juga tidak perlu menyusahi kegagalan yang lalu karena semuanya sudah selesai dan telah menjadi sejarah
Marilah berpikir, bersikap dan bertindak secara proaktif dan jangan hanya aktif apalagi reaktif (akan tertinggal oleh perubahan) Hidup janganlah setengah-setengah, itu tidak enak, harus tuntas Kita harus bisa menerima kenyataan dalam kehidupan (enak dan tidak enak) dan lingkungan kita adalah netral, yang tidak netral adalah tanggapan kita terhadap lingkungan (mau nikmat, marah, frustasi, dsb. sangat tergantung pada kita sendiri)
Perbedaan itu harus direspeki, jangan dikonflikkan apalagi dibenturkan Perbedaan itu harus direspeki, jangan dikonflikkan apalagi dibenturkan. Kita harus mampu memangkas egoisme diri kita seraya membangun kebersamaan. Punya musuh satu itu terlalu banyak dan punya kawan seribu itu terlalu sedikit Dalam menjalankan kehidupan, lakukanlah secara ikhlas, cerdas, trengginas, tangkas, tuntas, ber-wawasan luas, dan hasilnya pantas serta selaras dengan perkembangan lingkungan lokal, nasional, regional dan internasional
Menerapkan 9 kebiasaan perilaku orang tangguh: proaktif dan tidak sekadar aktif apalagi hanya reaktif, mulailah dengan mengacu pada tujuan akhir, dahulukan yang utama (buat prioritas), berfikir menang-menang (saling menghidupi), mendengar baru didengar, bersinergi (kerjasama kreatif yang memberi nilai tambah), pembaruan secara terus menerus (pro-perubahan), berjiwa kewirausahaan, dan spirit baru untuk maju (Stephen Covey, 2005; Slamet PH, 2008)
Cara efektif untuk menemukan bagaimana kesuksesan itu dicapai adalah dengan mempelajari cara berpikir, bersikap dan bertindak para orang yang telah terbukti hebat pada apa yang mereka kerjakan. Ibu dan Bapak diharapkan melakukan hal tersebut Kita harus rajin memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain dan jangan tertambat pada aksioma yang ada sehingga kita akan mampu menemukan hal-hal diluar yang sudah ada serta gunakanlah kecerdasan majemuk (intelektual, spiritual, moral, estetikal, dan kinestetikal) agar buah pikirannya asli dan bukannya replikasi, baru dan bukannya meniru, memberi kontribusi dan bukannya membuat rugi
Hari esok harus lebih kreatif dari pada hari ini (ikuti asas evolusi kreatif dalam gejala kehidupan) Setiap akan bertindak, selalu bertanyalah pada dirimu sendiri: “Apakah ini benar dan bermoral/baik?” Memiliki budaya yang berdaya preservatif (melestarikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia) dan berdaya progresif (mengembangkan nilai-nilai moderen yang sesuai dengan konteks Indonesia) Berwawasan lokal, nasional, regional dan global di profesinya termasuk teknologi informasi dan komunikasi (ICT), bahasa, dan budayanya
Kehidupan adalah perubahan sehingga jika seseorang tidak membuat perubahan berarti tidak ada kehidupan padanya. Jangan tertambat pada tradisi dan kebiasaan masa lalu. Oleh karena itu, lakukanlah perubahan sekecil apapun, baik peningkatan, pengem-bangan maupun perbaikan Lakukan apa saja yang terbaik, jalan menuju ke puncak akan terbuka Setiap orang memiliki kemampuan, akan tetapi banyak orang yang tidak tepat dalam mengelola kemampuannya
Daya Fikir Daya Kalbu Agama Daya Fisik Menggunakan agama sebagai panglima dalam kehidupan Daya Kalbu Daya Fikir Agama Daya Fisik
Kita harus cerdas yaitu selalu berpikir dari yang sudah ada dan keluar dari yang sudah ada (atau yang belum ada), dari yang sekadar materiil ke yang imateriil agar kita kaya materi dan kaya hati, dari yang terhingga ke yang tak terhingga, dari yang terbatas ke yang tak terbatas, dari hal-hal yang dapat disentuh ke hal-hal yang tidak dapat disentuh, dari yang dapat diukur ke yang tidak dapat diukur, dan kita harus mencari makna dan tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai kehidupan menurut Hukum-Hukum Ketetapan-Nya
Bagi kita, lingkungan adalah netral, yang tidak netral adalah tanggapan kita terhadap lingkung-an Kita harus selalu mencari makna dan tujuan hidup, mencari hal-hal diluar pengertian dan pengalaman manusia biasa, mencari hal-hal yang sukar dipahami, membangun perasaan kebersamaan, serta sadar bahwa hidup mengandung saling keterkaitan (tidak steril satu sama lain)
Berfikir positif dan berkeyakinan positif merupakan modal dasar untuk menuju sukses Hidup haruslah ada manfaat/gunanya dan oleh karena itu kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi umur panjang. Tetapi jika hidup sudah tidak ada gunanya, mohon dicabut saja nyawanya Milikilah spirit hidup yang hebat, kemauan keras untuk maju, jangan kerdil, dan insyaallah akan terbuka jalan menuju sukses
Membiasakan membaca 1-2 jam per hari pada bidang profesinya dan bacaan-bacaan lain yang terkait Setiap orang harus mau dan mampu menghargai dirinya sendiri dan orang lain Percaya diri merupakan modal dasar bagi kesuksesan seseorang dan ini dapat dibangun melalui penguasaan disiplin ilmu tertentu (ilmu lunak, ilmu keras dan terapannya yaitu teknologi, dan seni)
Disiplin Ilmu Ilmu Keras: Teknologi: Matematika Konstruksi Fisika Kimia Biologi Astronomi Konstruksi Manufaktur Transportasi Komunikasi Bio Energi Bahan Disiplin Ilmu Ilmu Lunak: Rekayasa Sosial: Sosiologi Politik Ekonomi Psikologi Antropologi Seni Dsb. Pemerintahan Kebijakan Manajemen Tata Kelola Kepemimpinan Perpolitikan Perekonomian Dsb.
Melalui pendidikan yang terarah, kita dapat keluar dari belenggu kesengsaraan dalam hidup Seseorang yang mau belajar dari praktek-praktek yang baik dan mau belajar dari kesalahan-kesalahannya serta mau melakukan perbaikan atas kesalahannya akan berkembang dan menjadi pelopor/promotor pembaruan (perubahan) Kehidupan memerlukan kecerdasan majemuk: daya pikir (intelektual), daya qolbu (spiritual, moral, estetikal), dan daya pisik (kinestetikal)
KECERDASAN MAJEMUK Daya Fikir Daya Moral Daya Spiritual Daya Fisik
Berfikir, bersikap dan bertindak secara sistem (utuh dan benar) Input (I) Proses (P) Output (O) I P O
Musuh itu bagaikan duri dalam daging sehingga punya musuh satu terlalu banyak dan punya kawan seribu terlalu sedikit Penguasaan ilmu itu memiliki sifat alamiah untuk menjadi tua, layu dan kering, jika tidak dijaga, dipelihara, disiram dan dikembangkan Jika kita memiliki kelebihan kualitas kecerdasan majemuk dibanding orang lain, maka kita akan menjadi pusat keunggulan dan pusat gravitasi bagi orang lain Jika kita tidak memiliki kelebihan kualitas dibanding orang lain, maka kita tidak berhak memiliki pilihan-pilihan dalam kehidupan (karir, penghasilan, pengaruh, prestise, dan bahkan surga)