EMBRYOLOGI ALAT KELAMIN Kuliah ke 3 REPRODUKSI TERNAK By Setyo Utomo
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN A. Tahap-Tahap Perkembangan Hewan Hewan bersel satu (Protozoa) tidak memiliki proses perkembangan yang kompleks. Perkembangan hewan bersel banyak dimulai dari zigot. Zigot berkembang menjadi embrio. Tahapan perkembangannya yaitu pembelahan (cleavage), gastrulasi dan organogenesis. 1. Pembelahan (Cleavage) Zigot berupa satu sel yang memiliki satu inti. Zigot mengalami pembelahan mitosis dari satu menjadi dua sel, kemudian empat sel, delapan sel, enambelas sel dan seterusnya. Pembelahan zigot berlanjut memberbentuk morula. Selanjutnya dari morula membentuk blastula. Fase Morula
2. Gastrulasi Blastula berkembang membentuk gastrula. Pada tahap gastrulasi terjadi pengaturan sel-sel blastula menjadi tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
3. Organogenesis Setelah gastrulasi selesai, lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm, mengalami diferensiasi menjadi jaringan-jaringan khusus yang akan berkembang membentuk berbagai organ. Lapisan ektoderm berkembang menjadi saraf, - otak, sumsum tulang belakang, - kulit luar, bola mata, - lensa mata, hidung, - telinga, rambut, - kuku, medula kelenjar adrenal (kelenjar yang terletak di atas ginjal).
Lapisan mesoderm berkembang menjadi: lapisan kulit dalam, - otot, tulang, - pembuluh darah, ginjal, - ureter, testis, - ovarium, oviduk, - uterus sistem limfa. Lapisan endoderm berkembang menjadi: faring, - esofagus, lambung, - usus, hati, - pankreas, trakea, - bronkus paru-paru.
Berdasarkan lapisan tubuhnya, organisme dibedakan menjadi: hewan diplobastik (memiliki 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm) dan hewan triplobastik (memiliki 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm). Hewan diplobastik contohnya Porifera. Hewan triplobastik contohnya cacing, serangga, echinodermata dan chordata.
Alat Kelamin Jantan Secara normal organ kelamin jantan terdiri atas sepasang testes (gonad jantan) atau sering dikenal dengan istilah “buah zakar” yang meruapakan kelenjar kelamin utama. Selain itu juga terdapat saluran reproduksi jantan yang berguna untuk saluran keluarnya sperma pada saat ejakulasi, serta dilengkapi dengan kelenjar pelengkap untuk pengencer sperma dan alat kelamin bagian luar. Saluran reproduksi jantan terdiri atas epididimis, vas deferent , ampula dan uretra. Kelenjar pelengkap terdiri atas kelenjar vesikularis, kelenjar prostat dan kelenjar cowpers (bulbouretrhalis). Alat kelamin bagian luar terdiri atas penis yang terbungkus oleh preputium dan adanya kantong skrotum yang merupakan pembungkus testes, berfungsi sebagai termoregulator testes.
Alat kelamin betina. Organ kelamin betina normal terdiri atas sepasang ovarium (gonad betina) yang merupakan organ kelamin utama yang berfungsi sebagai penghasil sel kelamin dan sekaligus sebagai kelenjar endokrin (penghasil hormon). Sebagaimana organ kelamin jantan, pada kelamin betina juga dilengkapi oleh saluran reproduksi dan alat kelamin bagian luar. Saluran reproduksi ternak betina terdiri atas tuba falopii, uterus (cornua dan corpus uteri), serviks dan vagina. Sedangkan alat kelamin luar terdiri atas clitoris dan vulva.
Embryologi alat kelamin : Secara fisik alat kelamin jantan dengan alat kelamin betina mudah dibedakan terutama dari bentuknya. Akan tetapi sebenarnya berasal dari satu macam sel yang disebut sel-sel calon kelamin. Ovarium dan testes pada fase indefferent dimana embryo masih sangat muda sudah terdapat sepasang calon gonad berupa anlage atau primordium dari kelenjar gonad.
Fase-fase perkembangan intra uterin (fase pre natal) terdiri atas fase ovum, fase embryonal dan fase foetal. Fase ovum terjadi sejak fertilisasi dalam oviduct sampai memasuki cornua uteri (pada mamalia). Waktu yang dibutuhkan perjalanan ovum ini baik dibuahi maupun tidak adalah 3 – 4 hari. Pada yang ditunasi akan terbentuk zygote yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi morula (jumlah selnya sekitar 32 sel), kemudian akan berkembang menjadi blastocyst. Pada fase blastocyst (jumlah sel : 64 sel) ditandai adanya rongga yang disebut blastocoel. Blastocyst mengalami perkembangan kemudian akan terjadi “hatching blastocyst” (blastosist menetas) yang terjadi karena terbukanya zona peluccida dan kumpulan sel-sel yang berkembang tadi keluar dari wadah zona pelucida.
Setelah proses hatching blastocyst , blastocyst ini akan berkembang terus dan mengalami differensiasi awal menjadi satu ujung yang selnya berlapis-lapis atau disebut dengan Inner Cell Mass (ICM). Pada tahap differensiasi ini, ICM akan berkembang menjadi tiga daun kecamabah yang seterusnya akan menjadi bagian-bagian tubuh. Tiga daun kecambah ini terdiri atas bagian luar (ectoderm), bagian tengah (messoderm) dan bagian dalam (Endoderm). Pada bagian tengah inilah akan berkembang menjadi alat-alat reproduksi. Fase embryonal terjadi pada saat embryo dalam kondisi dalam stadium indefferent. Bagian-bagian yang akan menjadi alat reproduksi adalah bagian gonad yang terdiri atas :
Tubulus messonephros Ductus messonephros Ductus para messonephros Sinus urogenitalis Tubercullum genitalis Plica urethtralis.
Bagian-bagaian tersebut nantinya akan berkembang menjadi alat reproduksi menjadi jelas pada saat terjadi differensiasi. Bila ke arah jantan maka bagian-bagian tersebut yang akan berubah adalah : Bagian medula gonad akan berkembang menjadi testes, tubulus messonephros akan berkembang menjadi saluran kecil-kecil dan berkelok-kelok yang jumlahnya 12 – 13 menjadi Vasa Efferentia atau ductuli efferentes. Ductus messonephros akan menjadi saluran sperma yang keluar dari testis yaitu epididimies dan ductus defferent serta kelenjar kelamin Vesicullaris.
Ductus Paramessonephros pada calon makhluk jantan tidak berkembang dan terdegenari dan apabila sisa-sisanya masih ada maka kelainan ini disebut uterus masculinus. Sinus urogenitalis akan menjadi kelenjar Asesoria (kelenjar pelengkap) yang terdiri atas kelenjar prostat dan kelenjar cowpers. Dari sinus urogenitalis ini juga akan berkembang menjadi urethtra dan vesica urinaria. Vesica urinaria meskipun dibentuk dari bagian-bagian calon gonad namun karena fungsinya sebagai kantung urine dan tidak berkaitan secara langsung dengan proses reproduksi maka tidak dimasukan sebagai alat reproduksi.
Tuberculum genitalis akan berkembang menjadi penis (canalis urethralis) yang terdiri atas corpus covernosum penis) dan corpus covernosum urethrin). Plica urethralis akan berkembang menjadi pembungkus (kantung) testes. Fase ovum diakhiri dengan terbentuknya blastocoel yang sudah hatching dan kemudian fase embryonal dalam sel-sel akan membentuk alat-alat tubuh yang lain. Akhir periode embryonal awal foetal ditandai dengan terjadinya differensiasi yang menjadi organ-organ tubuh sudah terbentuk. Pada embryo jantan perkembangan alat kelamin sangat ditentukan oleh hormon MIS dan Androgen. Mullerin Inhibiting Substance (MIS) menyebabkan degenerasi Ductus para messonephros atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan ductus muller.
Fase Foetal : Pada fase ini alat akan berkembang lebih lanjut hingga lebih sempurna, juga terjadi proses penurunan testes dari rongga perut menuju ke kantung scrotum, peristiwa ini disebut descencus testicullorum melalui Canalis Inguinalis. Proses nya adalah bahwa gonad mempunyai 3 ligament (penggantung) yaitu Ligamentum dhiaphinatica pada bagian atas, ligamentum inguinalis pada bagian bawah dan tubernacullum testis pada bagian bawah. Ligamentum-ligamentum ini berakhir pada bangunan yang disebut Proccesus vaginalis. Sedangkan Canalis Inguinalis merupakan lubang sebelah dalam yang berupa cincin inguinalis interna.
Setelah terbentuk testis dan scrotum oleh karena adanya dua penyebab yaitu : 1. Tekanan dari rongga perut 2.Tubernacullum testis melebar dan terbentuknya Proccesus vaginalis sehingga seolah-olah menarik testis menuju scrotum. Peristiwa ini terjadi pada akhir kehidupan intra uterina dan terjadi untuk semua mamalia. Peristiwa tidak turunnya testis dari ronga perut merupakan suatu bentuk kelainan yang disebut Cryptochidismus. Peristiwa ini disebabkan oleh kelainan dalan susunan sex cromosome, intersex atau hermaprodit dan tidak sempurnanya cincin inguinalis interna sehingga tidak bisa dilewati testis.
B. Embryologi alat kelamin betina Setelah differensiasi maka bagian corteks dari kelenjar gonad akan berkembang menjadi ovarium, sedangkan tubulus messonephros dan ductus messonephros tidak berkembang. Ductus para messonephros (ductus mullerin) akan berkembang menjadi : a. Fimbrae b. Infundibulum c. Oviduct d. Uterus e. Vagina.
Sinus urogenitalis akan berkembang menjadi saluran reprduksi yang fungsinya sebagai saluran kencing yang kemudian disebut uretra dan vestibulum (batas antara vagina dan vulva dimana terdapat hymen = selaput dara). Tuberculum genitalis akan berkembang menjadi clitoris pada ternak betina sedangkan pada ternak jantan akan berkembang menjadi penis. Sehingga dinyatakan bahwa clitoris adalah homolog dengan penis. Clitoris ini juga terdiri atas bagian corpus clitoris dan gland clitoris. Plica urethralis akan berkembang menjadi bagian dari vulva yaitu labia minora (bibir sebelah dalam) dan plica vesticularis akan berkembang menjadi bibir tebal sebelah luar yang disebut labia mayora.
Pengaruh hormon pada pertumbuhan saluran reproduksi berasal dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar gonad akan memepengruhi pertumbuhan saluran-saluran reproduksi dan alat kelamin bagian luar. Jika calon gonad akan menjadi testes maka hormon yang dihasilkan adalah untuk pertumbuhan ductus wolfii (ductus messonephros) dan ductus Muller (ductus para messonephros) terhenti. Hormon dari testes ini juga akan mempengaruhi sinus urogenitalis menjadi skrotum dan penis.
TUGAS : BUAT RESUME MINIMAL 1 HALAMAN FOLIO BERGARIS, TULIS TANGAN SENDIRI DAN DIKUMPULKAN PADA KULIAH KE -4