BERMAIN DALAM PERSPEKTIF PERKEMBANGAN MANUSIA Psikologi Bermain Unita Werdi Rahajeng unita@ub.ac.id – unita.lecture.ub.ac.id
You see a child play and it is so close to seeing an artist paint, for in play a child says things without uttering a word. You can see how he solves his problems. You can also see what’s wrong. Young children, especially, have enormous creativity, and whatever’s in them rises to the surface in free play. (Erik Erikson, 1994)
Pandangan Erik Erikson tentang BERMAIN Bermain adalah jendela untuk mempelajari bagaiman proses emosional berkembang pada anak-anak Bermain memiliki peran sebagai sarana diagnostik tumbuh kembang anak 2 Peranan Penting Bermain Bagi Anak Ekspresi kreativitas ranah kognitif Menyelesaikan masalah ranah emosional
Menurut Johnson, Christie & Yawkey (1999) 4 Domain: 1) bermain dengan orang (social play) 2) bermain dengan obyek (Object play) 3) bermain dengan simbol (symbolic play) 4) bermain motorik (motor play)
JENIS KEGIATAN BERMAIN (Hurlock dalam Tedjasaputra, 2001) Bermain aktif kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh seringkali dilakukan oleh anak awal Bermain pasif sering disebut amusement (hiburan), yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasar kegiatan yang dilakukannya sendiri kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik seringkali dilakukan oleh anak akhir – remaja
Menurut Howes & Matheson (1992) Kategori bermain dari segi komplesitas, komunikasi timbal balik Parallel play in proximity and in similar activities but without notice or awareness of each other Parallel aware play in proximity and in similar activities with eye contact and mutual awareness Simple social play engaged in similar activities with eye contact and presence of social bids (talking, giving, holding,etc) Complementary and reciprocal play presence of social bids plus “action-based role revearls “ e.g hide-and-seek Cooperative social play enactment of organized constructive play with complementary roles and communication Complex social play engagement in organized constructive or dramatic play with play communication and communictaion about the play
Menurut Mildred Parten (dalam Tedjasaputra, 2001) Menyoroti kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Ada 6 tahapan : Unoccupied Play anak tidak benar-benar bermain, hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian Solitary Play anak sibuk bermain sendiri Onlooker Play mengamati anak lain melakukan kegiatan bermain Paralel Play 2 anak/lebih bermain dengan mainan yang sama dan melakukan gerakan/kegiatan yang sama tapi sebenarnya tidak ada interaksi diantara mereka Asosiative Play ada interaksi dalam bermain (misal tukar mainan) tapi tidak terlibat kerjasama Cooperative Play bermain bersama, ada kerjasama, pembagian tugas, pembagian peran https://www.youtube.com/watch?v=B0eoXJM9uB4
Jean Piaget Sesuai dengan kognitif anak Sensory Motor Play (±3 bulan s/d 2 tahun) Bermain tanpa sengaja/mencoba-coba senang diulang variasi 2) Symbolic atau Make Believe Play (± 2 – 7 tahun) Ditandai dengan bermain khayal/pura-pura 3)Social Play Games with Rules (± 8 – 11 tahun) Ditandai dengan aturan permainan yang dibuat sendiri (tidak ketat) 4) Games with rules & Sports (11 tahun keatas) Aturannya permainan jauh lebih ketat dan kaku ingin mencapai prestasi / menang
Hurlock Tahap Penjelajahan (Exploratory Stage) Mengenal obyek/orang lain, menjangkau atau meraih benda sekeliling 2) Tahap Mainan (Toy Stage) Mengamati mainan dan berpikir mainan dapat makan, bicara, sakit, dsb. Anak senang dibelikan/membeli mainan tanpa peduli kegunaannya 3) Tahap Bermain (Play Stage) Biasanya pada anak mulai masuk SD. Anak bermain dengan alat permainan dan berkembang menjadi games 4) Tahap Melamun (Day Dream Stage) Biasanya pada anak memasuki pubertas
Rubin, Fein & Vandenberg and Smilansky Sesuai tahapan perkembangan kognitif Bermain fungsional (anak usia 1 – 2 tahun) Berupa gerakan yang sederhana dan berulang-ulang 2) Bangun Membangun (3 – 6 tahun) Membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu 3) Bermain pura-pura (3 – 7 tahun) Menirukan kegiatan orang yang dijumpai dalam kegiatan sehari-hari atau meniru peran imajinatif tokoh yang dikenal melalui film atau dongeng 4) Permainan dengan peraturan (6 – 11 tahun) Memahami & bersedia mematuhi aturan permainan