SESI 7 DISEASE INDEX & MORBIDITY

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Rekam Medik dan Kesehatan Sebuah Rumah Sakit
Advertisements

FARMASI RUMAH SAKIT.
REVIEW MANAJEMEN OBAT DI RS
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI
MANAJEMEN REKAM MEDIS KELOMPOK 3 Lia Hermawati
Pertemuan ke-2 Bentuk formulir: Prinsip umum desain formulir
Tugas Manajemen Rekam Medis
SESI 13 DISEASE INDEX & MORBIDITY
PENGUKURAN EVALUASI TERHADAP INPUT, PROSES, OUTPUT DAN OUTCOME
INDEK DAN REGISTER.
Pertemuan ke-12 Jenis-jenis sumber daya UK- MIK
Pertemuan ke-11 Manajemen Unit Kerja MIK :
KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. ENDE Kebijakan Umum Sistem Rujukan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Maternal Perinatal.
Rekam Medik DEFINISI ISI RM RM BERMUTU MANFAAT KEPEMILIKAN
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MANAJEMEN RUMAH SAKIT.
PENGUMPULAN DATA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN FORM LB-1
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN LB-3 (2)
DISEASE INDEX & MORBIDITY (INDEKS PENYAKIT & MORBIDITAS)
QA DAN PERFORMANCE IMPROVEMENT
SUMBER DATA SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL
REVIEW REKAM MEDIS - RS.
DOKUMENTASI KLINIS dan REKAM KESEHATAN
PENDAHULUAN ICD- 10 PERTEMUAN 8
PUSKESMAS Materi 3 MK MIK RMIK.
TEKHNIK PENDOKUMENTASIAN
PENGUMPULAN DATA UNTUK PELAPORAN RUMAH SAKIT
DOKUMENTASI UNTUK LAPORAN STATISTIK DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Bagan Kegiatan Rekam Medis
Beta Ahlam Gizela dr., Sp.F, DFM
Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Praktik Kedokteran
PEDOMAN MENILAI SISTEM SURVEILANS
INEL MASRAYANTI IB PRINSIP POKOK ASUHAN KEHAMILAN Prinsip-prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan didukung oleh prinsip-prinsip.
PRINSIP DAN FUNGSI DOKUMEN REKAM KESEHATAN
SISTEM PENGARSIPAN REKAM MEDIS
MODEL DOKUMENTASI SOR, POR, FLOWSHEET
SESI 7 LATIHAN: GENERAL CODING MENCARI dan MENENTUKAN KODE
Sistem Informasi Manajemen KEBIJAKAN SISTEM Sistem Informasi Manajemen Prosedur sistem Tujuan sistem organisasi Sistem Indikator kinerja organisasi.
SISTEM PENGARSIPAN (PENOMORAN) PERTEMUAN 14 LILY WIDJAYA, SKM,MM
PENCATATAN DAN PELAYANAN
Disampaikan pd kuliah manajemen blok 4 Oleh ;dr.Fauziah Elytha.MSc
Komplikasi Tetanus Inas Amalia
REKAM KEDIS Darmawan MUB, S.Kom, SKM.
SESI 10 Soal Pengkodean Morbiditas
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)
Rahasia Kedokteran (Permenkes No.36/2012)
MORBIDITAS CODING TOTOK SUNDORO, SKM, MMR..
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)
INDEKS DAN KARTU BEROBAT PERTEMUAN 5 LILY WIDJAYA, SKM,MM
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE )
MANAJEMEN DATA KLINIS Materi 4 MK Mandatkes.
Beta Ahlam Gizela dr., Sp.F, DFM
KUALITAS DATA DALAM LAPORAN STATISTIK
KEDOKTERAN KELUARGA DASAR & PENDEKATAN UMUM Dr. Paul F.M
PENGUMPULAN DATA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK). 1.. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; 2.. Memperoleh informasi tentang.
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Materi Manajemen Data Kesehatan S1 Kesehatan Masyarakat
Djoti Atmodjo. Standar Akreditasi Rumah Sakit 2 I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien Bab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan.
Rekam Medis dalam Asuhan Klien. Pengembangan Pelayanan RM dibagi menjadi 5 (lima) tingkatan (level) sebagai berikut : 1.Penyelenggaraan rekam medis secara.
PENGUMPULAN DATA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Materi Manajemen Data Kesehatan S1 Kesehatan Masyarakat
Sesi 2: Cakupan Informasi Kesehatan
MANAJEMEN DATA KLINIS Materi 4 MK Mandatkes.
MANAJEMEN DATA KLINIS Materi 3 MK Mandatkes.
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien
Transcript presentasi:

SESI 7 DISEASE INDEX & MORBIDITY (INDEKS PENYAKIT & MORBIDITAS) Disusun oleh dr. Mayang Anggraini Naga (Rev. 2015)

DESCRIPTION Pembahasan materi meliput definisi indeks, indeks penyakit sebagai instrument pengumpul, penyimpan, penunjuk pengambilan data diagnoses morbiditas. Pengaplikasian MB Rules di ICD-10 Volume 2, untuk memilih kondisi utama diagnosis pasien yang diperlukan dalam upaya menunjang kualitas informasi morbiditas, yang memenuhi sistem pelaporan morbiditas rutin, maupun yang sewaktu diperlukan manajemen kesehatan.

KOMPETENSI Mampu; - Mendesain struktur format indeks yang diperlukan sistem pelayanan - Mengembangkan indeks diagnosis morbiditas, indeks sebab kematian, indeks pelayanan kebidanan, indeks dokter yang diperlukan manajemen pelayanan kesehatan - Mengaplikasikan MB rules ICD-10 - Menghasilkan informasi diagnosis yang rutin maupun yang insidental diperlukan oleh manajemen asuhan medis, institusi pelayanan, manajemen kesehatan nasional maupun internasional.

RINCIAN PEMBELAJARAN Menjelaskan: - Apa itu indeks, kegunaannya. - Struktur indeks, input, proses, output dan outcome yang ditargetkian. - Cara memfile (menata) indeks - Jenis-jenis indeks yang berhubungan dengan pelayanan manajemen Informasi Kesehatan.

INDEKS (INDEXES) Penyimpanan, pemeliharaan informasi merupakan satu fungsi penting pada setiap fasilitas kesehatan. Dua instrumen (alat) yang akan memudahkan penyimpanan, pemeliharaan dan pengambilan kembali data informasi adalah terlaksanakannya INDEKS dan REGISTER tentang data-informasi yang terkait. Definisi Index: 1) daftar kata-kata 2) penunjuk, susunan daftar isi (Kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols & Hassan Shadily)

BERBAGAI JENIS INDEKS Berbagai jenis indeks yang umum dilaksana- kan dan dipelihara unit kerja Rekam Medis- Informasi Kesehatan, di antaranya: - indeks nomor - indeks utama pasien - indeks dokter - indeks penyakit - indeks tindakan medis/operasi. Sampai awal tahun 70-an, hampir semua indeks di institusi kesehatan (rumah sakit) dilaksanakan dan dikumpulkan secara manual.

KOMPUTERISAI INDEKS Saat ini pengembangan indeks diproses dengan komputer. Pengolahan dan kesediaan informasi melalui komputerisasi telah membawa bagian sistem informasi, di suatu institusi kesehatan, memasu-ki zaman/era informasi, dan sekaligus menuntut pengubahan peran praktisi rekam medis menjadi tenaga profesional di bidang Manajemen Informasi Kesehatan.

INDEXING (PEMBUATAN INDEKS) Adalah proses penataan sandi (codes) berdasarkan satu cara yang akan memudahkan proses rujukan (retieval = pengambilan kembali) data tentang sesuatu yang khusus.

MANFAAT INDEKS: Di institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) indeks bermanfaat sebagai alat pengumpul (kompilasi) gabungan data yang bersumber dari kumpulan rekam medis (medical records) yang telah diklasifikasi ke satu jenis nomor code yang mewakili sesuatu yang disebut pada judul indeks.

KARTU INDEKS: Kartu yang berisikan satu kelompok hal yang sejenis sesuai yang tercantum pada judul indeks, dilengkapi rincian keterangan tentang hal yang terkait yang umumnya memenuhi kebutuhan pemakai.

KARTU INDEKS (Lanjutan) Nama sebutan data yang disimpan dicantumkan pada judul indeks terkait, dan semua rincian yang diperlukan diisikan dalam format struktur indeks, untuk bisa disimpan dalam sistem dan mudah diambil kembali sesuai judul indeks (indeks penyakit diwakili sebutan diagnosis disertai kode 3-digit karakter) bila suatu waktu diperlukan.

INDEKS PENYAKIT (Disease Index) Indeks penyakit (diagnose) adalah suatu susunan ringkasan daftar data jenis penyakit dan keadaan sakit berdasarkan suatu sistem klasifikasi atau kode penomoran sebagai sarana komunikasi.

INDEKS PENYAKIT (Lanjutan) Oleh karenanya: Indeks penyakit harus mencerminkan data yang lebih luas dari sekedar indeks sebutan penyakitnya, ia harus: - berkaitan dengan sesuatu subyek dan - menjadi sumber informasi tentang penyakit yang ada dijudul indeks.

Huffman: - to guide - point-out - or otherwise facilitate reference = Edna Huffman dalam Health Information Management mendefinisikan sebagai berikut: An index = anything that serve: - to guide - point-out - or otherwise facilitate reference =

CONTOH Di dalam Laporan Format Formulir R12b, halaman 1 (Depkes R.I) Nama Rumah Sakit: … No. Kode RS: … ----------------------------------------------------------------------------------------------- No No No. daftar Golongan Sebab-2 Sakit Usia/Sek Jml.Ks. urut DTD terinci (Sebutan Diagnose) (8 kolom) baru/lama 37 028 A80 Poliomyelitis akut Dari format laporan ini kita hanya akan mengetahui jumlah kasus poliomyelitis baru atau lama sesuai usia dengan no. A80 (3-digit). Format di atas tidak efektif untuk menyimpan data diagnosis individual penyakit. Hanya merupakan format pengumpulan data jenis penyakit yang ditemukan di satu kurun waktu laporan.

Kelemahan Format pada slide 15 Dari format indeks penyakit tersebut: Kita tidak mungkin tahu: - lokasi tempat tinggal pasien yang penting bagi laporan penyakit - infeksi menular, (epidemik) ataupun - infeksi sesuai jenis kuman (virus) yang menyerang.

Indeks Individual Penyakit: Bila rumah sakit diminta membuat laporan susulan tentang adanya suatu penyakit menular/KLB, dan di rumah sakit tidak menyimpan data poliomeylitis dalam indeks penyakit polio, maka tidak dapat dengan efisien membantu permintaan informasi yang diperlukan segera  karena harus mencari kembali RM pasien polio. Informasi yang lambat tidak efektif bagi epidemiologik/KLB.

PENGEMBANGAN INDEKS PENYAKIT Bergantung kepada kebutuhan, indeks penyakit bisa: * SIMPLE INDEX (entry data satu penyakit) atau * CROSS INDEX (ada rujuk silang bagi nomor- nomor kode penyakit/tindakan yang di entry, yang terkait/diperoleh pasien selama di rawat) untuk ini diperlukan: * PENENTUAN FORMAT ISIAN * PENGERTIAN TENTANG BERAGAM ISTILAH DIAGNOSES.

Pengembangan Indeks Penyakit (Lanjutan) Data apa saja tentang penyakit terkait yang perlu disimpan untuk bisa dikeluarkan kembali untuk keperluan yang luas (tidak hanya terbatas untuk memenuhi sistem pelaporan format RL Depkes R.I), memerlukan: Desain Format pengumpulan yang matang, terutama apabila hendak diproses melalui mesin elektronik.

Contoh: Rincian data untuk penyakit menular tidak sama dengan yang untuk: - penyakit non-menular, - kasus kebidanan, - kasus kanker ataupun - cedera Struktur format masing indeks berbeda.

INDEKS SEDERHANA & INDEKS SILANG Tergantung kepada kebutuhan, indeks penyakit dan tindakan dibuat sederhana atau silang (cross-index). Pada indeks sederhana Entri setiap data penyakit atau tindakan operasi pada pasien dibuat di nomor kode judul masing- masing tanpa dirujuk ke nomor kode lain yang diberikan kepada pasien.

Pada indeks silang: Pada indeks silang setiap entri data yang dimasukkan ke indeks, dibuat rujukan ke nomor kode semua penyakit dan operasi pada pasien terkait selama masa perawatan- nya (rawat inap). Apabila indeks silang sudah dibuat, satu ruang kolom pada lembar isian harus tersedia tempat untuk perekaman kode-kode penyakit atau operasi yang saling berhubungan (multiple causes analisis).

Keuntungan penggunaan Komputer Mempermudah terciptanya secara otomatis indeks silang. Sistem memungkinkan meretriev data berdasarkan diagnose atau tindakan, dengan fleksible memetik setiap “data field” yang terkait seorang pasien  untuk ini penerapan sistem unit numbering pasien sangat diperlukan. Sistem otomatis akan mampu menghasilkan menu laporan yang dirancang secara khusus.

GUNA INDEKS Indeks pada mulanya hanya untuk: 1. Kepentingan finansial & administrasi 2. Dasar keputusan manajemen (risiko, epidemi, KLB, dsb.) Kemudian berkembang (karena menjadi sarana penyedia informasi)  untuk memudahkan retrieval DATA yang terkandung di dalamnya  maka dimanfaatkan juga oleh:

DIMANFAATKAN OLEH: KEPENTINGAN: 3. Badan penyandang dana (asuransi) 4. Badan akreditasi. SEBAGAI BUKTI legal apakah rekam medis-informasi kesehatan yang dikembangkan setempat sudah memenuhi aspek-aspek rekam medis yang seharusnya.

DATA DI DALAM INDEKS ADALAH: DATA SEKUNDER yang diambil dari DATA PRIMER kandungan = REKAM MEDIS-INFORMASI KESEHATAN=

(I) KEGUNAAN INDEKS bagi TENAGA MEDIS: Bahan KAJIAN manajemen pasien ALAT KOMPARASI data penyakit & hasil terapi, hasil program, penelitian, tulisan ilmiah. SUMBER DATA otentik utilisasi fasilitas & penentu perencanaan manajemen. BAHAN evaluasi CASES & SERVICES serta utilisasi FASILITAS JENIS PELAYANAN diagnostik, terapeutik dan perawatan yang TERSEDIA.

SARANA penyimpanan KUMPULAN DATA - INSIDENS, (1) Lanjutan BAHAN DASAR KEPUTUSAN PELAKSANAAN pengawasan INFEKSI NOSOKOMIAL & SURVEILANS EPIDEMIOLOGICAL di kesehatan lingkungan SARANA penyimpanan KUMPULAN DATA - INSIDENS, - KOMPLIKASI MEDIS-OPERASI POTENSIAL menimbulkan RISIKO MANAJEMEN.

(2). ADMINISTRASI, PERENCANAAN,. PEMENUHAN PERATURAN (2) ADMINISTRASI, PERENCANAAN, PEMENUHAN PERATURAN & PERUNDANG-UNDANGAN 1. SUMBER INFORMASI akreditasi & perizinan. 2. ALAT PETUNJUK lokasi Rekam Medis-Informasi Kesehatan pasien  retrieval, studi, riset dan RETENSI (Walau dokter tidak ingat nama pasiennya, namun bila ingat penyakitnya masih bisa meretrieve record pasien terkait) 3. SUMBER INFORMASI bagi PROGRAM residensi dan internship yang terakreditasi.

MATERI STUDI MAHASISWA KEDOKTERAN/ ILMU KESEHATAN lain-lain. (2) (Lanjutan) MATERI STUDI MAHASISWA KEDOKTERAN/ ILMU KESEHATAN lain-lain. BAHAN DASAR PELAPORAN yang bisa memenuhi berbagai jenis FORMAT Oleh karenanya: DESAIN INDEKS harus cermat, mengacu ke JENIS INFORMASI yang akan dihasilkan. TINGKAT EFISIENSI INDEKS: Perbandingan antara: waktu pelaksanaan dengan pemanfaatannya.

MINIMUM KANDUNGAN DATA dalam INDEKS Usia, kelamin, nomor Rekam Medis-Informasi Kesehatan. 2. Etnik, agama. 3, Identitas dokter *, jenis asuhan/pelayanan perawatan dan terapi obat. (* Bisa nama, bisa nomor ID-nya.) 4. Nama tindakan medis-operasi. 5. Nama tindakan diagnostik dan medis lain-lain. Tanggal masuk dan keluar. Hasil akhir pelayanan (sembuh/tidak sembuh, rujuk kembali, rujuk ke -, meninggal).

MINIMUM KANDUNGAN DATA dalam INDEKS (Lanjutan) Penyakit Co-exist, Co-morbid & tindakan medis-operasi sekunder 9. Komplikasi iatrogenic, infeksi nosokomial Data biaya yang harus ditagih/dibayar kembali pengguna jasa. Untuk KLB/epidemiologi perlu: wilayah tempat tinggal dan waktu inkubasi gangguannya. Keterangan: Metode indexing harus mengacu kepada kandungan data diagnosis di lembar pertama R.Medis (lembar masuk/keluar) dan resume yang diberi code.

BIAYA INDEKS Indeks penyakit dan tidakan-operasi merupakan indeks yang termahal untuk dipelihara di unit kerja terkait. SDM yang meringkas dan meng-entri data tidak saja harus mahir di bidang coding diagnoses namun juga harus bekerja sangat presisi, akurat dan tepat waktu, paham analisis kualitatif rekam medis.

BIAYA INDEKS (Lanjutan-1) Semakin banyak data yang diindeks dari rekam medis-informasi kesehatan semakin besar biaya dan personil yang harus tersedia. Biaya lain adalah biaya untuk retrieval kembali data terkait. (Dokter bisa saja meminta daftar semua kasus tertentu pasien wanita. Apabila semula di kartu indeks tidak mencantumkan jenis kelamin pasien, maka informasi tersebut tidak bisa dihasilkan perlu meretriev semua rekam medis kasus yang diminta, untuk dicari yang gendernya wanita, ini sangat menyita waktu dan tidak efisien)

BIAYA INDEKS (Lanjutan-2) Apabila indeks dalam sistem komputer yang diprogram untuk mampu menyajikan menu laporan fleksible, maka manipulasi data bisa mudah dilakukan dan mampu menghasilkan setiap informasi yang dibutuhkan, dengan: - cepat, - efisien dan - efektif (berdaya-guna)

Biaya Indeks (lanjutan-3) Tenaga profesional perekam medis-informasi kesehatan harus mampu menentukan untuk apa indeks digunakan dan digunakan untuk tujuan apa. Jumlah jenis data yang diperlukan untuk diindeks ditentukan dengan mempelajari pola penggunaannya.

Biaya Indeks (lanjutan-4) Seorang dokter atau anggota komite staf medis bisa saja menggunakan indeks penyakit dan tindakan untuk meretriev rekam medisnya untuk tujuan: 1. review kasus suatu penyakit masa lalu sebagai bahan rujukan untuk yang sekarang dihadapi 2. menguji teori dan membandingkan hasil terapi kasus tertentu. 3, menggali data tentang utilisasi fasilitas  menentukan prioritas kebutuhan. 4. evaluasi mutu pelayanan. 5. penelitian epidemiologis 6. mengumpulkan data penatalaksanaan risiko manajemen (komplikasi medis/bedah)

Biaya Indeks (lanjutan-5) Setelah indeks dibuat, maka indeks penyakit ataupun tindakan harus disusun sedemikian rupa untuk mampu memenuhi kebutuhan institusi yang dilayani. Seperti juga pada sistem penyimpanan KIUP pasien, maka sistem filing indeks manual juga harus ditentukan apakah berdasarkan nomor code penyakit atau urut abjad. Karena mengha- fal kode penyakit tidak efisien, kode bisa saja berubah sesuai sistem klasifikasinya, maka yang terbaik adalah menyimpan secara urut abjad sesuai sebutan penyakit utamanya

Biaya Indeks (lanjutan-6) Pertimbangan harus diberikan pada kebutuhan akan indeks. Siapa yang akan dan boleh memanfaatkannya, serta informasi apa yang akan diminta. Perencanaan yang cermat akan menghasil- kan indeks yang akan mampu melayani kebutuhan yang sangat luas, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem indexingnya itu sendiri.

Biaya Indeks (lanjutan-7) Secara teori indeks adalah instrumen penyimpan data yang tidak rahasia mengingat pada indeks umumnya tidak muncul narasi atau nama pasien yang ada, ataupun nama dokter yang terlibat. Yang muncul pada indeks hendaknya hanya code-code dan angka yang berkaitan dengan rincian judul indeks.

INDEKS OTOMATIS Pada masa kini indeks penyakit, tindakan dan dokter umumnya sudah dikomputerisasi. Ini sangat menguntungkan mengingat pelaksanaan indeks adalah konsumtif biaya dan waktu dan memerlukan ketelitian yang presisi, khususnya di bidang kecepatan kerja entry code dan filling dan retrieval informasi  kesulitan inilah yang bisa seyogyanya digantikan oleh mesin otomatis.

INDEKS OTOMATIS (Lanjutan) Penggunaan komputer bisa in house atau melalui kontrak dengan perusahaan yang terlibat di business terkait. (USA) Yang penting adalah legitimasi dan penyimpanan kerahasiaan informasi medis yang harus tidak boleh dilanggar. Berbicara terkait Rekam Medis  maka perlu diperhatikan etika dan aspek legalnya.

INDEKS OTOMATIS (Lanjutan) Perlu kajian cermat tentang jenis piranti kuat dan lemah yang akan dipilih dan kualifikasi perusahaan yang akan menjadi pemborongnya (vendor) Tenaga kerja yang akan dilibatkan bisa dilatih atau dikirim untuk mengikuti pendidikan formal di bidang manajemen rekam medis dan informasi kesehatan (lulusan DIII, DIV APIKES- atau MIK)

DATA MORBIDITAS Data morbiditas di Indonesia, sampai saat ini dihasilkan dari olahan hasil coding data diagnoses pasien berdasarkan sistem ICD. ICD (WHO) = International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. (s/d 2010 yang digunakan masih ICD-10th)

DATA MORBIDITAS (Lanjutan-1) ICD menentukan bahwa: - data morbiditas yang akan digunakan untuk: - formulasi kebijakan dan - program kesehatan, - manajemen, monitoring dan evaluasi, - epidemiologi, - identifikasi populasi dalam risiko dan penelitian klinik adalah data kondisi tunggal pasien.

DATA MORBIDITAS (Lanjutan-2) Kondisi tunggal adalah kondisi utama yang ditangani atau diperiksa selama kurun waktu perawatan pasien terkait, yang relevans. Kondisi utama didefinisikan sebagai kondisi (diagnose) yang bertanggungjawab primer atas kebutuhan pasien/akan perawatan, pemeriksaan dan tindakan. Apabila ada >1 diagnose maka dipilih yang paling bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang terbesar (Rules for Morbidity, ICD, WHO).

Data Morbiditas (lanjutan-3) Bagaimana bila tidak ditegakkan diagnose oleh dokternya? Untuk ini gejala utama, temuan abnormal atau masalah terkait kesehatan harus dipilih sebagai kondisi utama (setelah tidak bisa menghubungi dokter terkait!). (Nomor kode ICD-10 untuk kondisi ini beralfabet R atau Z)

Data Morbiditas (lanjutan-4) Di samping kondisi utama, harus direkam pula di daftar terpisah, tentang kondisi lain atau masalah lain yang ada hubungan selama kurun waktu perawatan terkait. Kondisi lain didefinisikan sebagai: Kondisi yang timbul bersama (co-exist) atau berkembang selama kurun waktu perawatan terkait dan mempengaruhi penanganan pasien.

Data Morbiditas (lanjutan-5) Sedangkan kondisi yang lebih dini berhubungan dengan kurun waktu yang tidak mempunyai pengaruh pada peristiwa yang sekarang tidak perlu direkam. Dengan membatasi analisis kondisi tunggal bagi setiap kurun waktu perawatan pasien, beberapa informasi yang tersedia di rekam medis-informasi kesehatan pasien mungkin saja hilang (tidak terekam).

Data Morbiditas (Lanjutan -6) Untuk itu dianjurkan WHO: sebaiknya laksanakan kode kondisi ganda (multiple condition coding), dan analisis data suplemen secara rutin. Kerjakan sesuasi aturan lokal karena tidak ada peraturan internasional yang telah diberlakukan. Namun demikian, pengalaman dalam bidang bidang lain dapat berguna dalam pengembang- an skema lokalnya.

Data Morbiditas (lanjutan-7) Pada analisis kondisi tunggal maupun ganda, dokter yang merawat dan bertanggungjawab atas pengobatan pasien harus memilih kondisi utama untuk direkam, sama halnya dengan kondisi-kondisi lain pada setiap episode perawatan/asuhan pasien terkait. Informasi dikelola secara sistematis, mengguna- kan metode-metode baku.

Data Morbiditas (Lanjutan -8) Rekaman yang lengkap dan baik sangat penting dan bernilai tinggi untuk penanganan pasiennya. Informasi yang baik dan akurat, akan merupakan sumber data epidemiolgis dan statistik lain, yang bernilai data statistik morbiditas dan masalah terkait kesehatan lain dalam pelayanan kesehatan.

INDEKS DAN KODE TINDAKAN Sampai saat tahun 1999 di Indonesia belum dikenalkan dengan sistem klasifikasi tindakan selain ICOPIM jilid 1 dan 2. (International Classification of Procedures in Medicine) Umumnya di rumah sakit yang mengembangkan indeks tindakan menggunakan sistem coding ICOPIM, yang Bab 5 –nya (Indeks Bedah), satu-satunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dep- Kes. (Saat ini Depkes telah menentukan penggunaan ICD-9-CM volume 3, untuk tindakan yang akan diklaim ke Program Jamkesmas dan Gakin)

MORBIDITAS & PERATURAN MEMILIH KONDISI UTAMA (MB 1, 2, 3, 4, & 5) MORBIDITY & RULES for SELECTION of MAIN CONDITION (MB RULES 1, 2, 3, 4 & 5) MORBIDITAS & PERATURAN MEMILIH KONDISI UTAMA (MB 1, 2, 3, 4, & 5)

4.4.3 Peraturan untuk Re-seleksi Kondisi Utama yang Salah Rekam Volume 2 halaman 106 -112 Hanya dokter yang berwenang menentukan kondisi utama pasien. Pada keadaan tertentu atau ada informasi lain yang dapat menunjukkan bahwa dokter telah tidak mengikuti prosedur cara penulisan yang benar (ICD), bila coder tidak mungkin menghubungi dokter terkait, dapat menerapkan salah satu dari Rules yang tersedia untuk mereseleksi kondisi utama. Peraturan reseleksi diatur di dalam ICD-Volume 2 dalam 5 rules MB1, MB2, MB3, MB4, MB5 disertai catatan khusus untuk Bab-Bab tertentu (4.4.4 Halaman 112-123)

RULE MB1 Kondisi minor direkam sebagai “Kondisi utama” (main condition), kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai “kondisi lain” (other condition) Kondisi utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang terjadi, dan jenis spesialis yang mengasuh.  pilih kondisi yang relevan sebagai “Kondisi utama” Contoh: K. ut. Dyspepsi Kondisi lain: Acute appendicitis Acute abdominal pain Prosedur: Appendectomy Spesialis: Bedah digestif Maka reseleksi: Acute appendicitis sebagai kondisi utama.

RULE MB2 Beberapa Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama. Beberapa kondisi tidak bisa digabung untuk dapat dicode bersama dan direkam semua sebagai kondisi utama,  dan salah satu kondisi lain pada rekaman menunjukkan sebagai kondisi utama, maka pilih ini sebagai kondisi utama, bila tidak ada maka pilih yang pertama disebut.

CONTOH: 1. K. Ut. Osteoporosis Candida bronchopneumonia Rheumatism K. lain: - Bidang spesialisasi: Peny.Paru Reseleksi K. Ut. Candida bronchopneumonia 2. K.Ut. KPD, letak lintang dan anemia K.lain: - Partus spontan Reseleksi K. ut. Premature rupture of membrane (Ketuban pecah dini)

RULE MB3 Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama menggambarkan suatu gejala yang timbul akibat suatu diagnose atau kondisi yang ditangani Jika kondisi terkait diberi code yang ditemukan di Bab XVIII (R.-), dan di rekam medis ada terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan  maka reseleksi kondisi akhir tersebut sebagai kondisi utama.

CONTOH K. Ut. Hematemesis K. lain: Varices esophagus Cirrhosis hepatis Bidang spesialis: Penyakit Dalam konsul ke Bedah Reseleksi kondisi utama: Varices esophagus pada cirrhosis hepatis (K74.-! I98.2*) Hematemesis akibat varices esophagus yang umum terjadi pada kasus cirrhosis hepatis.

RULE MB4 Spesialisitas Bila diagnosis yang terekam sebagai kondisi utama adalah istilah yang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang lokasi tubuh atau sifat dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi terakhir sebagai kondisi utama. Contoh: K.Ut. CVA K. lain-lain: Stroke Hemiplegia Cerebral haemorrhage Reseleksi: Kondisi utama: Stroke cerebral hemorhage

RULE MB5 Alternatif diagnoses utama Suatu tanda/gejala direkam sebagai kondisi utama, dengan indikasi kondisi terkait adalah suatu kondisi atau kondisi lain,  reseleksi gejala tersebut sebagai “kondisi utama”. Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.

CONTOH: 1. K. ut. Sakit kepala mungkin karena sinusitis atau stres. Reseleksi: Sakit kepala 2. K.ut. Kolekistitis akut atau gastritis Reseleksi: kolekistitis akut 3. K. ut. GE akibat infeksi atau keracunan makanan Reseleksi: Infectious GE.

MB5 Kondisi utama: Sakit kepala yang mungkin akibat tension atau gangguan visus mata Kondisi lain: - Pilih kondisi utama: .. No:… 2) Kondisi utama: gastro-enteritis mungkin akibat infeksi atau keracunan makanan Pilih kondisi utama: … No: …

3) Kondisi utama: mungkin cholecystitis akut atau cholelithiasis MB5 3) Kondisi utama: mungkin cholecystitis akut atau cholelithiasis Pilih kondisi utama: … No: ... 4) Kondisi utama: appendicitis akut atau gastritis akut No: … Kondisi utama: tachycardia nervosa mungkin juga akibat fungsional

INDEKS MORTALITAS Seperti pada Indeks Morbiditas, di dalam Indeks Mortalitas tertampung semua pasien yang meninggal akibat sakit terkait. Dikenal sebagai sebab meninggal penyakit khusus. Yang dirinci dalam indeks kematian adalah elemen data yang ada di sertifikat kematian pasien. Sertifikat yang digunakan adalah sertifikat kematian umum dan perinatal model WHO, di ICD-10 Volume 2

Indeks Mortalitas (Lanjutan) Indeks kematian akan mampu menghasilkan informasi tentang: I: (International Form of Medical Certificate of c ause of Death) (a) Kondisi/peny. yang langsung mengakibatkan pasien meninggal (b) Kondisi/peny. yang menimbulkan keadaan di (a) (c) Kondisi/peny. yang menimbulkan keadaan di (b) (d) Penyakit penyebab pasien jadi meninggal (cause of death) II: Kondisi lain yang menonjol mengakibatkan keadaan di butir(I) namun tidak ada kaitannya dengan penyakit penyebab meninggal.

SOAL LATIHAN MANDIRI (Morbiditas) 1. Pasien usia 6 tahun, laki-laki, masuk tanggal 3-12- 2007, pulang 10-12-2007. Diagnosis: K.U. Dehyrdasi berat Muntah-ber Infeksi akibat makanan yang tercemar bakteri Pilih Kondisi utama: … 2. Wanita 70 tahun DM dan gangrene ibu jari kaki kiri, dirawat 5 hari untuk persiapan operasi. Diagnosis: K.U gangrene K. lain-2 DM Sepsialis: endokrinologis. Terapi: suntik insuline/hari Pilih Kondisi Utama: …

SOAL LATIHAN MANDIRI (Lanjutan-1) Pasien, wanita usia 65 tahun dengan: K.U. katarak mata kiri K. lain: hipertensi primer Spesialis: opthalmologist Terapi: operasi katarak Pilih Kondisi/diagnosis utama: Anak3 tahun dirawat dengan morbili dan sesak napas K.U. Pneumonia K. lain Malnutrisi Terapi: O2, antibiotika dan perbaikan gizi Pilih Kondisi/diagnosis utama: ….

SOAL LATIHAN MANDIRI (Lanjutan-2) Pria, 30 tahun di rawat jalan. Riwayat sakit keluarga: anak sedang gondongan K.U: Febris dan cephalgia Parotitis kanan K. lain-lain: dysphagia Pilih kondisi/diagnosis utama: … Pasien rawat jalan usia 15 tahun, laki-laki, sehabis renang kedua mata merah berair dan epiphora K.U: Conjungtivitis OD dan OS Pilih kondisi utama: ….

SOAL LATIHAN MANDIRI (Lanjutan-3) Pasien usia 21/2 tahun, dengan panas tinggi 7 hari, dan 2 hari kejang-kejang, kaku kuduk. Sudah sejak usia 11/2 tahun menderita TB paru. Kondisi utama: - meningitis Kondisi lain-lain: - TB paru kronik Hasil laboratorium LP: Mycobacterium TB + Pilih Kondisi.diagnosis utama: … Pasien usia 23 tahun: Kondisi utama: lumpuh layuh kaki dan tangan kiri Waktu kecil terserang poliomyelitis Pilih kondisi utama: ….

SOAL LATIHAN MANDIRI (Lanjutan-4) 9. 2 tahun yang lalu stroke karena emboli Kondisi utama: hemiplegia kanan dan kaku Terapi: fisioterapi latihan berjalan dengan alat bantu walkter Pilih kondisi utama: … Pasien DM yang stabil dengan diet dan olahraga dengan, keluhan kesemutan pada jari-jari tangan Kondisi utama: DM Kondisi lain: polyneuropathy Pilih kondisi utama:

SOAL LATIHAN MANDIRI (Lanjutan-5) Pasien supir bajai, pendengaran terganggu setelah 3 tahun menjalankan profesi tersebut. Kondisi utama: kurang pendengaran Pilih kondisi utama/diagnosis Kondisi utama: sesak napas dan sakit dada kiri arrythmia Kondisi lain: post infark jantung 2 tahun yang lalu dyspnoe d’effort setiap jalan cepat Pilih kondisi/diagnosis utama: ….