PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)
ARTI PENGORGANISASIAN PENGORGANISASIAN ADALAH SALAH SATU FUNGSI MANAJEMEN UNTUK MENGKOORDINASIKAN HUBUNGAN BERBAGAI SISTEM KEWENANGAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN TUGAS-TUGAS YANG ADA DI DALAM ORGANISASI. KEWENANGAN, TUGAS-TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TERSEBUT KEMUDIAN DIATUR DALAM SUATU STRUKTUR ORGANISASI.
MENGAPA PENGORGANISASIAN PENTING ? PENGORGANISASIAN PENTING KARENA : MENGATUR PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DALAM ORGANISASI MELALUI STRUKTUR YANG JELAS MENGKOORDINASIKAN BERBAGAI SUMBERDAYA YANG ADA DI DALAM ORGANISASI MENGATUR PENGGUNAAN SUMBERDAYA-SUMBERDAYA SECARA EFISIEN DAN EFEKTIF MENGATUR HUBUNGAN-HUBUNGAN FORMAL YANG TERJADI DALAM ORGANISASI
PENGORGANISASIAN PERKEBUNAN Bisnis perkebunan adalah bisnis global, sehingga perilaku bisnis dan dinamika perubahan lingkungan mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan global. Salah satu yang sangat berpengaruh terhadap bisnis tersebut adalah struktur organisasi. Guna terwujudnya struktur organisasi yang solid, diperlukan manajemen strategi untuk menentukan strategi dan arah yang digunakan perusahaan haruslah sesuai/cocok.
Manajemen perkebunan memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam program jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan tersebut harus dapat dijelaskan secara fisik dan didistribusikan pada setiap lini, pada setiap unit kerja bahkan sampai kepada setiap individu. Tujuan tersebut hanya dapat tercapai dengan adanya pembagian kerja. Jika suatu saat strategi dirubah maka perusahaan wajib untuk merubah atau menyesuaikan struktur organisasinya agar cocok dengan strategi yang baru.
Struktur Organisasi Jenjang organisasi yakni tingkat-tingkat satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang tertentu menurut kedudukannya dari atas ke bawah dalam fungsi tertentu. Jenjang organisasi dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: Struktur organisasi pipih Struktur organisasi datar Struktur organisasi curam
Proporsi Unsur Manajemen pada Level Devisi Unsur Nanajemen Personil Pelaksana Planning ASISTEN KEBUN Organizing Asisten Kebun Mandor I Mandor Actuating Controlling
Strategi Kerja Strategi kerja yang diterapkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di unit kerja. Untuk keberhasilan dalam penerapan strategi kerja, pada umumnya dibutuhkan ketrampilan, teknik memberi perintah, pemantauan hasil kerja berupa umpan balik.
1. Keterampilan Ada tiga keterampilan yang perlu dimiliki oleh Asisten sebagai supervisor, agar strategi kerja dalam proses manajemen berjalan dengan efektif yaitu: Keterampilan Teknis adalah pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas tertentu. Keterampilan ini meliputi pengetahuan dan pemahaman konsep, proses dan metode dalam suatu bidang tertentu. Keterampilan ini diperlukan untuk mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah dalam bidang tertentu.
adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan Konseptual adalah pemahaman dan kecakapan dalam menilai/ melihat keterkaitan antar kegiatan dan antar unit serta menilai dampak dari keputusannya terhadap organisasi secara keseluruhan. Keterampilan Sosial adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan untuk mengekspresikan diri melalui tingkah laku dan ucapan sehingga dimengerti oleh orang lain. Kemampuan untuk memahami tingkah laku orang lain.
2. Pemberian Perintah Kesiapan penerima perintah Usaha agar orang lain mau dan dapat mengerjakan suatu tugas sesuai dengan apa yang diharapkan pemberi perintah. Beberapa hal yang penting diperhatikan agar pemberian perintah dapat efektif adalah: Kesiapan penerima perintah Karyawan yang terlibat harus terlatih, terampil dan mampu secara fisik untuk melaksanakan apa yang diperintahkan. Hasil yang baik baru dapat dicapai bila pelaksana ‘mau’ mengerjakan apa yang diperintahkan. Perintah harus dirumuskan secara jelas mengenai apa dan bilamana tugas tersebut harus dilaksanakan.
Fakta di belakang suatu perintah Dalam memberikan suatu perintah, tunjukkan atau perlihatkan fakta-fakta atau kondisi-kondisi yang menyebabkan perintah tersebut perlu dilaksanakan. Nyatakan hasil yang diharapkan Sebaiknya besaran tentang hasil yang diharapkan dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya dalam satuan waktu, jumlah dan lain-lain. Tindak lanjut (Follow up) Memberikan perintah saja pada hakikatnya baru menyelesaikan separuh pekerjaan. Sesungguhnya yang lebih penting adalah separuh pekerjaan yang lain, yaitu mengikuti perkembangan pemberian perintah selanjutnya yaitu apakah perintah dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Beberapa hal yang sering menghambat efektivitas pelaksanaan tugas karena terjadinya kesalahan dalam pemberian perintah: Bicara tidak tegas atau menggunakan kata-kata yang tidak sepenuhnya mendukung arti perintah tersebut. Susunan perintah tidak teratur dan sembarangan. Terlalu cepat menganggap pelaksana sudah mengerti apa yang diharapkan dari dirinya, padahal pada kenyataannya mungkin pelaksana belum memahami tugas tersebut sepenuhnya.
3. Umpan Balik Seorang pemimpin dalam bekerja harus menjalankan fungsi pengendalian. Salah satu alat pengendalian terhadap tingkah laku bawahan adalah memberikan umpan balik. Dalam mengambil tindakan terhadap bawahan atau karyawan, seorang Pemimpin harus memeriksa terlebih dulu apakah penyimpangan terjadi karena kekurangan pada karyawan atau karena hal-hal di luar kendali karyawan tersebut. Setiap penilaian perlu mempunyai dasar terhadap mana prestasi kerja dapat diukur/dibandingkan.
Umpan balik merupakan informasi yang diterima karyawan mengenai prestasi kerjanya. Umpan balik sifatnya informal, sehari-hari diberikan untuk tugas tertentu serta mempunyai tujuan akhir untuk pengembangan pribadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan umpan balik: Tujuan Memberikan umpan balik harus diyakini benar-benar untuk kebaikan bawahan dan bukan untuk menghilang-kan kejengkelan. Umpan balik positif dan negatif Selain untuk memberitahukan kekurangan bawahan, umpan balik dapat digunakan untuk hal-hal yang positif (kekuatan atau kelebihannya).
Dapat diperbaiki Untuk umpan balik yang negatif, harus diketahui terlebih dahulu apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Bila tidak dapat diperbaiki, umpan balik jangan diberikan. Siap menerima Perlu dipikirkan pemberian umpan balik tepat dengan mempertimbangkan keadaan emosional bawahan (tenang, gelisah, tergesa-gesa, marah dsb). Hubungan Umpan balik akan lebih efektif bila pemberi dan penerima sudah mengenal cukup baik.
Alternatif Ada kemungkinan bila seseorang menerima umpan balik yang negatif, ia akan menanyakan tindakan perbaikannya kepada pemberi umpan balik. Dalam hal ini sebaiknya pemberi umpan balik sudah siap dengan beberapa alternatif yang mungkin dapat digunakan. Non evaluatif Pada umumnya tidak ada orang yang senang dinilai kekurangannya, maka umpan balik sebaiknya diberikan dalam bentuk yang non-evaluatif. Bila tidak mungkin dapat juga memberikan terlebih dahulu umpan balik yang positif. Biasanya orang akan lebih siap menerima umpan balik yang negatif setelah diberitahu mengenai hal-hal yang positif mengenai dirinya.
Satu per satu Janganlah memberikan umpan balik terlalu banyak pada suatu saat karena hal ini hanya akan membingungkan dan mungkin mematahkan semangat seseorang. Kesempatan untuk berdiskusi Memberikan umpan balik yang positif maupun yang negatif, biasanya penerima menginginkan penjelasan lebih banyak. Berilah kesempatan.