Kelompok 1 B Tutor: dr. Bimby Alisya Putri Hannani Desi Kartika Sari

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENGANTAR ANTI MIKROBA
Advertisements

Hipertensi (Darah Tinggi)
Diabetes Melitus Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan.
KELOMPOK 33 : SYANTO REZKY DUWILA
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
Kelainan/Gangguan Pada SistemPeredaran Darah
Eksim: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan
PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS
MIMISAN Kelompok FCP 1B:
Penyakit dan kelainan sistem peredaran darah
OLEH: Rina Yuniarti, S.Farm, Apt.
Sistem Kardiovaskular dan Gizi
Akibat Gangguan Sirkulasi Perifer dan Akibat Kelainan Darah
TUGAS AA “ PENYAKIT JANTUNG KORONER ( PJK ) “
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
Patologi Umum.
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
GANGGUAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH
LANJUTAN GANGGUAN SIRKULASI
Tutor : dr. Nurmaliza Hasan
EPIDEMIOLOGI STROKE.
Kehamilan disertai penyakit
Santi susanti nim :
Emeralda Zakia Gunawan Fathia Ailani Regita Diandra XI IPA-2
PENYAKIT KULIT DARURAT SINDROMA STEVEN JOHNSON. Definisi.
Penyakit dan gangguan pada darah
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA DENGAN PENYAKIT GINJAL YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN OLEH KELOMPOK 11: DEWI WIJAYA GULO ILUSI CERIA.
FARINGITIS Oleh: dr. Irma Susanti.
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
PATOFISIOLOGI SEMESTER IV -14.
Jenis, Penyebab, Patofisiologi dan gambaran klinis pada ibu MASTITIS
Polip Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada saluran pernapasan hidung atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Di susun oleh : Abdull Rahim Mokodompit
Kelainan/Gangguan Pada Sistem Peredaran Darah
PROLAPSUS UTERI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Penyakit Darah Disusun Oleh: Raihan Pradhika Rangkuti Rakha Fajar
Kelainan Perdarahan Hemophilia A Hemophilia B von Willebrand Disease
Myoma Uteri Arruhul Amini Inten Nur Rasadina Nazarrudin Nur Rien Esty Toto Marzuki Welly Elvandari Wandri Okta Mahyudi Yogi Ersandi.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Menyembuhkan luka bakar
3 1 2.
PEMERIKSAAN PENUNJANG AREA BEDAH Tintin Sukartini, SKp, M.Kes, Dr. Kep.
Hemostasis Defect Hemofilia Von Willebran Dis. Vit K Def. DIC
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
Oleh : Anhari Raushanfikri Bagus Arlianto Putra Kevin Augusto Asyrafi
Assalamualaikum Kelompok 7 Ika Apriani Riza Sativa
Hidung & Sinus Para Nasal
GOUT Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS.
RINITIS VASOMOTOR Etiologi: Belum diketahui dgn pasti
Perdarahan (Hemorrhagi)
Kelainan pada sistem darah
RINITIS MEDIKAMENTOSA = RINITIS HIPEREMIKA
Baiq Reski Setiagarini
FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA
Dr.Yuliani M Lubis, SpTHT-KL
Askep klien VENTRIKEL SEPTAL DEFEK (VSD)
Drastya Amalia Nurul Ghina Qonita Kamila Anindita
PENCEGAHAN STROKE PADA LANJUT USIA
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
SINDROM NEFROTIK Oleh: Aidan.
Leukemia Meiloid Akut (LMA) PROFESI NERS PSIK FK KEDOKTERAN UNHAS.
MONILETRIKS Elsafana Rizky Debita PEMBIMBING dr. H. Hervina, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN.
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
Anemia pada Remaja Puteri dr. Aris Rahmanda UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu – Peserta Dokter Intership Indonesia 2016.
UNIVERSITAS MALAHAYATI  KASUS  Laki – laki usia 45 tahun keluhan perut kiri membesar, sering merasa letih, lemah, BB berkurang, keluhan mulai.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
RUPTURA SINUS MARGINALIS
Penatalaksanaan fitoterapi terhadap penyakit hipertensi Elmilia pitriana A farmasi.
Transcript presentasi:

Kelompok 1 B Tutor: dr. Bimby Alisya Putri Hannani Desi Kartika Sari Nurhatika R. Bobby Wibisono.S. Septian Hady Putra Sella Annisa Ummi Mukaromah Welly Elvandari Yolanda Yuriati Yogi Ersandi Tutor: dr. Bimby

Mimisan W anak berusia 10 th, dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan mimisan sejak 30 menit yang lalu. Sebelumnya anak W sedang bermain dengan teman-temannya, namun tiba-tiba saja ia mimisan. Teman anak W mengaku pada ibu W bahwa W tidak terjatuh ataupun mengalami trauma disekitar hidungnya. Ibu W mengaku W tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan memang biasa bermain dengan teman-temannya ditengah cuaca panas terik. Dokter kemudian berusahan menghentikan perdarahan W untuk kemudian dilakukan pemeriksaan rhinoskopi. Dokter kemudian menjelaskan keadaan W pada ibunya dn menjelaskan kondisi apa saja yang harus dihindari W dan tindakan pertolongan pertama yang harus ibu W lakukan jika terjadi rekurensi.

Step 1 Rekurensi  berulang/ kambuh Rhinoskopi  Dasar cara untuk pemeriksaan fisik yang paling spesifik yang berkaitan dengan keadaan patologis pada daerah nasal.

Step 2 Apa kemungkinan penyebab mimisan pada pasien? Apa pertolongan pertama pada mimisan? Apa tujuan pemeriksaan rhinoskopi? Apa saja yang harus dihindari anak W? Jelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan rhinoskopi! Mengapa mimisan bisa mengalami rekurensi? Apa saja DD dan kemungkinan diagnosis pada kasus? Apakah umur berhub. Dengan kejadian mimisan? Apa komplikasi dari keluhan pasien? Jelaskan indikasi pem. Rhinoskopi! Apakah ada hub. Riwayat keluarga dengan mimisan? Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien tersebut?

Step 3 BRAINSTORMING

Step 4 EPISTAKSIS Pencegahan Prognosis Definisi Etiologi Patogenesis Komplikasi EPISTAKSIS Tatalaksana Diagnosis Banding Awal Farmakologi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan penunjang Klasifikasi Posterior Gejala Anterior

Step 5 Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari epistaksis Mahasiswa mampu membedakan klasifikasi epistaksis Mahasiswa mampu menjelaskan etiopatogenesis dari etiologi epistaksis Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanaan awal epistaksis Mahasiswa mengetahui farmakoterapi untuk kasus epistaksis Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada kasus epistaksis Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan epistaksis Mahasiswa mengetahui prognosis dari kasus epistaksis

Definisi Epistaksis Adalah : perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan.

Klasifikasi Epistaksis Anterior Epistaksis Posterior Sumber: Pleksus Kiesselbach Arteri ethmoid anterior Lebih sering pada anak -anak Berulang dan dapat berhenti sendiri Arteri sphenopalatina Arteri ethmoid posterior Sering ditemukan pada pasien hipertensi, arterosklerosis, kardiovaskuler Perdarahan hebat, jarang berhenti sendiri

Etiologi Lokal Sistemik Penyebab Lain Kelainan Darah Kardiovaskuler Trauma Infeksi lokal Neoplasma Kelainan kongenital Pengaruh lingkungan Deviasi septum Trombositopenia Hemofilia Leukemia Hipertensi Arteriosklerosis Sirosis hepatis Diabetes mellitus Demam berdarah Gangguan hormonal alkoholisme

Patogenesis - Patofisiologi

LOKAL trauma infeksi Neoplasma Kelainan kongenital Merusak mukosa & PD Inflamasi & Permeabilitas PD Pertumbuhan sel abnormal & neovaskularisasi Olsler’s disease VWD Perdarahan Perdarahan Pelebaran PD & rapuh Perdarahan kekurangan /tidak brfungsi VWF LOKAL EPISTAKSIS perdarahan VWF tdk bisa sbagai perekat untuk menyangga trombosit, PD tidak terlapisi Gangguan pembekuan darah Ruptur PD PD rapuh Iritasi mukosa krusta Mukosa kering dehumidifikasi VWF mmbawa faktor VIII (protein pembuat jaringan). Faktor VIII Turbulensi udara Zat korosif Perubahan udara Deviasi septum Lingkungan

SISTEMIK Kelainan darah kardiovaskular DM EPISTAKSIS perdarahah trombositopenia hemofilia leukemia hipertesi Arterio-sklerosis Sirosis hepatis DM TD tinggi & PD rapuh PD kaku, tdk bisa vasodilatasi Gangguan sistesis protein utk koagulasi Kerusakan mikro & makroangiopati Koagulasi lama Defek F.VIII (A), F.IX (B) Penekannproduksi trombosit Resiko perdarahan Gangguan pembekuan Trombosi-topenia PD pecah Jika TD tinggi akan ruptur Endotel mengambil glukosa lebih byk Gangguan koagulasi EPISTAKSIS Mukosa bengkak & rapuh Dinding menebal & lemah Agregasi trombosit & aktivasi s.koagulasi pd kerusakan endotel PD Meningkatkan tekanan intravaskular Masuk kemembran mukosa perdarahah Trombosi-topenia Estrogen& progesteron diPD saat hamil Membuat eritrosit mengumpul & trjadi sumbatan PD Trombosit dihancurkan RES Merangsang kompleks ag-ab HORMONAL ALKOHOLISME DBD

Penyakit Dengan KU Epistaksis Trauma Corpus allienum Leukemia Hemofilia Von Willebrand Disease Tumor Trombositopenia Rhinitis alergi

Tatalaksana Awal Epistaksis Perdarahan nasal ABCD Teknik trotter Tampon anterior Tampon posterior

Tatalaksana Awal Epistaksis TAMPON ANTERIOR TAMPON POSTERIOR

Farmakoterapi Nama obat Indikasi Dosis Sediaan Karbazokrom Perdarahan akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan menurunnya resistensi kapiler, perdarahan abnormal pasca operasi, perdarahan otak 30-90 mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian Tablet 10 mg/forte 30 mg Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg Vitamin K Perdarahan akibat defisiensi vitamin k 1-12 tahun  5-10 mg/hari 12-18 tahun  10-20 mg/hari Dewasa  10-40 mg/hari Injeksi  dosis tunggal IM saat lahir Tablet 10 mg Injeksi 10 mg/ml

Komplikasi Akibat pemasangan tampon: Akibat perdarahan hebat: Aspirasi darah ke dalam traktus respiratorius Syok dan anemia Gagal ginjal Tekanan darah turun mendadak kematian Pembuluh darah terbuka infeksi Akibat pemasangan tampon: Sinusitis, otitis media, dan septikimia Hemotimpanum Airmata berdarah (bloody tears) Tampon post laserasi palatum mole atau sudut bibir Nekrosis mukosa hidung atau septum

Pencegahan Gunakan semprotan hidung (nasal spray) atau larutan garam Gunakan alat untuk melembbkan udara dirumah Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang Jangan terlalu keras bila sisih (mengeluarkan lendir dari hidung) Hindari asap rokok  mengeringkan dan mengiritas mukosa Hentikan penggunaan aspirin dan ibuprofen Kurangi aktivitas diluar rumah saat cuaca panas dan kering Oleskan vaselin/ petroleum jelly dekat lubang hidung sebelum tidur Hindari trauma pada wajah

Prognosis 90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Terapi adekuat dan kontrol penyakit yang teratur, sebagian besar pasien tidak mengalami perdarahan berulang. Pada beberapa penderita, epistaksis sembuh spontan tanpa pengobatan. Pada pasien hipertensi dengan atau tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering berulang dan prognosis buruk.

Kesimpulan

Referensi