Noorhadi Rahardjo Sri Lestari

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
METODE MENGGAMBAR PERSPEKTIF
Advertisements

Manajemen Proyek PL wahyudin
PETA SEBAGAI SKETSA WILAYAH DARI BENTUK ASLI MUKA BUMI
PERANAN STRATEGIS PETADALAM PENETAPAN BATAS WILAYAH DESA
Sistem Informasi Geografis (TPE4118/2/P) TEP
SKALA PETA Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM 2011
BAB II POLA DAN BENTUK MUKA BUMI
ANALISIS DATA SPASIAL.
Geografi Kelas XII Semester 1
1 MASALAH KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran pada suatu gedung karena dapat menimbulkan kerugian berupa : - korban manusia harta benda terganggunya proses.
PENJELASAN PEKERJAAN PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI /
GAMBAR INSTALASI LISTRIK DALAM GEDUNG
Negara Maju dan Negara Berkembang
Menggambar perspektif
HUBUNGAN SEJARAH LOKAL DENGAN NASIONAL, DAERAH, REGIONAL
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMILIHAN TEMPAT Tuti Aryanti
Pengelolaan data spasial
APLIKASI RESEP MENU MASAKAN NUSANTARA DENGAN THERESIA
“Mendeteksi Kebakaran Hutan Di Indonesia dari Format Data Raster”
SISTEMATIKA DOKUMEN RKP-Des
METODE DALAM SOSIOLOGI
PEMETAAN.
Survei & Invetarisasi Data PSDA.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SMU DI KOTAMADYA JAKARTA Wiranti Arumningtyas for further detail, please visit
WEBSITE LAYANAN POLIKLINIK RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN PHP Romi Idaman Putra for further detail, please visit
PETA Oleh: M. Khaidir C.P..
Syllabus Kuliah PERPETAAN (2009)
disiapkan oleh: Indrasurya B. Mochtar
Konsep Dasar.
PENGERTIAN UMUM PETA.
PETA DAN PEMETAAN.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penelitian Kuantitatif
Sistem Informasi Geografis
Perpetaan untuk Perencanaan Keruangan
MEKANISME PENILAIAN FISIK
Jaringan Transportasi
MODUL 2.
Desain Interior II PERSPEKTIF dan MAKET Pertemuan 37, 38 & 39
PENGERTIAN JARINGAN TRANSPORTASI
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
Pemetaan Digital Geographic Information System (2 SKS) Semester II – TA 2008/2009 Politeknik Caltex Riau.
MATERI TAMBAHAN KULIAH KE-2
VISUALISASI RUMUS KIMIA DENGAN JAVA 3D Devid Reymond
MENGGAMBAR BATAS DESA pada PETA
PRESENTED BY M. Khaidir C.P.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Rini Indriyani
PEMBUATAN Nurul Budi Utomo
BAHAN AJAR KARTOGRAFI TEMATIK
JOGJA ISTIMEWA MALIOBORO TUGU JOGJA.
I pendahuluan.
NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG
PEMBUATAN APLIKASI PENYEWAAN TRILER PADA PT. SINAR Masruri
TENTANG NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
Arie Disna Nugraha for further detail, please visit
MOCHAMAD NURI BACHRUDIN
EKO BUDI WAHYONO MATA KULIAH : SURVAI KADASTRAL
Negara Maju dan Negara Berkembang
SILABUS Mata Kuliah Teknologi Perkantoran
Menggambar perspektif
ANALISIS DATA SPASIAL.
Studi kasus : titik berat pada jembatan.
SILABUS Mata Kuliah Teknologi Perkantoran
Disiapkan oleh : I Ketut Sutarga PENGENALAN S I S T E M INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGENALAN S I S T E M INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
PENGANTAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
QUERY DATA DAN TAMPILAN PETA
MODUL.1 DATA SPASIAL DAN DATA NON SPASIAL
C#.NET APLIKASI CHAT ROOM MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN
K O N S T R U K S I J A L A N D A N J E M B A T A N JENIS BAHAN PEKERASAN JALAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN KLASIFIKASI JALAN Pendidikan Teknik Sipil.
DEDY MIRWANSYAH PENGENALAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.
SEJARAH PETA. Periode Awal Peta dunia yang pertama kali ada dibuat oleh Bangsa Babilonia sekitar 2300 sebelum masehi. Pertama kali, peta dibuat oleh bangsa.
Transcript presentasi:

Noorhadi Rahardjo Sri Lestari KAJIAN PENGGUNAAN AUTOMATIC GENERALIZATION UNTUK PENYUSUNAN PETA RUPABUMI MULTI SKALA (STUDI KASUS PADA PETA RUPA BUMI LEMBAR 1408-414 KARANGKOBAR) Noorhadi Rahardjo Sri Lestari Yogyakarta, Nopember 2016

Latar Belakang Setiap peta dalam kisaran skala tertentu, membutuhkan tingkat kedetailan tertentu pula tergantung pada tujuannya untuk membuat peta multiskala diperoleh dari hasil generalisasi pada peta yang mempunyai skala lebih besar. Seiring dengan kemajuan teknologi (komputer), pelaksanaan generalisasi peta saat ini sudah dapat dilakukan secara otomatis menggunakan soft ware. Masalah : Apakah proses generalisasi yang dihasilkan secara otomatis menggunakan alat bantu soft ware memenuhi kaidah2 kartografi ? Implementasi Automatic Generalization pada peta rupabumi skala 1: 25.000, menjadi 1:50.000, dan 1:100.000, pada lembar Karangkobar.

Skala Peta Hasil Turunan Beberapa Negara Membuat Peta Turunan (Skala Kecil) Dari Hasil Generalisasi Dari Peta Skala Lebih Besar Negara Skala Pata Asal Skala Peta Hasil Turunan Spanyol 1:5000 1:5000, 1:10.000, 1:25.000 1:50.000 1:50.000, 1:100.000 Denmark 1:10.000 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000 1:100.000 1:100.000, 1:250.000, 1:1000.000 Prancis 1:25.000, 1:50.000 1:100.000, 1:120.000, 1:250.000, 1:500.000, 1:1000.000 Jerman 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000 1:250.000 1:250.000, 1:500.000 1:1000.000 Inggris Raya 1:1250, 1:2500, 1:10.000 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, 1:250.000 Swedia 1:10.000, 1:50.000, 1:100.000, 1:250.000, 1:1000.000 Swiss 1:25.000 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000 1:200.000 1:200.000, 1:500.000, 1:1000.000 Amerika Serikat 1:24.000 1:100.000, 1:250.000

Tujuan Mengimplementasikan dan melakukan evaluasi proses generalisasi secara otomatis pada peta Rupabumi lembar Karangkobar, pada tingkatan skala 1:25.000, 1:50.000, dan 1:100.000. Manfaat Dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan generalisasi peta secara otomatis.

Parameter Perubahan Skala 1:25000 – 1:50000 1:50000 – 1:100000 n 50 m 100 m r 15 m 30 m Rangking (semakin besar semakin penting) Kantor Gubernur 8 Kantor Wali Kota / Setingkat 7 Kantor Bupati 6 Kantor Camat 5 Kantor Desa 4 Tugu / Monumen / Gapura Rumah Sakit Energi Listrik 3 Pendidikan - Menara Air Minum Depo Bahan Bakar Minyak Mesjid 2 Gereja Vihara Pura Gedung 1 Batasan (Constraints)   Unsur transportasi, unsur hidrologi, unsur bangunan Parameter Perubahan Skala 1:25000 1:50000 n 50 m 100 m r 15 m 30 m Panjang jalan minimal (p) 500 m 1000 m Rangking (semakin besar semakin penting) Jalan Arteri 5 Jalan Kolektor 4 Jalan Lokal 3 Jalan Lain 2 Jalan Setapak 1

Kesimpulan 1.Proses pelaksanaan generalisasi menggunakan teknik generalisasi otomatis (automatic generalization) jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan pelaksanaan generalisasi secara manual, dan peta yang dihasilkannyapum masih tetap akurat seiring dengan skala yang digunakan. 2. Dari delapan aspek generalisasi, lima di antaranya dapat dilaksanakan langsung secara otomatis, tetapi tiga aspek yang lain masih harus menggunakan cara generalisasi secara manual (konvensional). Aspek-aspek generalisasi yang bisa dan belum bisa dilaksanakan secara otomatis, dapat disajikan sepertitabel berikut.

No Aspek Generalisasi Proses Generalisasi Keterangan Manual Otomatis 1 Pemilihan   v Obyek Titik Obyek Garis 2 Penyederhanaan 3 Penghilangan (reduksi) 4 Perbesaran Perbesaran desain simbol 5 Pergeseran 6 Penitik beratan Penitik beratan obyek titik 7 Kombinasi Generalisasi obyek area 8 Klasifikasi Klasifikasi nilai kontur

Terima Kasih