Jawaban untuk John Foster Dulles

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERANG DINGIN Amerika Serikat vs Uni Soviet
Advertisements

Oleh : Dra. Aan Sri Analiah
MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH Kelas IX Semester II
Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Era Globalisasi
PERANG DINGIN AMERIKA SERIKAT VS UNI SOVIET
HAK ASASI MANUSIA PERKULIAHAN TGL 30 DESEMBER 2009.
KONSEP AGAMA DAN NEGARA
Ideologi dan Prediksi Perkembangan SJSN
PANCASILA.
Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat (2012)
Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat (2012)
PASAR MODAL & MANAJEMEN PORTOFOLIO Mohamad Samsul Penerbit Erlangga.
Arti pentingnya Pers dalam sistem komunikasi
Disajikan oleh Usman Yatim
Eropa Pasca Perang Dunia II
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
Arti Strategis Konferensi Asia Afrika (1955) bagi Politik Luar Negeri RI Pengaruh Konferensi Asia Afrika terhadap Situasi Internasional Situasi internasional.
PERIODISASI SASTRA MENURUT NURSINAH SUPARDO
POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA
Masalah dan Tujuan Penelitian
Mukmin Sejati Sesudah pertemuan itu saya sering bertanya pada diri sendiri, di mana sumber sifat-sifat Bung Hatta? Itulah yang sering menjadi renungan.
Sekitar Berdirinya PNI
PNI(PartaiNasionalIndonesia)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MSDM INTERNASIONAL
B.Perang Dingin Istilah perang dingin(cold war) pertama kali digunakan oleh media massa Amerika Serikat pada tahun 1948 untuk menggambarkan semakin meningkatnya.
Perang Dingin.
Pendidikan kewarganegaraan
DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA
GAYA KERJA DALAM KEPEMIMPINAN
HUKUM INTERNASIONAL.
IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
KERJA SAMA BIDANG POLITIK
DEFINISI GAYA KERJA Gaya kerja adalah kesatuan dari berbagai cara/ tindakan yang didasari oleh sistem nilai dan asumsi (SINA) seseorang dan ditampilkan.
Pendapat Tentang Sarjana
Sebagai Wartawan Sebagaimana dengan Bung Karno, Bung Hatta meyakini pentingnya peranan pers. Tidak banyak orang yang mengetahui betapa ampuhnya senjata.
Ideologi yang Berkembang di Dunia
Taat pada Aturan Main Beberapa waktu kemudian dapatlah saya berkesempatan melihat lagi sikap disiplinnya dan kejujurannya dalam memegang prinsip-prinsip.
PERANG DUNIA II Disusun oleh : Rudi Irawan, S.Pd SMPN 1 Sungai Keruh
Otonomi Daerah Telah Lama Tersirat
Dialog Seputar KMB Segala sesuatu yang diungkapkan di atas bukan berarti bahwa Bung Hatta tidak pernah marah terhadap saya, ataupun dalam hubungan antara.
Nasionalisme di Filipina
Ideologi dan Nilai-nilai Pancasila
Teori Pasar Modal SURTIKANTI, S.E., M.Si.
Menjadi Tamu Undangan Murase
SISTEM HUKUM NKRI NAMA: WELLYANA NIM: PRODI: PPKn
Mohammad Hatta (Juga) Bicara Marxis
Pertemuan 12 IDEOLOGI Matakuliah : O0032 – Pengantar Ilmu Politik
Filosofi Wibawa Setelah pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949, saya telah kembali dari gerilya ke Jakarta melanjutkan pekerjaan mengkonsolidir kedudukan.
COLD WAR.
Corporate Social Responsibility
PENGEMBANGAN PARAGRAF
AKTIF BEBAS ? ? PERKEMBANGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA
BEBERAPA PERSOALAN DISEPUTAR PANCASILA
FIKOM UBL Komunikasi Kelompok.
REVOLUSI AMERIKA SERIKAT
Pancasila Sebagai Ideologi
KELOMPOK 2 SUB BAB Masa Demokrasi Liberal (08)
TEORI TERJADINYA NEGARA
PANCASILA.
Militer dan Budaya Politik Indonesia
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MSDM INTERNASIONAL Mengatur dan mengurus SDM dengan kebudayaan, perekonomian dan sistem hukum yang berbeda memberikan beberapa.
Peran Politik Luar Negeri dalam Hubungan Internasional Kelompok 6 1.DINDA APRILLA PRATIWI 2.DESI ERIKA 3.EDO SUSANTO 4.QOLBIYAH KHOIRUNNISA 5.SAHVIRAH.
Pemikiran: Dasar Ekonomi Islam
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S
KONFERENSI ASIA-AFRIKA Cahya Muhammad Thonthowi Qoriroh Nailur Raniah Martin Tetamki
KONTRIBUSI BANGSA INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA
“RENCANA PEMBENTUKAN KOMPONEN CADANGAN OLEH PEMERINTAH” KEBUTUHAN ATAU PEMBOROSAN PEMBICARA : Suryo Wibisono.
Kasus penyimpangan pancasila sila pertama Disusun oleh: Adi Prasetyo (K ) Agung Nugroho (K ) Alvian Novitasari (K ) Andysty Andryaningrum.
Transcript presentasi:

Jawaban untuk John Foster Dulles Pembicaraan kami meliputi permasalahan yang luas sekali, tetapi ruangan ini membatasi uraian saya. Saya ingin mengungkapkan kesan-kesan utama saya mengenai dirinya. Yang pertama adalah pendiriannya mengenai ketepatan dan kebebasan intelektual serta penolakannya berbicara secara doktriner dan klise. Saya melihat hal ini dalam pembicaraan-pembicaraan kami yang pertama, juga mengenai lawan politiknya. Dengan demikian dia melihat Musso lebih sebagai seorang anarkis dari pada seorang komunis, ia menghormati Tan Malaka sebagai seorang nasionalis yang penuh dedikasi, yang menggunakan komunisme untuk kepentingan nasionalisme, dan sebagai seseorang yang menolak pengarahan apa pun dari Moskow; Sjarifuddin “terlalu beragama untuk menjadi seorang komunis”, dan kalau dia bersikeras menyebut dirinya komunis, maka komunisnya “tentulah merupakan komunis gaya baru”. Hatta memegang teguh dan tidak mau melepas prinsip-prinsip yang dianutnya. Dia tidak pernah melepaskan keyakinannya bahwa Indonesia harus mempertahankan politik luar negeri yang bebas dan tidak memihak. Boleh memihak mengenai masalah tertentu pada waktu tertentu, tetapi tidak dengan mengorbankan kemerdekaan dan kebebasannya menentukan pilihan untuk jangka panjang bagi kepentingan negara mana pun, atas dasar apa pun, baik dasar ekonomi mau pun dasar lain. Pendiriannya ini disajikan dengan meyakinkan dalam majalah Foreign Affairs bulan April 1953. Waktu penerbitan tulisan itu sangat penting, karena tulisan itu muncul tidak lama setelah John Foster Dulles menyatakan bahwa kebebasan seperti itu tidak mungkin dalam dunia yang berpolarisasi seperti yang dilihatnya bersama dengan Eisenhower, dan bahwa kenetralan Indonesia berarti membantu dan bersekongkol dengan Blok Komunis. Sebaliknya argumentasi seperti itu dan bantuan Amerika untuk pemberontakan-pemberontakan kedaerahan dalam tahun 1957-1958 dianggap Hatta sebagai argumentasi yang bodoh dan keliru, serta merugikan baik bagi Indonesia maupun bagi Amerika Serikat, terutama karena kebijaksanaan ini segera memaksa Jakarta berpaling kepada Uni Soviet untuk memperoleh bantuan militer dan bantuan lain sedemikian rupa, sehingga dianggapnya tidak bijaksana, dan mungkin mengancam politik luar negeri yang bebas. Pada tahun-tahun berikutnya, saya memperoleh kesan bahwa segi ekonomi dalam usaha mempertahankan politik luar negeri yang bebas sangat mengkhawatirkan Hatta, dan dengan demikian dia tampaknya semakin prihatin terhadap meningkatnya ketergantungan Indonesia kepada Amerika Serikat dan Jepang. George McT. Kabin, Pribadi Manusia Hatta, Seri 8, Yayasan Hatta, Juli 2002