PERDARAHAN DILUAR HAID OLEH: DEVA JUANDA(130095)
PENGERTIAN PERDARAHAN DILUAR HAID Perdarahan diluar haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
Beberapa Penyebab Perdarahan Diluar Haid Polip Ulcus portio Erosio portio Trauma Polip Endometrium
POLIP A. Pengertian Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa. Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 ) B. Gejala Polip serviks bias saja dialami seseorang tanpa ia ketahui kalau ia memiliki polip serviks, leukorea yang susah disembuhkan. Jika sudah digunakan berbagai macam obat, dan personal hygiene telah dijaga tetapi leukorea belum juga sembuh maka akan terasa discomfort dalam vagina yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik sebelum minum air maupun dalam kondisi biasa, kontak berdarah misalnya; vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan seks, perlu di curigai adanya polip serviks.
Terdapat pada vagina bagian bawah LANJUTTTTTTTTTT C. Dasar Diagnosis Terdapat pada vagina bagian bawah Mudah berdarah Jaringan bertambah
LANJUTTT.............. D. Penanganan Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.
Erosio portio A. Pengertian Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia/alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi. B. Penyebab Level estrogen: : Erosi serviks merupakan respon terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh : Infeksi: Teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)
LANJUTTT................... D. Penanganan Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat. Lyncopar 3x1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak. Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan. Mefinal 3x1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit. C. Gejala Mayoritas tanpa gejala Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi setelah berhubungan seksual (poscoital), diantara siklus menstruasi, disertai keluarnya cairan mucus yang jernih/kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina. Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
Ulcus portio A. Pengertian Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum. B. Etiologi Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma. C. Patofisiologi Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
D. Gejala Portio teraba tidak rata Adanya fluxus Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas Adanya kontak berdarah
Lama pemakaian IUD harus diperhatikan. E. Penanganan Membatasi hubungan suami istri. Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh. Menjaga kebersihan vagina. Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.
Trauma A. Pengertian Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. B. Gejala Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi
LANJUTTTTTT.......... Penyebab Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah menopause) Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina, verniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi). Penanganan Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan translokasi IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan buat para wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi hormon.
Polip Endometrium A. Pengertian Polip endometrium merupakan salah satu penyebab gangguan kesuburan karena dapat mengganggu penempelan embrio di dalam rahim. Karena itu bila hasil 3 pemeriksaan dasar normal (sperma, sel telur dan saluran telur) maka perlu dilakukan tindakan untuk mengambil polip di dalam rahim. B. Gejala Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya, seperti: Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan Perdarahan haid yang terlalu berat Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
LANJUT..................... C. Komplikasi dan Faktor Resiko Polip endometrium biasanya sel jinak, Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan resiko keguguran pada wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan. Jika mereka berkembang dekat saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi hamil. Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.
LANJUT................. D. Pengobatan Waspada. Polip kecil yang tidak menimbulkan gejala dan tanda tidak membutuhkan pengobatan kecuali beresiko menjadi kanker endometrium Obat. obat hormon tertentu, termasuk pelepas hormon progestin dan agonis-gonadotropin, mungkin dapat mengecilkan polip endometrium dan mengurangi gejala.namun biasanya gejala akan kambuh setelah berhenti minum obat. Kuretase. Kuretase adalah tindakan untuk mengikis dinding endometrium bagian dalam dengan menggunakan alat yang berbentuk logam yang ujungnya tajam. Selain menghilangkan polip, kuretase bertujuan untuk mengumpulkan sampel atau contoh jaringan untuk diperiksa di laboratorium. Histerektomi. Jika pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa polip endometrium mengandung sel kanker, operasi untuk mengangkat endometrium (histerektomi) menjadi perlu untuk dilakukan.
Patologi Perdarahan di Luar Haid Menurut schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovuloatoir.
Diagnosis Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenore/ amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainnya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinaan penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun. Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan gynecologic perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Pada pubertas tidak perlu dilakukan kerokan untuk menegakan diagnosis. Pada wanita umur 20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, Dilakukan kerokan apabila sudah dipastikan tidak mengganggu kehamilan yang masih bisa diharapkan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas. (Lizawati, 2012)