COST ACCOUNTING PROCESS COSTING MATERI-4 UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses Perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan ketika produk dihasilkan dalam kondisi proses yang kontinu atau metode produksi massal, dimana produk-produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya lainnya bersifat homogen. Contoh: perusahaan yang memproduksi kertas, pipa, plastik, tekstil, makanan, tepung, semen.
KARAKTERISTIK PRODUKSI PERUSAHAAN YANG MENGGUNAKAN PROCESS COSTING Produk yang dihasilkan adalah produk standar. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Perbedaan job order costing dengan process costing No JOB ORDER COSTING PROCESS COSTING 1. Pengumpulan biaya produksi Menurut pesanan Menurut departemen atau pusat biaya, per periode akuntansi 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Membagi total biaya untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan pesanan tersebut. Dihitung saat pesanan telah selesai diproduksi. Membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode tersebut. Dihitung setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan).
Penggolongan biaya produksi No. JOB ORDER COSTING PROCESS COSTING 3. Penggolongan biaya produksi Terdiri dari biaya produksi langsung (dibebankan berdasarkan actual cost) dan biaya produksi tidak langsung (berdasarkan tarif ditentukan dimuka) Seringkali tidak dibedakan antara biaya produksi langsung dengan biaya produksi tidak langsung, terutama jika perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. BOP umumnya dibebankan berdasarkan actual cost. 4. Unsur biaya yang digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik BOP terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain selain biaya bahan baku & biaya tenaga kerja langsung. BOP terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku & bahan penolong dan biaya tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung.
MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI Dalam perusahaan dengan produksi massal, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk: Menentukan harga jual produk Memantau realisasi biaya produksi Menghitung laba atau rugi periodik Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya. Formula penetapan harga jual: Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu Rp XX Taksiran biaya non produksi utk jangka waktu tertentu. XX Taksiran total biaya utk jangka waktu tertentu Jumlah produk yg dihasilkan utk jangka waktu tertentu. Taksiran harga pokok produk per satuan. Laba per unit produk yang diinginkan. Taksiran harga jual per unit yg dibebankan kepada pembeli
MEMANTAU REALISASI BIAYA PRODUKSI Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Formula perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk jangka waktu tertentu: Biaya produksi sesungguhnya bulan......... Biaya bahan baku sesungguhnya Rp XX Biaya tenaga kerja sesungguhnya XX Biaya overhead pabrik sesungguhnya Total biaya produksi sesungguhnya bulan....
MENGHITUNG LABA ATAU RUGI BRUTO PERIODE TERTENTU Metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap periode. Informasi laba atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi Laba atau rugi bruto tiap periode dihitung sbb:
Hasil penjualan (harga jual per satuan x volume produk yang dijual) Rp XX Persediaan barang jadi awal Persediaan barang dalam proses awal Biaya produksi: Biaya bahan baku sesungguhnya Biaya tenaga kerja sesungguhnya XX Biaya overhead pabrik sesungguhnya Total biaya produksi Dikurang: Persediaan barang dalam proses akhir Harga pokok produksi Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual Dikurang: Persediaan barang jadi akhir Harga pokok produk yang dijual Laba bruto
MENENTUKAN HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG JADI DAN BARANG DALAM PROSES YANG DISAJIKAN DALAM NERACA. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada barang jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca dan menyajikannya dalam neraca sebagai harga pokok persediaan barang jadi. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada barang yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan dan menyajikannya dalam neraca sebagai harga pokok persediaan barang dalam proses.
ALIRAN PRODUK SECARA FISIK DALAM PROCESS COSTING. Suatu produk dapat berpindah di dalam pabrik dengan berbagai cara. Tiga format aliran produk yang berhubungan dengan Process Costing adalah: Aliran produk berurutan (Sequential Product Flow) Aliran produk paralel (Parallel Product Flow) Aliran produk selektif (Selective Product Flow)
Aliran produk berurutan (sequential product flow) Dalam aliran produk berurutan, setiap produk diproses dalam urutan langkah-langkah yang sama. Contoh: Barang Dalam Proses- Dept.Pemotongan BDP- Dept.Perakitan Bahan Baku Tenaga kerja Overhead pabrik BDP– Dept.Pengemasan Barang Jadi Tenaga kerja Overhead pabrik Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead pabrik
Aliran produk paralel (parallel product flow) Dalam aliran produk paralel, bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan, dan kemudian disatukan dalam satu atau lebih proses final untuk diselesaikan dan ditransfer ke barang jadi. Contoh aliran produk paralel adalah sbb:
Barang Dalam Proses- BDP-Dept.Pengecatan Dept.Pemotongan BDP- Dept.Pengamplasan Bahan Baku Tenaga kerja Overhead pabrik BDP- Dept.Perakitan Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik Tenaga kerja Overhead pabrik BDP- Dept.Peleburan Bahan Baku Tenaga kerja Overhead pabrik Barang Jadi BDP- Dept.Pencetakan Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead pabrik Tenaga kerja Overhead pabrik
ALIRAN PRODUK SELEKTIF (SELECTIVE PRODUCT FLOW) Dalam aliran produk selektif, produk berpindah ke departemen-departemen berbeda dalam suatu pabrik, bergantung pada produk final yang akan dihasilkan. Contoh:
Barang Dalam Proses- Dept.Penjagalan BDP- Dept.Pengemasan Barang Jadi Bahan Baku Tenaga kerja Overhead pabrik Barang Jadi Bahan Baku Tenaga kerja Overhead pabrik BDP- Dept.Pengasapan BDP- Dept.Penggilingan Tenaga kerja Overhead pabrik Tenaga kerja Overhead pabrik
Akuntansi bahan baku, tenaga kerja & overhead pada process costing Perbedaan utama process costing dengan job order costing adalah: pada process costing biaya dibebankan ke departemen (pusat biaya), bukan ke pesanan, dan jika ada lebih dari satu departemen yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut, maka biaya ditransfer dari suatu departemen ke departemen berikutnya dan akhirnya ke barang jadi. Pada process costing, akun buku besar yang terpisah dapat digunakan untuk persediaan barang dalam proses di setiap departemen, karena jumlah departemen biasanya sedikit dan terus ada dalam jangka waktu lama. Misal terdapat dua departemen produksi, maka terdapat dua akun barang dalam proses yang terpisah di buku besar. Namun demikian satu akun buku besar pengendali untuk barang dalam proses tetap dapat digunakan.
AKUNTANSI BAHAN BAKU PADA PROCESS COSTING Dalam job order costing, bukti permintaan bahan baku merupakan dasar pembebanan biaya bahan baku langsung ke pesanan tertentu. Dalam process costing rincian dikurangi karena bahan baku dibebankan ke departemen dan hanya ada sedikit departemen yang menggunakan bahan baku. Bukti permintaan bahan baku dapat berguna untuk pengendalian bahan baku. Jika bukti permintaan bahan bahan baku tidak diberi harga secara individual, biaya bahan baku yang digunakan dapat ditentukan di akhir periode produksi melalui pendekatan persediaan periodik, yaitu menambahkan pembelian ke persediaan awal dan mengurangkannya dengan persediaan akhir.
AKUNTANSI TENAGA KERJA PADA PROCESS COSTING Dalam process costing biaya tenaga kerja cukup ditelusuri ke departemen. Kartu jam kerja harian atau kartu absensi digunakan sebagai ganti kartu jam kerja pesanan.
Akuntansi biaya overhead pabrik pada process costing Pada job order costing maupun process costing, biaya aktual dari overhead pabrik diakumulasikan diakun buku besar pengendali, dan rincian biaya overhead pabrik diakumulasikan di buku pembantu. Pada process costing setiap item biaya overhead dirinci sampai ke jumlah biaya per departemen. Informasi terinci ini digunakan sebagai dasar untuk merencanakan biaya di masa depan dan untuk mengendalikan biaya saat ini. Ketika biaya overhead terjadi, biaya dicatat dalam akun buku besar overhead pabrik dan diposting ke buku pembantu departemental untuk biaya overhead.
Karena biaya aktual overhead pabrik yang terjadi berbeda setiap bulannya dan tidak bersifat variabel sempurna terhadap aktivitas produksi, maka tarif overhead yang telah ditetapkan sebelumnya dapat digunakan untuk merata-ratakan biaya overhead secara proporsional terhadap aktivitas produksi selama tahun tersebut. Overhead pabrik dibebankan ke departemen produksi pada akhir setiap bulan untuk menentukan biaya unit yang diproduksi selama bulan tersebut. Jika pembebanan overhead menggunakan tarif yang telah ditentukan di muka , maka tarif tersebut dikalikan dengan jumlah aktual dari dasar aktivitas yang digunakan di setiap departemen produksi.
LANGKAH-LANGKAH DALAM PROCESS COSTING Menghitung unit ekuivalen Menghitung biaya produksi per satuan Menghitung Harga Pokok Produksi per satuan Menghitung Harga Pokok Barang Jadi dan Persediaan Barang Dalam Proses. Membuat Laporan Biaya Produksi
LAPORAN BIAYA PRODUKSI Pada process costing, semua biaya yang dapat dibebankan ke departemen diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi departemen. Laporan biaya produksi (cost of production report) adalah kertas kerja yang menampilkan jumlah biaya yang diakumulasikan dan dibebankan ke produksi selama satu bulan atau periode lain. Format Laporan biaya produksi dapat berbeda-beda, namun seharusnya dapat menunjukkan: Biaya total dan biaya per satuan dari pekerjaan yang diterima dari satu atau beberapa departemen lain.
Biaya total dan biaya per satuan dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang ditambahkan oleh departemen tersebut. Biaya dari persediaan barang dalam proses awal dan akhir. Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi. Dalam menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan perusahaan, perlu dihitung unit ekuivalen terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan dalam setiap departemen produksi terdapat persediaan akhir dari Barang dalam Proses yang belum selesai, sehingga jumlah unit ekuivalen harus dihitung untuk setiap elemen biaya.
Unit ekuivalen adalah: jumlah dari suatu sumber daya (seperti bahan baku, tenaga kerja atau overhead) yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk. Misal : terdapat tiga unit produk di persediaan akhir, dimana setiap unit memiliki sepertiga dari bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan produk tersebut. Maka jumlah total bahan baku yang digunakan untuk menyelesaikan produk tersebut akan setara dengan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk (3 unit fisik x 1/3 selesai = 1 unit ekuivalen untuk bahan baku).
PENGARUH PRODUK HILANG DALAM PROSES TERHADAP HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN Dalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang baik yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses atau pada akhir proses. Untuk menyederhanakan perhitungan, produk yang hilang sepanjang proses diperlakukan sebagai produk yang hilang pada awal atau akhir proses.
PRODUK YANG HILANG PADA AWAL PROSES Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan departemen tersebut.
Pengaruh produk hilang pada awal proses terhadap perhitungan Harga Pokok Produk per Satuan: Produk hilang pada awal proses di Departemen Produksi pertama mengakibatkan naiknya harga pokok produksi per satuan di departemen tersebut. Produk hilang pada awal proses di departemen produksi setelah departemen pertama: Menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya. Menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen tersebut.
PRODUK YANG HILANG PADA AKHIR PROSES Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan departemen tersebut. Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses harus dihitung dan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Hal ini mengakibatkan harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang menjadi lebih tinggi.
Produk yang hilang pada akhir proses tidak mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Silahkan lihat file excell untuk mempelajari METODE HARGA POKOK PROSES TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL Metode harga pokok proses dimana produk diolah melalui satu departemen produksi. Metode harga pokok proses dimana produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.