MENGENALI WARNA WARNI PEMILIH

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Fenomena Komunikasi Massa
Advertisements

Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Era Globalisasi
KEMUNCULAN PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRASI BARAT DAN PENGARUH-PENGARUH PARTAI TERHADAP SISTEM PEMILIHAN.
PENGAWASAN PEMILU & PERAN MAHASISWA
MARKETING POLITIK Marketing:
Minggu 3, Jumat 3 September 2010
TANGGUNG JAWAB MAHASISWA DALAM MENCEGAH PERILAKU KORUPSI DI INDONESIA
Strategi POLITICALMARKETING COMMUNICATION Lely Arrianie.
Analisa kekuatan-kekuatan Politik ECW
METODE DAN PENDEKATAN DALAM STUDI FILSAFAT POLITIK
BAB VII KEPEMIMPINAN KARISMATIS
Pembentukan Sikap Dan Tingkah Laku
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
SPLIT TICKET VOTING DAN STRAIGHT TICKET VOTING
TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK Pertemuan 9
Oleh : Edwin Karim, SE., MM M-UKM.
BAB 4 ETIKA BISNIS 1. ETIKA DALAM ORGANISASI
“SISTEM KEPARTAIAN & PEMILU :
Dimensi dan Struktur Pendidikan IPS Oleh: Dr
Komunikasi Antarpribadi (2)
Agenda Setting Pengantar
Komunikasi Massa.
Penguatan Posisi Tawar Rakyat dalam Pemilu
ANALISIS SWOT richa noprianty
Komunikasi Politik.
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Manajemen Konflik.
Pemecahan Masalah (Problem Solving) & Pengambilan Keputusan (decesion making) Pertemuan ke 4.
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Perubahan Sosial & Dinamika Pemerintahan
Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Opini Publik.
KEANGGOTAAN DAN BASIS DUKUNGAN PARTAI
DISTORSI PESAN dalam KOMUNIKASI ORGANISASI Pertemuan 12
Sistem Pers.
GLOBALISASI Disampaikan pada Pertemuan Ke-10. Oleh :
KARAKTERISTIK MATEMATIKA
Fenomena Komunikasi Massa
MARKETING MIX DALAM POLITIK & pentingnya IMAGE POLITIK
Budaya Politik.
MEDIA, PELAYANAN PUBLIK DAN LOGIKA POLITIK Pertemuan 10
Manajemen Umum PERTEMUAN 6 Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
IDEOLOGI PANCASILA DALAM PERSPEKTIF GLOBAL
MEMAHAMI DAN MENGEVALUASI TEORI KOMUNIKASI MASSA
ETIKAdan KEBIJAKAN MEDIA
IK104 Pengantar Manajemen & Organisasi Pertemuan #3
BUDAYA POLITIK DI I N D O N E S I A
By: Desayu Ekla Surya, S.Sos., M.Si
Manajemen Konflik Negosiasi.
GLOBALISASI Disampaikan pada Pertemuan Ke-10. Oleh :
Kuliah 6 Editorial dan Penyuntingan Berita
SIKAP DAN TINGKAH LAKU. TINGKAH LAKU MANUSIA DAN LINGKUNGAN SOSIAL (HUMAN BEHAVIOR AND SOCIAL ENVIRONMENT)
KONSEP DASAR PR II.
BAB 4 ETIKA BISNIS 1. ETIKA DALAM ORGANISASI 2. PEMBENTUKAN NILAI ETIKA 3. ETIKA DALAM ORGANISASI 4. ARGUMEN PRO DAN KONTRA TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL.
BAB 2 Pendekatan Baru Dalam Dunia Politik
KARAKTERISTIK MATEMATIKA
MULTIPARTAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAHANAN NASIONAL
Hambatan dalam Komunikasi Massa
KETRAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Partai Politik.
Kontribusi Media Lokal dalam Memacu Pertumbuhan Ekonomi
KOMUNIKASI LINGKUNGAN 03
Pemecahan Masalah (Problem Solving) & Pengambilan Keputusan (decesion making) Pertemuan ke 4.
“SISTEM KEPARTAIAN & PEMILU : TINJAUAN PEMILU 2009”
Pemecahan Masalah Menurut Anderson:
KEPRIBADIAN, KONSEP & CITRA DIRI
URGENSI ETIKA ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 8
B Y C HANDRA S ETIAWAN. Pendapat para ahli Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Budaya politik adalah pola sikap, keyakinan dan perasaan tertentu yang.
Soraya Lestari, SE, M. Si Pengantar Manajemen
KELOMPOK KERJA (TEAMWORK) KELAS EAP PENGANTAR MANAJEMEN Disusun oleh : 1. Audhira Syafa Azzahra 2. Maria Ekawati 3. Hasri Fazari 4. Annisya Putri 5. Losdiani.
Transcript presentasi:

MENGENALI WARNA WARNI PEMILIH KELOMPOK 2 Siska Ayu Fitria Pranita M. Lazuardini Dina Ayu Shofiyanah Ninda Hanur Putri Wuni Retnosari Arief Hidayat Rio Wirawan Djohar Danu Ega Yuanita Berlin Jestika Orlanda W.

Pembagian Jenis Pemilih Internal Eksternal Non-Partisan Pemilih Konstituen Konstituen Partai Lain

Lanjutan… Pemilih merupakan semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam lingkungan internal disebut sebagai kontituen. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik.

Pemilih dalam lingkungan eksternal terdapat non-partisan dan kontituen partai lain. Non-partisan merupakan kelompok masyarakat di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak diikatkan pada suatu parpol tertentu. Konstituen partai lain, yaitu kontituen partai lain yang merasa ternyata parpol tersebut lebih mewakili ideologinya daripada partainya sendiri.

Perilaku Pemilih Perilaku pemilih sangat dipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Loyalitas Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada partai politik jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa suatu parpol tidal loyal serta tidak konsisten terhadap janji dan harapan yang telah mereka berikan.

Ideologi Masing-masing kontestan membawa ideologi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masyarakat akan mengelompokan diri kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang bersebrangan dengan mereka.

Kendala-kendala yang muncul pada saat pemilih harus menentukan pilihannya seperti; kompleksitas, kebimbangan dan ketidakpastian. Hal-hal tersebut disebabkan oleh: Penggunaan jargon dan istilah politik yang susah dimengerti oleh banyak kalangan. Sempitnya waktu untuk berpikir karena harus segera menentukan pilihannya. Keterbatasan kemampuan analisis masing-masing individu untuk melihat konsekuensi logis dari program yang yang diajukan oleh masing-masing kontestan.

Sejumlah kontestan, baik parpol atau kandidat perseorangan, sering memposisikan diri dan mengangkat isu politik yang terlalu luas. Hal ini menyebabkan berbagai kendala yaitu : Topik dan isu yang terlalu umum menciptakan tidak jelasnya keberpihakan partai politik bersangkutan. Masing-masing masyarakat akan menginterpretasikan topik dan isunya secara berlainan, berdasarkan kondisi dan kontekstual yang mereka hadapi.

kebimbangan masyarakat, dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan kontestan dalam memposisikan dirinya atas sebuah permasalahan politik. Sehingga pesan politiknya menjadi mengambang dan sukar dipahami. Informasi yang tersedia seringkali bertolak belakang dengan kenyataan yang sebenarnya diakibatkan oleh teknik manipulasi untuk menyudutkan lawan politik, janji-janji politik, penggunaan konsep dan bahasa yang rumit.

RASIONAL DAN NON-RASIONAL

Ketika berpikir dan bertingkah- laku rasional manusia akan Manusia pada dasarnya adalah memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan non-rasional Ketika berpikir dan bertingkah- laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. laku non-rasional individu itu menjadi tidak efektif.

Sebab-sebab individu berpikir rasional Perasaan dan pikiran negatif, serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Sebab-sebab individu berpikir non-rasional Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir non-rasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

ORIENTASI PEMILIH

Terdapat sinkronisasi antara model kesamaan dan daya tarik Adanya ketertarikan pemilih terhadap kontestan yang memiliki kesamaan baik secara pola pikir dan tujuan yang ingin dicapai Adanya pemetaan yang dilakukan oleh kontestan pemilu dapat membantu untuk mencari karateristik masing-masing daerah

Terdapat pula model kedekatan yang memandang bahwa kontestan Pemilu harus memiliki strategi pemecahan masalah dan kesamaan ideologi guna mempengaruhi pemilih agar mau menggunakan suaranya untuk kepentingan individu kontestan maupun kepentingan partai politik. Adanya aspek rasional dan non-rasional yang masih melekat dalam masyarakat, khususnya masyarakat yang masih memegang kuat nilai-nilai tradisional

Orientasi ‘policy-problem-solving’

Fiorina (1981), Enelow dan Hinich (1984) dalam isu dan masalah proses pengambilan keputusan politik. Pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas cara kontestan dalam menawarkan solusi sebuah permasalahan. Solusi yang ditawarkan harus memiliki kekuatan argumentatif dan didukung oleh data-data yang akurat. Permasalahan sangat ditentukan oleh media massa. Program kerja dan solusi atas suatu permasalahan harus jelas, detail dan logis. Ketidakpastian mengkibatkan efek negatif terhadap persepsi pemilih. Kinerja ekonomi dan tanggung jawab politik kontestan mempengaruhi hasil pemilu. Pemilih lebih cenderung memilih partai yang dapat memberikan soslusi terhadap perekonomian.

Partai politik lahir untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan bukan kepentingan partai Pemilih akan memberian penilaian yang nantinya akan termanifestasi dalam bentuk penghargaan Hasil penilaian mereka memiliki kritikan-kritikan akan membentuk opini massa Penilaian tentang policy-problem-solving bisa dilakukan dengan dua cara yaitu “ex-post dan ex-ante” Pemilih yang mengevaluasi dan menganalisis partai politik yang berkaitan erat dengan konsep “position” yang dicanangkan oleh Stokes (1963;1992). Kampanye pemilu merupakan hal yang penting.

ORIENTASI “ IDEOLOGI ”

Ideologi dapat dianggap sebagai “identitas” yang menyatukan satu kelompok atau golongan dan sekaligus sebagai pembeda dengan kelompok atau golongan lain (Gerring, 1997). Ideologi melingkupi semua sistem nilai, keyakinan, simbol, mitos, ritual, dan jargon yang terdapat dalam suatu struktur sosial masyarakat..dalam dunia politik, hubungan antara ideologi dan politik adalah hubungan yang tak terpisahkan (inseparable) (Seliger, 1976).

Dalam hal ini ideologi dapat ideologi dapat berupa metode dan tujuan akhir yang ingin diperjuangkan oleh partai politik. Ideologi sosialis memiliki tujuan yang berbeda dengan ideologi kapitalis . Scotto et al (2004), menyimpulkan bahwa peranan ideologi dalam mempengaruhi pemilih sangatlah penting. Semasa kampanye pemilu, partai politik atau seorang kontestan yang menggunakan strategi mobilisasi massa biasanya mengoptimalkan kedekatan ideologi dengan partisannya (Rohrschneider, 2002).

STRATEGI POLITIK

Pendekatan dan komunikasi politik perlu dilakukan oleh para kontestan untuk dapat memenangkan pemilu. Para kontestan perlu melakukan kajian Cara masyarakat menentukan pilihannya tergantung pada karakteristik masyarakat bersangkutan. Di satu sisi, terdapat kelompok masyarakat yang lebih menggunakan logika dan rasionalitas dalam menimbang kontestan. Di pihak lain, kedekatan ideologis juga menjadi kekuatan untuk menarik pemilih ke dalam bilik suara dan mencoblos kontestan yang berideologi sama.

TABEL Jenis pemilih dan alasan memilih Pembagian Pemilih Konstituen Non-partisan Pendukung lain Problem-solving Penguatan dan proteksi secara rasional Penyakinan secara rasional Pengenalan dan merebut secara rasional Ideologi Penguatan dan proteksi secara ideologis Penyakinan secar a ideologis Pengenalan dan merebut secara ideologis

Srategi penguatan sangat dibutuhkan dalam hubungan antara partai politik dengan konstituen mereka. Strategi penguatan dilakukan agar ikatan di antara mereka tidak melemah dan untuk menghindari masuknya pengaruh pesaing yang bisa menarik perhatian konstituen mereka. Strategi menanamkan keyakinan lebih sesuai untuk diterapkan pada jenis pemilih yang non-partisan. Strategi komunikasi dan penyediaan informasi juga perlu dilakukan ntuk meyakinkan para pemilih non-partisipan.

Jenis pemilih non-partisipan lain, komunikasi ideologi lebih ditekankan. Strategi pengenalan & merebut dapat dilakukan suatu partai terhadap jenis pemilih yang merupakan pendukung partai lain. Tujuan utama pesaing adalah timbulnya perilaku migrasi dan perpindahan.

TIPOLOGI PEMILIH

Terdapat dua orientasi dalam diri masing-masing pemilih yaitu: 1. Orientasi ‘policy-problem-solving’ 2. Orientasi ‘ideology’ Terdapat dua perspektif mengapa seorang pemilih dapat membuat analisis dan judgement atas pilihannya yaitu: 1. Environment determinist 2. Free choice

Faktor Determinan memilih Partai politik/ kontestan Kondisi awal Sosial budaya pemilih Nilai tradisional pemilih Level pendidikan & ekonomi pemilih Dll Media massa - data, informasi, dan berita media masa - Ulasan ahli - Permasalahan terkini - Perkembangan dan tren situasi Partai politik/ kontestan - Catatan kinerja & reputasi - Marketing politik Program kerja Sistem nilai Pemilih Policy-problem-solving Ideologi Partai politik/ kontestan

MACAM-MACAM PEMILIH

PEMILIH RASIONAL PEMILIH TRADISIONAL PEMILIH KRITIS

PEMILIH RASIONAL PEMILIH TRADISIONAL PEMILIH KRITIS Berorientasi “policy-problem-solving” Lebih mengutamakan program kerja dari setiap kontestan atau partai politik. Backward-looking Forward-looking PEMILIH KRITIS Berorientasi policy-problem-solving dan ideologi. Selalu menganalisis kaitan antara ideologi partai dengan kebijakan yang dibuat PEMILIH TRADISIONAL Sangat berorientasi ideologi. Mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham, maupun agama dalam memilih.

PEMILIH SKEPTIS

Pemilih Skeptis. Didominasi. Golongan Putih Pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan sebuah parpol / seorang kontestan, n menggangap sebuah kebijakan adalah sesuatu yang penting Golongan Putih Pemilih Skeptis

PEMILIHAN UMUM : EFEK PEMILIHAN UMUM : UPAYA PEMERINTAH : Pemilih Skeptis Golongan Putih Legitimasi Hasil Pemilu Pihak Kalah Pada Pemilu Hasil Pemilu Tidak Representaif Stabilitas Nasional Terganggu Mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa melalui proses penegakan hukum yang benar, sehingga masyarakat melihat adanya sistem keadilan bagi semuanya