BAB 6 TUJUAN PENGAJARAN
Kedudukan Tujuan Instruksional dalam Pendidikan Nasional Feed Back `
A. KONSEP TUJUAN PENGAJARAN Tujuan merupakan sesuatu yang sangat esensial sebab besar maknanya, baik dalam rangka perencanaan maupun dalam rangka penilaian. Dalam perencanaan, tujuan memberikan petunjuk untuk memilih materi pelajaran, menata urutan topik, alokasi waktu, memilih alat dan media serta ukuran atau standar untuk mengukur prestasi belajar siswa. Tujuan juga merupakan kriteria untuk menilai mutu dan efisiensi pengajaran.
To be continued …. Tujuan pengajaran adalah sejumlah hasil pengajaran yang dinyatakan dalam artian siswa belajar, yang secara umum mencakup pengetahuan baru, keterampilan dan kecakapan serta sikap-sikap baru yang diharapkan oleh guru dicapai oleh siswa sebagai hasil pengajaran. Tujuan pengajaran adalah deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai siswa setelah berlangsung pengajaran.
Tujuan sebagai instrumen pengukuran Menurut Mager, bahwa tujuan pengajaran menitik beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu output yang terdapat pada siswa, yang dapat diamati dan menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan belajar. Menurut Mager, tujuan instruksional harus mengandung tiga komponen utama, yakni: 1. Tingkah laku (behavior): untuk menspesifikasikan apa yang akan kita amati dan diukur.
To be continued …. 2. Standar (standard): yang memungkinkan kita untuk menilai dampak dari belajar. 3. Kondisi luar (external conditions): untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena sebab-sebab yang lain. Input (given condition) Siswa Output (Behavior) Criterion (Standard)
B. Komponen-komponen Tujuan Pengajaran Tingkah Laku Terminal Adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran. Tingkah laku (behavior) adalah performace atau kegiatan yang dapat diamati atau direkam. Tingkah laku terminal harus dirumuskan dengan menggunakan kata-kata kerja (verb). Misalnya, memilih, mengukur, yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat.
2. Kondisi-kondisi tes Komponen kondisi pada suatu tujuan pengajaran menentukan situasi yang bagi siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. Terdapat tiga jenis kondisi yang mempengaruhi prilaku pada suatu tes: pertama, alat dan sumber yang seharusnya digunakan oleh siswa dalam mempersiapkan untuk menempuh tes. Kedua, tantangan yang dihadapkan pada siswa. Ketiga, cara menyajikan informasi. 3. Ukuran-ukuran Perilaku Suatu ukuran (standar) menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan
C. KEGUNAAN TUJUAN PENGAJARAN Untuk menilai pengajaran, dalam arti bahwa pengajaran dinilai berhasil apabila siswa telah mecapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan- tujuan yang telah dirumuskan memberikan arah, acuan dan pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Kriteria untuk merancang pelajaran. Media untuk berkomunikasi dengan rekan- rekan guru lainnya.
D. Taksonomi Tujuan Pengajaran Menurut Benyamin S Bloom dan D. Krathwohl (1964) terdapat tiga Ranah, yakni: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pengajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu evaluasi.
Struktur Hipotesis Bloom untuk Ranah Kognitif Evaluasi Sintesis Analisis Aplikasi Pemahaman Pengetahuan (Ingatan)
RanahKognitif 1) Tingkat Pengetahuan (knowledge) Yaitu kemampuan seseorang dalan menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: a. Siswa dapat menyebutkan kembali bangun- bangun geometri berdimensi tiga. b. Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
2). Tingkat Pemahaman (Comprehension) Yaitu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menterjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: a. Siswa dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga. b. siswa dapat menterjemahkan arti kode-kode (berita morse) yang dikirim oleh kapal laut yang akan berlabuh. 3). Tingkat Penerapan (Applications) Yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: a. Siswa dapat menentukan salah satu sudut suatu segitiga jika diketahui sudut-sudut yang lainnya. b. Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui sisi lainnya. 4). Tingkat Analisis (Analysis) Yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memcahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. a. Siswa dapat mengolah data mentah melalui statistika, sehingga dapat diperoleh harga-harga range, interval kelas, panjang kelas, rata-rata dan standar deviasinya. b. Siswa dapat menganalisis sejauh mana dalam dan luasnya pembahasan diskusi yang mereka laksanakan.
5). Teknik Sintesis (Synthesis) Yaitu kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. contoh: a. Siswa dapat menyusun rencana belajar masing- masing sesuai dengan kebijakan yang berlaku disekolah. b. Siswa dapat mengemukakan formula baru dalam menyelesaikan masalah. 6). Tingkat Evaluasi (Evaluation) Yaitu kemampuan sesorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.
contoh: a. Siswa dapat menilai unsur kepadatan ini, cakupan materi, kualitas analisis dan gaya bahasa yang dipakai oleh seorang penulis makalah tertentu. b. Siswa dapat menilai kualitas kemampuan pemikiran teman-temannya berdasarkan kemampuan drinya. Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif tidak sama pada aspek afektif. Pada aspek kognitis evaluasi menyangkut “benar/salah” yang didasarkan pada dalil, hukum atau prinsip pengetahuan. Sementara pada aspek afektif menyangkut masalah “baik/buruk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang bersangkutan. Untuk ranak kognitif, Bloom menemukan adanya tingkatan-tingkatan ranah, tersusun dalam urutan meningkat (hierarki) yang sifatnya linier.
Struktur Hipotesis Bloom untuk Ranah Apektif Ketekunan & Ketelitian Penerapan Karya Berkeyakinan Menanggapi Menerima
2. Ranah Afektif (Sikap dan Perilaku) Ranah afektif adalah satu domain yang berlkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Terdapat lima tingkatan afeksi, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: 1). Kemauan Menerima (Receiving) yaitu keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar musik atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
2). Kemauan Menanggapi (Responding) Merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain. 3). Berkeyakinan Berkeyakinan berkenaan dengan menerima sistem tertentu pada diri individu. 4). Penerapan Karya Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi.
5). Ketekunan dan Ketelitian Yaitu tingkatan afeksi yang tertinggi 5). Ketekunan dan Ketelitian Yaitu tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada taraf ini individu yang sudah mempunyai sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
Struktur Hipotesis Bloom untuk Ranah Psikomotor Originasi Adaptasi Kemahiran Respon Terbimbing Mekanisme Kesiapan Persepsi
3. Ranah Psikomotor Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Terdapat Tujuh tingkatan pada domain psikomotor: 1). Persepsi Persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan . 2). Kesiapan Kesiapan berkenaan dengan kegiatan melakukan sesuatu kegiatan (set). Termasuk didalamya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik) atau emotional set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan.
3). Mekanisme Mekanisme berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan mejadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. 4). Respon Terbimbing Respon terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba. 5). Kemahiran Kemahiran adalah penampilan gerkan motorik dengan keterampilan penuh. Ditunjukkan dengan kecepatan dan hasil yang baik namun menggunakan sedikit tenaga.
6). Adaptasi Adaptasi berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan sistuasi dan kondisi tertentu. 7). Originasi Originasi menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu.
E. Format untuk Menentukan Tujuan Pengajaran Menurut Mager, tujuan pengajaran sebaiknya mencakup tiga elemen utama. Seperti di atas, maka format tujuan pengajaran dapat dinyatakan sebagai berikut: ABCD Format, artinya: A : Audience (petatar, siswa, mahsiswa, murid dan sasaran didik lainnya). B : Behavior (Perilaku yang dapat diamati sebagai hasil bealajar). C : Condition (Persyaratan yang perlu dipenuhi agar prilaku yang diharapkan dapat tercapai). D : Degree ( Tingkat penampilan yang dapat diterima).
Berikut ini contoh kata kerja non operasional: 1. Mengetahui To be continued …. Dalam menuangkan behavior yang akan diukur, perlu dihindari kata-kata kerja yang tidak operasional. Berikut ini contoh kata kerja non operasional: 1. Mengetahui 2. Mengerti 3. Mengerti sekali 4. Menghargai 5. Sangat menghargai 6. Percaya 7. Memperdalam 8. Menikmati 9. Memerangi 10. Memahami
Penentuan kata kerja operasional dan operasional sangat berpengaruh pada proses penilaian guru. Jika kata kerja operasional yang dirumuskan, maka dapat memudahkan guru untuk mengukur kegiatan siswa serta mempermudah penyusunan tes. Kata kerja nonoperasional dapat menyulitkan guru dalam membuat tes untuk mengukur keberhasilan tujuan, mengingat kata kerja nonoperasional sifatnya luas cakupannya dan tidak jelas.
INDIKATOR SEBAGAI INSTRUKSIONAL DALAM PENGEMBANGAN KTSP Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian
Mekanisme Pengembangan Indikator Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah Menganalisis Kebutuhan dan Potensi Merumuskan Indikator Mengembangkan Indikator Penilaian
Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan.
Karakteristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif Kewarganegaraan dan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Penjas Orkes Psikomotorik, Afektif, dan Kognitif Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Matematika IPA IPS Bahasa TIK Afektif, Kognitif, dan/atau Psikomotorik
Menganalisis Kebutuhan dan Potensi Penyelenggaraan pendidikan harus dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
Merumuskan Indikator Setiap kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK-KD. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya). Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik. Indikator yang dikembangan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
Merumuskan Indikator LANJUTAN Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji dalam lampiran 1. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
Contoh Format Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar/Indikator Indikator Penilaian Bentuk 3.2Mendeskripsikan perkembangan teori atom Mendeskripsikan karakteristik teori atom Thomson, Rutherford, Niels Bohr, dan mekanika kuantum Menghitung perubahan energi elektron yang mengalami eksitasi Peserta didik dapat memvisualisasikan bentuk atom Thomson, Rutherford, dan Bohr Peserta didik dapat menunjukan sikap kerjasama, minat dan kreativitas, serta komitmen melaksanakan tugas dalam kerja kelompok Peserta didik dapat menghitung energi dan momentum sudut electron berdasarkan teori atom Bohr Peserta didik dapat menghitung besar momentum sudut berdasarkan teori atom mekanika kuantum Penilaian hasil karya/produk Penilaian sikap Tes tertulis
Terima Kasih