Taungya/Tumpangsari dan Perladangan Berpindah

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SORGHUM SEBAGAI DIVERSIFIKASI PANGAN DI NUSA TENGGARA TIMUR
Advertisements

USAHATANI DI iNDONESIA
PEMILIHAN JENIS POHON.
TEKNOLOGI PODUKSI TANAMAN PANGAN UTAMA
BAB V PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN USAHATANI Dalam pembangunan pertanian, masalah penting tentang usahatani adalah merombak usahatani dalam arti luas dan.
RUANG LINGKUP USAHATANI
DAYA DUKUNG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN ( DDSAL )
Diversifikasi pertanian
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN AGROFORESTRI
REBOISASI DAN PENGHIJAUAN
AGROFOREST ATAU SISTEM AGROFORESTRI KOMPLEKS
SISTEM BERLADANG BERPINDAH (shifting cultivation)
PANDUAN PRAKTIKUM AGROFORESTRY
PELUANG AGROINDUSTRI PEDESAAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN
Dunia Investasi Tanaman Industri Kehutanan
MASA PERKEMBANGAN AGROFORESTRI
Materi 1. Ruang Lingkup & Sejarah Usaha tani
Anita Sisilia Silitonga Hilda Oktavia Simbolon Febri Firsandi Putra
PERTEMUAN KE 10 DOSEN : TRIO SANTOSO, S.Hut., M.SC
AKTIFITAS ILLEGAL DI DALAM KAWASAN HUTAN
Indonesia’s Soil Account: Java Akuntansi Tanah di Pulau Jawa, Indoneisa.
TEKNIK SILVIKULTUR Oleh : Suryo Hardiwinoto, dkk Laboratorium Silvikultur & Agroforestry Fakultas Kehutanan UGM, YOGYAKARTA.
PAKET KEBIJAKAN KEDAULATAN PANGAN
Taungya/Tumpangsari dan Perladangan Berpindah
Oleh : Astuti Setyowati
PENGELOLAAN HUTAN DENGAN POLA AGROFORESTRI DI PERUM PERHUTANI
Bahan kajian pada MK. PSDAL
AGROFORESTRY DKT 303 / 2 SKS.
Sejarah, Definisi dan Konsep Agroforestry
ARTI PERTANIAN DAN ILMU PERTANIAN
SURVEY PETANI PEPAYA |KALINA
KLASIFIKASI AGROFORESTRI
PADI ORGANIK SISTEM SRI.
AGROFORESTRY (1) Bahan Kuliah Pertanian Terpadu
Sistem agroforestri.
Jenis, sumber, teknik pengumpulan data dan analisis data
Kamus Wikipedia misalnya menyebutkan bahwa usaha tani organik (organic farming) adalah bentuk usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran menyingkirkan.
Teknik Budidaya dan Pola Tanam
Pemanfaatan Sumber Daya ALAM
SISTEM PERTANIAN INDONESIA
Design Vegetasi (Sistem pertanaman) Hijauan Pakan
Kesuburan Tanah.
Pengertian Pertanian terpadu
BREVET PENYIAPAN LAHAN PRE NURSERY
CIRI-CIRI PERTANIAN.
SISTEM PERTANIAN INDONESIA (TROPIS)
(MIXED FARMING SYSTEMS)
KLASIFIKASI AGROFORESTRI Agroforestry Agroforestree Agroforesthree Agroforesty Agroforestried and true (pover)ty.
REVOLUSI HIJAU.
III. KERUGIAN AKIBAT PENYAKIT
CROPPING SYSTEM dan crops-livestock production systems
Pertemuan IV oleh : Ilham Martadona S.P M.Si. Klasifikasi usaha tani menurut awal perkembangannya Pengumpulan hasil tanaman (Collecting) –Sebagai awal.
Konsep Pertanian dari berbagai sudut pandang
DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2017
PENANAMAN KAYU PUTIH DENGAN POLA TANAM TUMPANG SARI DI RPH SUKUN KPH MADIUN OKTAVIANUS D. ALVES NIM OKTAVIANUS D. ALVES NIM
PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PERTANIAN
UNSUR – UNSUR DAN CIRI – CIRI PERTANIAN
USAHATANI DAN PEMBANGUNAN USAHATANI
PERTEMUAN II SEJARAH PERKEMBANGAN USAHATANI DI INDONESIA
PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN METODE SRI
MANAGING SHORT ROTATION TROPICAL PLANTATIONS AS SUSTAINABLE SOURCE OF BIOENERGY (MANAJEMEN HUTAN TANAMAN BEROTASI PENDEK SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN)
DINAS KEHUTANAN PROV. SULAWESI SELATAN. “MEWUJUDKAN HUTAN LESTARI, PERKEBUNAN PRODUKTIF MASYARAKAT SEJAHTERA MANDIRI ”
Valuasi Ekonomi Kawasan Pegunungan Kendeng
MENGENAL GARUT (Maranta arundinacea) LEBIH DEKAT
AGROFORESTRY.
Modul 6 Kegiatan Pembelajaran 3
Kamus Wikipedia misalnya menyebutkan bahwa usaha tani organik (organic farming) adalah bentuk usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran menyingkirkan.
Peluang dan potensi Pertanian Organik
OLEH : LISNA YOELIANI POELOENGAN A L I M DEDDY
Faktor Alam dalam Usahatani Oleh : Angelia Leovita, SP, MSi.
Transcript presentasi:

Taungya/Tumpangsari dan Perladangan Berpindah Foto: kawasan hutan kayu putih, KPH Indramayu © Budiadi

Klasifikasi agroforestri berdasarkan pengaturan waktu/temporal  

Taungya/Tumpangsari Taungya (bhs. Burma): taung = hill, ya = plantation, diciptakan pertengahan th. 1800-an pada masa kolonialisme Inggris Waldfeldbau: cultivation of agricultural crops in forest Teknik permudaan hutan jati dengan melibatkan petani pada periode awal pertanaman. Ada 2 pihak yang terlibat, yakni pemilik hutan dan petani miskin Ada mekanisme saling menguntungkan antara pemilik lahan dan petani, apakah itu? Forest Village System di Thailand tahun 1967 mrp modifikasi taungya dan inovasi yang cukup berhasil untuk merelokasi peladang berpindah. Konsep taungya: Bhw komponen utama dalam taungya adalah pohon, sedangkan dalam agroforestri pada umumnya adalah tanaman pangan Kelemahannya a.l. setelah ditinggal petani, pohon tidak terawat

Alasan mengapa taungya diintroduksi ke Indonesia/ Jawa (Becking 1928, Beekman 1948): Biaya pembangunan tegakan jati Produk tambahan (additional income) dari pertanian pada periode awal dari pertanaman Pemeliharaan tanaman (kayu) muda lebih baik Reclaim tanah kosong (wasted lands) melalui pertanian sebelum pembangunan hutan  bosokan Kebutuhan lokal akan tanah pertanian yang baik Tetapi: Apa yang lebih diutamakan? A prerequisite of taungya is forestry, the own objectives of the forest entreprise may not be hindered by increased food production (Hellinga 1953) Tidak mungkin mencetak orang kaya dari bertani di hutan (pesanggem) karena luas rata-rata lahan 0.25 ha.

Kebutuhan tenaga kerja untuk reforestasi di Thailand Jenis pertanaman Kebutuhan tenaga kerja (HOK/ha) Jati Tahun pertama Tahun kedua Total 124,44 45,06 169,50 Non-jati 142,25 58,06 200,31

Subsidi petani kepada Perhutani melalui pekerjaan tanam* Pengeluaran petani per ha Pemasukan dari Perhutani Pekerjaan HOK/ha Rp Tarif upah 24.000 Uang kontrak Babat/resik 46 414.000 Gebrus 1 133.71 1.203.390 100.000 Uang pengolahan Gebrus 2 38 342.000 Bahan baku 9.000 Buat acir 2 18.000 Pasang acir 4 36.000 11.110 Buat & pasang acir Langsir bibit 14.81 133.290 Tanam bibit 31.15 280.350 Alat pertanian 33.333 1.722.800 Hasil tumpangsari sebagai upah 2.463.363 1.880.130 * Laporan bulanan ARuPA, studi kasus sembilan desa di BH Randublatung, 2001

Tumpangsari di Jawa Sejarah Tumpangsari konvensional (3x1 m): Pertama kali dikenalkan di Jawa tahun 1873, di Perhutani Jati dan tanaman sela Luas lahan tumpangsari hampir tak terbatas Tumpangsari konvensional (3x1 m): Untuk meminimalkan biaya penanaman Menghasilkan produk pangan Untuk mengelola tanaman muda secara lebih baik Intensifikasi tumpangsari (6x1 m): Pemilihan varietas tanaman pangan yang unggul Pengelolaan lahan dengan lebih baik Penggunaan pupuk Penanganan hama dan penyakit Penanaman dan pemupukan secara tepat waktu, sesuai curah hujan Perkembangan pola tumpangsari Sistem bosokan Contoh: pola MR (jarak tanam menyesuaikan keberadaan petani) ………

Pola tumpangsari jati tanaman pengisi? tanaman pagar? : tanaman jati : tanaman sela tanaman pagar?

Tanaman jati prospektif L 0,25 m 6 m J : tanaman jati L : tanaman pengapit

Manajemen rejim (MR) jati Kawasan Hutan MR2 MR3 Desa

Analogi sistem MR pada hutan rakyat Hutan/Alas Tegalan Pekarangan

Sekilas perladangan berpindah Istilah lain: swidden cultivation, slash and burn agriculture (SAB), shifting cultivation Sistem pengelolaan mengacu pada pengaturan hasil Ciri: tradisonal, subsisten, tanpa input Prospek ekologis “Tembawang” Apa yang dimaksud forest fallow Resettlement peladang berpindah …….. (Terbentuknya suksesi secara alami)

Tumpangsari dan perladangan berpindah: Perbedaannya : Lokasi, Jawa dan luar Jawa (: tekanan penduduk, kesuburan tanah) Tingkat intensitas pengelolaan Fasilitas yang diperoleh petani (Sequential vs simultaneous) Tumpangsari = improved shifting cultivation Tumpangsari tradisional, konvensional Jika peladang sudah memiliki skema yang baik Jika pemilik hutan sudah memiki kepedulian terhadap kerusakan hutan oleh peladang

Siklus Pertanaman Sistem perladangan berpindah Sistem tumpangsari 3 13 Masa bero diakhiri, bakar Masa bero dimulai Masa bero dimulai lagi Natural forest fallow Food crops Musim tanam kembali Kesuburan tanah menurun Kesuburan tanah menurun 3 13 16 26 Sistem perladangan berpindah Penanaman simultan pohon dan palawija Pemanenan pohon dan penanaman palawija Planted forest fallow Food crops Naungan kanopi, budidaya palawija dihentikan 3 10 13 20 Sistem tumpangsari

Taungya vs shifting cultivation The taungya system can be considered as another step in the process of transformation from shifting cultivation to agroforestry. While shifting cultivation is a sequential system of growing woody species and agricultural crops, taungya consists of the simultaneous combination of the two components during the early stages of forest plantation establishment (Nair 1993) Taungya is a system of plantation forestry which crops are planted between the tree seedlings, for the first few years of the rotation. Taungya solves two problems: provides for re-establishment of high value timber that will provide much needed income in future years, stabilizes the peasants, and reduces the destruction caused by shifting cultivation (Gajaseni 1992) <Back

Tumpangsari (?) yang lain …………………………….

Terima kasih

Thinking as with other`s way (Berpikir dengan jalan pikiran orang lain) ごめん (Maap!) Gjhasg!! Kring..kringg!!