MASALAH YANG TERKAIT DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA Oleh Nana Supriatna.
Menyontek adalah disebabkan tidak adanya karakter jujur
Mementingkan hasil daripada proses menyebabkan terabaikannya karakter jujur dan taat pada aturan.
Tidak adanya keteladanan dan sanksi yang jelas memperkuat munculnya geng motor
Toilet menjadi sarana vandalisme karena ketiadaan karakter peduli sosial dan lingkungan, disamping keteladanan dan kejujuran.
karakter tidakdisiplin disebabkan kemampuan membaca simbol dan peduli sesama
Karakter cinta tanah air memerlukan keteladanaan dari para pemimpin di sekolah, masyarakat dan engara.
Tidak adanya karakter peduli lingkungan menyebabkan kerusakan SDA Indonesia
Budaya konsumtif menjadi penghambat membangun karakter produktif dan kerja keras
Ketiadaan karakter cinta lingkungan, disiplin, cinta sesama menyebabkan beralihnya fungsi sungai menjadi tempat membuang sampah
Kemajuan bangsa ditandai dengan karakter disiplin, hematdengana BBM dan tertib dalam kehidupoan sehari-hari
Rasional: Pendidikan Karakter Bangsa di sekolah penting karena: Belum terbentuknya budaya ajar yang mengarah pada pendidikan karakter (a.l. parameter universal: Character Education Partnership - CEP (2010) belum menjadi acuan. Terabaikannya pencapaian afeksi dan kompetensi sosial dalam PBM di sekolah Sekolah hanya berhasil menciptakan siswa cerdas tetapi tidak memiliki karakter. Sekolah belum memerankan diri sebagai tempat yang layak dalam pengembangan pendidikan karakter. Menurunnya karakter cinta tanah air (nasionalisme) pada masyarakat termasuk komunitas sekolah
Masalah Karakter Bangsa Analisis Immanuel Wallerstein, (1999) menempatkan Indonesia sebagai negara periphery yang memiliki ciri budaya: Lemahnya karakter kerja keras. Dependen atau tidak mandiri Berorientasi pada masa lalu dan masa kini dan tidak pada masa depan Konsumtif dan tidak produktif Jumlah inovator dan enterpreneur yang masih rendah Tidak rasional dan percaya pada mistis. Tradisi otoriter serta praktek politik yang primordialistis. Penolakan terhadap “tirani waktu”. Memiliki prinsip “bekerja untuk hidup dan bukan hidup untuk bekerja”. Adanya penekanan terhadap inisiatif perorangan, sukses individu serta upaya saving (menabung) yang rendah. Masih banyak kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat tahayul.
Analisis Kuntowijoyo (2004) Bangsa Indonesia masih lemah karena: Pengalaman historis menunjukkan bahwa bangsa ini merupakan bangsa client yang tergantung pada bangsa patron. Tidak mandiri dan tergantung pada bangsa lain. Tidak memiliki karakter pendukung untuk menghadapi hegemoni dari kekuatan-kekuatan global.
Oleh karena itu pendidikan karakter harus berupa pengembangan pada: Penyiapan generasi muda yang future oriented, flexible dalam menghadapi masalah sekitar serta adaptive terhadap perubahan dan tantangan yang ada. Penyesuaian karakter dari masyarakat agraris ke industri dan masyarakat ndustri ke masyarakat pasca industri. pembentukan masyarakat yang berubah dari goods-producing ke service economy, Pembentukan masyarakat professional karena jenis pekerjaannya, Pengembangan masyarakat intelektual, akan menjadi ciri masyarakat Indonesia pada era global. penyiapan masyarakat Indonesia sebagai knowledge class (Bell, 2005) berupa masyarakat berpendidikan dan berkarakter budaya sebagai ciri masyarakat post-industry.
Untuk menghadapi perubahan diperlukan: kemampuan beradaptasi dengan tantangan baru mengembangkan karakter peka sosial (mencintai sesama), serta kemampuan memahami masalah yang dihadapinya, dan mengembangkan wawasan yang berorientasi ke masa depan dalam mengantisipasi masalah yang akan datang.
Karakter peduli sosial yang dapat dibangun dalam proses pembelajaran dan yang harus nampak dalam perilaku siswa sehari-hari berbentuk empathy atau sense of social serta morality. Empathy pada orang yang mengalami musibah dan tidak beruntung secara sosial ekonomi. sense of social adalah peka terhadap persoalan yang dihadapi orang lain. moral judgement, moral decision making dan moral action dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya Pendidikan Karakter Guna Mengatasi Masalah Sosial. menurunnya kohesi sosial, meningkatnya semangat kedaerahan serta etnosentrisme yang ditandai dengan konflik yang bersifat SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) Dengan demikian, diperlukan pendidikan karakter yang bisa membekali para siswa kemampuan bertoleran pada keragaman, bersikap demokratis, kerjasama dengan kelompok majemuk, dan peka sosial.
Pentingnya Pendidikan Karakter Guna Mengatasi Masalah Sosial. menurunnya kualitas lingkungan hidup yang terkait dengan perilaku manusia serta norma yang tidak dipatuhi. Diperlukan pendidikan karakter untuk menumbuhkan sikap peserta didik mencintai lingkungan guna menghadapi masa depan yang dihadapkan pada persoalan semakin terbatasnya sumber daya alam. Kerusakan lingkungan di Indonesia akibat deforestasi, pencemaran udara, air, tanah dan lain-lain akibat industrialisasi yang mengabaikan Amdal (analisa mengenai dampak lingkungan) memerlukan penanganan melalui proses pendidikan yang mengarahkan peserta didik mencintai lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Pentingnya Pendidikan Karakter Guna Mengatasi Masalah Sosial. konsumerisme terhadap produk industri untuk memenuhi kebutuhan sekunder merupakan masalah sosial serta ketiadaan karakter hemat dalam mengkonsumsi barang dan karakter produktif dalam menghasilkan inovasi. masalah kriminalitas dan korupsi merupakan masalah sosial. Pendidikan karakter tentang sifat dan perilaku jujur memerlukan praktek atau tindakan nyata, bukan hanya dihapal dan diingat.
Sekolah sebagai Laboratorium Pendidikan Karakter. Dikembangkan melalui: penyisipan (infusing) pendidikan karakter dalam pedagogy dan (SK-KD) pada semua mata pelajaran, sebagaimana direkomendasikan oleh Pusat Kurikulum (2010). Pendidikan karakter sebagai bagian dari kurikuler sekolah. Dikembangkan dalam ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan Pembelajaran kontekstual di dalam dan luar kelas.
Kinerja sekolah berkarakter nampak dalam: Keteladanan dari pimpinan sekolah dan guru Pengelolaan keuangan yang terbuka dan akuntabel (karakter jujur, tanggungjawab) Lingkungan sekolah yang bersih hijau (karakter peduli sosial dan lingkungan) Terbentuknya komunitas yang tertib (karakter disiplin). Terpeliharanya WC sekolah yang bersih (karakter religius, toleran, disiplin, peduli sosial, jujur, dll). Terbentuknya masyarakat belajar (etos kerja baca) Terciptanya suasana hubungan antarindividu dan komunitas yang equal (karakter demokratis). Terperolehnya berbagai penghargaan dari institusi formal dan non formal (karakter kreatif, produktif, menghargai prestasi). Terciptanya layanan (service) yang memberi kemudahan (karakter peduli sosial, cinta sesama. Keberadaan sekolah menciptakan suasana nyaman bagi masyarakat sekitar (karakter peduli sesama dan lingkungan)