EMOSI & INTELEGENSI
AFEKSI & EMOSI
PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan. Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut emosi (Sarlito, 1982).
Definisi Emosi Oxford English Dictionary : setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu. setiap keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2000 : 411) Emosi meliputi : Pengalaman sadar yang subyektif dibarengi dengan Reaksi tubuh Ekspresi nyata/perilaku
EMOSI Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah sebagai berikut: “An emotion is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior”. (Pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud tingkah laku yang tampak)
EMOSI Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emotion Hierarchy EMOTION Love Joy Anger Sadness Fear Positive Negative Love Joy Anger Sadness Fear Fondness Bliss Pride Annoyance Contempt Agony Guilt Horrow Worry Contentment Hostility Jealousy Grief Loneliness Infatuation Fisher, Shaver & Carnochan, 1990
Mood Mood D. Watson : Perasaan yang bersifat sementara Oatley & Jenkins : Bentuk emosi yang dapat bertahan selama 1 jam, sehari, seminggu, setahun
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “ badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan keterangan emosional sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada macam dan deajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI a. Cinta / kasih sayang Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Perasaan ini dapat disembunyikan. b. Gembira Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya belangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau ia jatuh cinta
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI (2) c. Kemarahan dan permusuhan Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minatnya sendiri. d. Ketakutan dan kecemasan Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut.
CIRI-CIRI EMOSIONAL REMAJA Menurut Biehler (1972) Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun : 1) Banyak murung dan tidak dapat diterka 2) Bertingkah laku kasar 3) Ledakan kemarahan 4) Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri 5) Mulai mengamati orang tua dan guru-guru secara lebih objektif Ciri-ciri emosional remaja berusia 15-18 tahun : 1) Pemberontakan 2) Mengalami konflik dengan orang tua mereka 3) Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Ego Identity versus Role Diffusion: “Who am I?” Lanjut.. Pada masa ini remaja kembali menunjukkan rasa cinta, penghargaan, dan kesetiaan kepada figur orangtua. Remaja yang mengalami kedekatan dengan orangtua lebih dapat menunjukkan kemandirian, berprestasi di sekolah, dan lebih sedikit mengalami masalah dalam penyesuaian diri. Ego Identity versus Role Diffusion: “Who am I?” Tahapan perkembangan sosial Erikson yang terjadi pada masa remaja adalah Identity versus role diffusion. Identitas diri adalah perasaan mengenai siapa dirinya. Untuk menemukan identitas diri dibutuhkan waktu.
Social and Emotional Development in adolescence Identitas diri untuk menjadi dewasa adalah sebuah tantangan, melibatkan pembelajaran mengenai ketertarikan akan sesuatu dan kemampuan untuk menghubungkannya dengan pekerjaan dan peran dalam kehidupan. Remaja yang tidak menemukan identitas diri akan mengalami kebingungan peran.
Social and Emotional Development in adolescence Perkembangan sosial dan emosional remaja seringkali dihubungkan dengan kekacauan. Psikolog G. Stanley Hall mendeskripsikan remaja sebagai masa badai dan stres (Strum und Drang). Striving for Independence Remaja berjuang untuk dapat lebih bebas dari orangtua. Hal ini berdampak pada munculnya perselisihan. Perselisihan biasanya mengenai pekerjaan rumah, uang, penampilan, jam malam, dan pacaran. Selain itu ketidaksepahaman mengenai pakaian dan teman-teman seringkali terjadi.
FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI Perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 960 : 266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Hubunga Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Sikap malu-malu, takut atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi tertentu. Rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan rangsangan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.
Gangguan Emosi Gangguan emosi yang serius sering muncul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran bunuh diri, atau mencoba bunuh diri. Emosi kemarahan dan kebencian yang berlebihan pada remaja juga kadang menyebabkan kenakakalan remaja
Banyak anak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh, minum minuman keras, kecanduan obat bius, alkohol, sehingga memerlukan bantuan yang serius.
Masalah emosi lain yang biasa terjadi di dalam kelas adalah masalah kecemasan. Kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang dikaitkan dengan ketakutan. Adapun kecemasan ini memiliki dua bentuk, antara lain: trait anxiety (kecemasan krn sifat), bentuk kedua adalah state anxiety (kecemasan krn keadaan).
Trait anxiety (kecemasan Karena sifat) Individu dengan sifat ini pada umumnya mengalami kecemasan dalam situasi yang lebih luas dan merasa cemasnya lebih intensif daripada orang lain.
Ciri-cirinya: Telapak tangan yang sering berkeringat, sakit kepala, sakit perut, menggigit kuku, keringat dingin, berbicara tersendat-sendat, kikuk, tidak bisa diam, serta detak jantung yang keras.
State anxiety (kecemasan Karena keadaan) Bentuk ini terjadi dalam situasi ancaman yang khusus ditujukan kepada seseorang sehingga terjadi reaksi respon cemas. Jadi seseorang yang tidak merasa cemas mungkin menjadi cemas kalau berada di bawah ancaman tertentu.
KECEMASAN & PRESTASI AKADEMIK Siswa yang memiliki kecemasan tinggi cenderung mendapat skor yang lebih rendah daripada skor siswa yang kurang cemas (Djiwandono, 2006:388). Prestasi yang rendah dapat menimbulkan kecemasan, tetapi kecemasan tinggi juga dapat menyebabkan prestasi rendah. Kecemasan dapat berguna untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah lama dipraktikkan, tetapi tidak berlaku bagi penyelesaian tugas yang lebih sulit dan kompleks atau keterampilan yang tidak pernah dipraktikkan.
Sigmud Tobias (1999) menjelaskan bagaimana kecemasan mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Ketika siswa sedang belajar materi baru, perhatian sangat diperlukan. Kita tidak akan belajar jika kita tidak memperhatikan hal-hal yang penting. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi harus membagi perhatian mereka pada materi baru dan pada perasaan cemas mereka. Jadi, ketika siswa mulai merasa cemas, dia mungkin akan kehilangan banyak informasi yang disampaikan guru.
Kecemasan terhadap tes atau ulangan juga harus mendapatkan perhatian khusus dari pendidik, sebab pengaruhnya sangat buruk terhadap performansi siswa. Sarason meneliti penyebab langsung dan tidak langsung dari kecemasan.: Pertama, bahwa anak pandai juga gelisah bila akan menempuh tes, seperti anak yang tidak terlalu pandai. Kedua, kecemasan sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap anaknya, misalnya sikap yang terlalu menuntut prestasi yang tinggi. Ketiga, wanita lebih cemas daripada laki-laki.
Upaya Pengelolaan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Emosi remaja awal cenderung banyak melamun dan sulit diterka, cara yang dapat dilkukan guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Untuk mengatasi ledakan kemarahan kita dapat mengubah pokok pembicaraan dan memulai aktivitas baru. Cara yang paling baik untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah mencoba untuk mengerti mereka dan melakukan sagala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan.
KECERDASAN EMOSI Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
5 kecerdasan emosional Mengenali emosi diri Mengelola emosi Goleman mengungkapkan 5 kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari yaitu : Mengenali emosi diri Mengelola emosi Memotivasi diri Mengenali emosi orang lain Membina hubungan dengan orang lain
Multiple Intelligences Howard Gardner (1983 ) Linguistic intelligence ("word smart"): Logical-mathematical intelligence ("number/reasoning smart") Spatial intelligence ("picture smart") Bodily-Kinesthetic intelligence ("body smart") Musical intelligence ("music smart") Interpersonal intelligence ("people smart") Intrapersonal intelligence ("self smart") Naturalist intelligence ("nature smart") Emotional Intelligence Daniel Goleman (1998)