Aspek Sosial Budaya dalam Kebidanan Oleh : Afrira Esa Putri, S.SiT
Aspek sosial budaya dalam kebidanan Dalam masyarakat pada umumnya masih bamyak yang belum memahami pentingnya kesehatan. Hal ini bisa dikarenakan oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, budaya serta mitos2 ttg cara mengobati masalah kesehatan mereka. Karena hal diatas maka menjadi penghambat dalam peningkatan kesehatan masyarakat terutama masalah ibu dan anak
Setiap daerah memiliki kebiasaan/mitos yang berbeda- beda mengenai : Kehamilan Persalinan Nifas BBL
Kebiasaan / mitos kesehatan yang ada di masyarakat : a. Ibu hamil Ibu hamil dilarang makan ikan, daging dan telur krn akan berbau amis Ritual upacara selamatan ibu hamil saat usia kandungan 4 , 7 dan 9 bulan Minum air dan minyak kelapa agar melancarkan persalinan Membawa gunting/pisau agar tidak diganggu makhluk halus Kepercayaan kalau perut ibu hamil membulat maka anaknya perempuan
Sambungan.... Ibu hamil tidak boleh mkn nenas atw durian Ibu hamil tdk boleh membicarakan kejelakan org lain krn bs berbalik kpd anak Saat hamil tdk boleh menyimpan sesuatu ke dlm kantong dlm wkt lama dan mengusap minyak sembarangan krn akan menyebabkan tompel pada anak Di Suku Dani Papua, kehamilan di anggap menganggu tugas pokok wanita (mencari Ubi dan bahan makanan) maka bnyak mereka melakukan aborsi secara tradisional yg dapat berdampak buruk pada Ibu.
Di daerah jawa dan sunda jika Ibu hamil mengidam , maka keluarga harus segera memenuhi keinginan Ibu krn jika tidak maka akan menyebabkan bayi ileran nantinya Ibu hamil dilarang makan cumi-cumi, udang, krn takut nanti saat anak dilahirkan tubuh anak akan membungkuk seperi udang dan memiliki tangan yang bersekat
Ibu bersalin Di daerah masyarakat Bali Aga, persalinan di bantu oleh Balian Tekuk (dukun beranak) yang notabene adalh pria krn mereka menganggap proses persalinan adalah tanggung jawab pria. Maka persalinan akan di abntu oleh Balian tekuk dan didampingi oleh suami. Jika terdapat permasalah dalam proses persalinan maka balian tekuk akanmembacakan mantra2 dan mengurut2 perut Ibu. Hal ini bertentangan dg ilmu kebidanan krn dengan mengurut perut ibu bisa mengakibatkan perdarahan pada ibu.
Penduduk daerah Mentawai pulau Siberut dulunya menganggap persalinan adalah hal yg pribadi maka proses persalinan hanya di hadapi oleh Suami dan kelg terdekat yg sudah melahirkan Suku Rimbo di daerah Jambi, melakukan persalinan di tanah peranakan, kemudian mereka bersama2 ke tanah peranakan kemudia berbagi tugas, sebagian membantu persalinan, sebagian membuatkan bubur dari ubi untuk ibu yang sudah melahirkan sebagian lagi menolong bayi baru lahir, setelah sehari semalam maka mereka kembali ke tanah peranakan dan bayi hanya di bawa dengan sehelai kain panjang tanpa pakaian apapun, dan ibu sudah kembali bekerja seperti biasa. Krn itulah bnyak ditemukan kasus bayi dan balita meninggal di suku Rimbo ini.
Bayi baru lahir Memberikan ramuan-ramuan di pusar bayi agar tali pusat cepat kering Meletakkan uang logam di atas pusar bayi agar tidak bodong Bayi diberi air nasi agar bayi kenyang Bayi dipasangi jimat dan diucapkan mantra-mantra
Aspek sosial budaya dalam Perkawinan Pernikahan merupakan suatu sarana untuk menyatukan 2 insan manusia. Berdasarkan pada aspek sosial budaya maka dalam penikahan ada 4 fase/proses yang akan dihadapi : Fase pertama yaitu bulan madu, pada masa ini semua terasa indah dan menyenangkan Fase kedua yaitu pengenalan kenyataan, pasangan mengetahuikarakteristik serta kebiasaan yang sebenatnya dari pasangan
Sambungan... Fase ketiga mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi Fase menerima kenyataan yaitu apabila sukses menerima kenyataan maka pasangan tsb akan mendapat kebahagiaan. Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan adalah : Saling memberi dan menerima cinta Saling menghargai dan menghormati Saling terbuka
Menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan : Suami maupun istri tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan pasangan di awal pernikahan Suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah Perbedaan budaya dan agama antara suami dan istri Suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dlam rumah tangga
Peran Bidan dalam aspek sosial budaya Menjadi seorang bidan desa dan ditempatkan pada desa di pelosok masih tinggi menjunjung adat istiadat dan mitos2 yang ada dlm masyarakat. Sehingga bidan harus bekerja keras, karena masyarakat lebih mempercayai mitos dari pada nakes dan mereka sangat mempercayai dukun untuk menolong persalinan dan mengobati penyakit mereka. Padahal persalinan denga bidan sangat riskan terhadap infeksi
Upaya pemerintah untuk penunjang keberhasilan program KIA Membangun saran kesehatan disetiap desa spt : puskesmas, polindes dll Menyediakan nakes yang kompeten dan memadai Memberikan fasilitas kesehatan yang memadai dan lengkap Lebih sering melakukan penyuluhan ttg kesehatan Menyediakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat tidak mampu ex: jamkesmas, jampersal
Selain usaha diatas pemerintah juga melaksanakan Program Perencanaan Persalinan & Pencegahan Komplikasi ( P4K) Program P4K ini dicanangkan oleh Menkes, melalui program ini diharapkan dapat : Meningkatkan peran suami siaga Keluarga & masyarakat dpt merencanakan persalinan yang aman Perencanaan pemakaian alat/obat kontrasepsi pasca persalinan Mendorong ibu hamil u/ memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan ibu nifas & BBL yang dilahirkan oleh nakes yg terampil Skrinning status imunisasi tetanus lengkap bumil Melaksanakan IMD Memberikan ASI eksklusif