The legacy of intellectual is nothing but the writing. [Anonym]
Strategi Peningkatan Penulisan Buku UI dan Pengaruhnya untuk Indonesia PLUS: Reputasi UI sebagai universitas terkemuka. Tingkat pendidikan dosen UI memadai. Akses terhadap referensi berlimpah.
Strategi Peningkatan Penulisan Buku UI dan Pengaruhnya untuk Indonesia MINUS: Kecenderungan menulis untuk keperluan internal UI. Kecenderungan rendahnya minat menulis. Kecenderungan tidak tahu bagaimana mengemas tulisan dalam bentuk buku dan bagaimana setelah buku terbit.
Strategi Peningkatan Penulisan Buku UI dan Pengaruhnya untuk Indonesia PELUANG: Adanya kecenderungan Jakarta sentris. Banyaknya penerbit sebagai mitra kerja dosen. Minat menulis: antara perolehan cum, aktualisasi diri, dan tuntutan intelektual. Mengikuti pelatihan peningkatan skill penulisan di UI dan di luar UI. Dekat dengan program-program bidang penulisan/perbukuan untuk mengasah intuisi menulis.
Reputasi UI sebagai universitas terkemuka Kantor Berita Antara pada 17 Agustus 2015 merilis berita ‘UI masuk peringkat 100 terbaik Asia’. UI menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi di Indonesia yang masuk ke dalam jajaran top 100 universitas se-Asia dengan menduduki peringkat ke-79. Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik Rifely Dewi Astuti, seperti dikutip Antara, mengatakan, “UI meraih peringkat terbaik ke-200 dunia untuk Rumpun Ilmu Sosial dan Manajemen serta meraih predikat program studi Kedokteran terbaik se-Indonesia dan peringkat ke-301 dunia, berdasar QS World University Ranking.” Sebagai perbandingan, UGM berada di peringkat 147 dan ITB di peringkat 122.
Tingkat pendidikan dosen ui Hingga 2009, UI mempunyai 7.350 dosen dengan kualifikasi akademik sebagai berikut: Doktor: 1.000 orang. Magister: 1.300 orang. Spesialis: 400 orang. Sarjana: 1.850 orang. Nonakademik: 2.750 orang. Sumber: old.ui.ac.id
Akses terhadap pusat referensi Kemudahan akses terhadap sumber referensi: Perpustakaan UI. Toko buku: Gramedia, Gunung Agung, TM Book Store, Periplus, Kinokuniya. Pameran buku. Perpustakaan MPR, Senayan. Perpustakaan MK. Perpustakaan Nasional, Salemba. BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah), Cikini. Perpustakaan swasta: The Habibie Center, Freedom Institute, KITLV Jakarta, Perpustakaan Bung Karno, Megawati Institute, Pusat Informasi Kompas/PIK, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan/PSHK, Daniel S. Lev Library, CSIS, dll.
KECENDERUNGAN MENULIS Kecenderungan menulis untuk keperluan internal menjadi kecenderungan umum di banyak kampus. Setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan mengapa kecenderungan ini terjadi. Pertama, bila bagian dari riset, penulisan laporan menjadi salah satu ketentuan program riset. Kedua, menulis untuk keperluan pembuatan diktat/hand out/materi untuk mata kuliah tertentu. Ketiga, ketidaktahuan bagaimana memulai menulis buku, bagaimana cara mengemas tulisan dengan format buku, bagaimana memvisualkan pemikiran di sampul buku, me-layout naskah, mengurus ISBN, dll.
MINAT MENULIS BUKU Rendahnya minat menulis buku muncul karena beragam sebab: Tidak memadainya insentif yang didapat dari menulis buku dibandingkan menjadi konsultan atau terlibat dalam proyek riset. Proses penulisan buku memerlukan waktu relatif lama. Perlu fokus dan totalitas ketika berproses menulis buku. Sedikitnya program coaching menulis buku.
KECENDERUNGAN LAIN Kecenderungan tidak tahu bagaimana mengemas tulisan dalam bentuk buku dan bagaimana setelah buku terbit muncul karena: Teknis: bagaimana me-layout naskah ke format buku; bagaimana memvisualkan pemikiran ke sampul buku; bagaimana membuat indeks; bagaimana mengurus ISBN; bagaimana memanfaatkan jaringan distribusi/pemasaran; bagaimana berjejaring dengan penulis resensi/media. Non teknis: tidak adanya kebijakan universitas yang mewajibkan dosen menulis buku.
JAKARTA SENTRIS Jakarta menjadi pusat segalanya, termasuk dalam hal referensi buku. Transaksi di toko buku, pameran buku, bazaar buku, toko buku online, dan lini penjualan buku lainnya (di Jakarta dan luar Jakarta) didominasi oleh buku-buku terbitan penerbit Jakarta.
RELASI DENGAN PENERBIT & MOTIVASI MENULIS BUKU Terdapat kecenderungan mutualisme antara penerbit dan dosen sebagai penulis buku. Keduanya saling membutuhkan; keduanya saling melengkapi. Dosen akan melihat aktifitas menulis buku sebagai kegiatan akademik penting karena nilai cum, menjadi kebutuhan bagi intelektual untuk mendiseminasi gagasan, dan menulis buku merupakan salah satu cara untuk aktualisasi diri.
Mengasah intuisi menulis Ada banyak forum penulis yang bisa diikuti: Forum Lingkar Pena/FLP, Goodreads Indonesia, Lingkar Muda Indonesia, berbagai komunitas menulis di media sosial, program pelatihan penulisan di UI (termasuk di DRPM), juga acara tahunan dengan banyak SESI sharing dari penulis (Ubud Writers and Readers Festival/UWRF, Makassar Writers Festival, Borobudur Writers Festival, Singapore Writers Festival, dll). Dengan mengikuti secara aktif satu atau beberapa forum tersebut, intuisi menulis bisa terasah.
Sumbang saran Membentuk Komunitas Penulis UI. Sebagai komunitas, keanggotaan bersifat cair, meski tetap ada code of conduct dan rencana program.
Sumbang saran Perlu melobi Dekanat dan Rektorat UI agar Komunitas Penulis UI menjadi kegiatan resmi di UI. Dengan demikian, semua kegiatan Komunitas (termasuk fasilitas dan pendanaan) mendapat dukungan secara resmi.
Sumbang saran Komunitas Penulis UI bisa secara reguler mengadakan kunjungan ke universitas lain, kunjungan ke penerbit, kunjungan ke pameran dalam dan luar negeri, dll.
Sumbang saran Segera menulis. Jangan menunda.
Purnawacana “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” [Pramoedya Ananta Toer dalam Rumah Kaca, hal. 352]
Depok, Selasa, 29 September 2015 PAMUNGKAS TERIMAKASIH. Depok, Selasa, 29 September 2015 Andreas Haryono M: 0812 888 111 57 E: ask_andre@aol.com