KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA KELOMPOK III HAMBATAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA ANTARA SUKU DAYAK DIKALIMANTAN DENGAN MADURA KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA KELOMPOK III HELMI GEISFARAD - 200852107 WHITNEY - 200852125 ELYANA - 200858065 ACHMAD N HAFIDZZEIN – 200852054 GABRIELLA
SUKU DAYAK KALIMANTAN "Dayak" atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman Salah satu ciri yang tampak pada orang dayak kalimantan adalah ciri fisik yang mongoloid, wajah bulat, kulit putih/kuning langsat, mata agak sipit, rambut lurus, ada juga yang ikal serta relatif tidak tinggi, beragama kristen, islam.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ibanic group (Iban) kelompok Ibanic Lainnya:Kantuk, bugao, desa, seberuang,Ketungau, sebaruk. Perbedaannya adalah pengucapan / logat dalam kalimat dengan suku serumpun yakni pengucapan kalimat yang menggunakan akhiran kata i dan e, i dan y, misalnya: Kediri” dan Kedire”, rari dan rare, kemudian inai dan inay, pulai
KEHIDUPAN SOSIAL Dikenal dengan keramah-tamahannya mudah membaur dengan sub suku lain rumah panjang (268 x 18 x 8 m) Di rumah panjang, masyarakat melakukan berbagai aktivitas seperti menenun, memahat, mengukir, menari, dan yang paling utama melaksanakan upacara adat.
Semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Totok Bakakak (kode) yang umum dimengerti Sukubangsa Dayak 1. Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju "Asang". 2. Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang. 3. Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya. 4. Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya. 5. Mengirim Abu, berarti ada rumah terbakar.
6. Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban tidak disebutkan. 7. Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia. 8. Mengirim telor ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk menjual belanga, tempayan tajau. 9. Daun sawang/jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung di depan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat. 10. Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb, didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.
MADURA Letaknya yang berada di sebelah utara Pulau Jawa, Madura atau lebih dikenal dengan pulau garam, mempunyai masyarakat sendiri, dalam arti, mempunyai corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat jawa. Madura terdiri dari beberapa daerah : BANGKALAN SAMPANG PAMENGKASAN SUMENEP
SOSIAL BUDAYA ADAT MADURA Madura : - Merantau - Berdagang Gaya Bicara Blak-Blakan, dengan tempramental tinggi, dan mudah tersinggung namun hemat & disiplin
Tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji). Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata
Stereotipe Masyarakat Dayak Misterius ,Mistik, Terbelakang, kejam (beringas), primitif
Stereotipe Masyarakat Madura Tempramental, Ekspresif, bertingkah laku seenaknya (kaku), pendendam, suka melakukan tidak kekerasan
Konflik yang terjadi Konflik yang terjadi antara Etnis Madura dengan Etnis Dayak, dimana dalam perkembangan selanjutnya pasca konflik orang-orang dari Etnis Madura menyimpan dendam terhadap Etnis Dayak. Terjadinya kerusuhan sampit disebabkan oleh rentetan kasus pada tahun 1983, yaitu perseteruan antara seorang Dayak dengan seorang Madura yang mengakibatkan tewasnya orang Dayak, peristiwa ini menghasilkan kesepakatan “jika orang Madura membuat kerusuhan lagi terhadap orang Dayak maka orang Madura bersedia meninggalkan Kalimantan”
Konflik Kesepakatan yang telah dibuat ternyata gagal mencegah konflik. Pada Januari 1999 kembali terjadi pertikaian yang melibatkan pengemudi taksi dan berlanjut pada tawuran antar golongan di Kumai, pada September 1999 seorang Dayak dan istrinya ditikam orang Madura dari belakang. Rentetan-rentetan kejadian tersebut kemudian meletus di kota Sampit Kalimantan Tengah pada pertengahan Februari 2001 (pada pertengahan April 2001 tercatat sekitar 108.000 pengungsi).
Penyelesaian Upaya mereduksi prasangka etnik dapat dilakukan dengan asimilasi, keterbukaan aturan-aturan pada tiap-tiap etnik, meningkatkan pendidikan, pemulihan konflik melaui pembangunan jangka panjang, dan perlunya keseimbangan pemanfaatan sember daya antara etnis pendatang dan etnis lokal.
Kesimpulan Kunci untuk komunikasi lintas-budaya yang efektif adalah pengetahuan. Pertama, adalah penting bahwa orang-orang mengerti masalah potensial komunikasi lintas-budaya, dan membuat usaha sadar untuk mengatasi masalah ini. Kedua, adalah penting untuk berasumsi bahwa upaya orang tidak akan selalu berhasil, dan menyesuaikan tingkah laku yang tepat.
THE END