Konsep Dasar Pelatihan Muhammad Shohib Upt. Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah malang
Filosofi Pembelajaran Pengalaman adalah guru yang paling baik Segala yang pernah kita alami, akan disimpan dalam sistem memori. Kuat lemahnya informasi tersebut, tergantung pada cara masuk dan penyimpanannya. Proses pembelajaran pada orang dewasa lebih bersifat memfasilitasi dan lebih menuntut tanggung jawab dan partisipasi individu
TEORI BELAJAR Belajar adalah “… a relatively permanent change in behavior or in behavioral potentiality that result from experiences …” Perubahan perilaku tersebut dapat berwujud dalam aktivitas nyata yang secara langsung dapat diamati maupun dalam wujud kemampuan berfikir, motivasi, sikap dan emosi yang tidak bisa secara langsung diamati Kamis, 08 Februari 2018
PELATIHAN ADALAH Teknik-teknik yang memusatkan pada belajar tentang ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau tugas-tugas atau untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas (Nadler dan Wiggs dalam Robinson & Robinson, 1989) . Suatu upaya untuk melakukan perubahan dalam hal pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan dan sikap (Clark, 1991) . Kamis, 08 Februari 2018
PELATIHAN ADALAH Proses pembelajaran yang bermuara pada adanya perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan-ketrampilan, sehingga peran seorang pelatih adalah bertanggung jawab terhadap terjadinya perubahan sikap dan perilaku orang-orang yang dilatih. Karena sifat manusia dan prosesnya yang dinamis, maka seorang pelatih harus terlibat di dalamnya sebagai pribadi, sebagai orang, bukan teknisi yang bersifat mekanistis (Clark, 1991). Kamis, 08 Februari 2018
Prinsip - Prinsip Belajar dari pengalaman Melibatkan emosi (tidak hanya pikiran) Melalui kebersamaan dan kerjasama Melihat & menemukan sendiri relevansi training
Komponen Pelatihan Trainer - Karakter - Kematangan - Kemampuan - Pengalaman Tools training - Peralatan - Strategi Trainee - Mengenal karakter trainee - Mengetahui kebutuhan trainee
Pendekatan Pelatihan lecture-based training participant centered training Self-reference effect Generation effect
Metode - Metode Informatif Partisipatif Eksperiensial
Experiential Learning Proses pembelajaran yang bertumpu pada pengalaman yang diperoleh peserta dari serangkaian aktifitas yang dilakukan sebelumnya
EXPERIENTIAL LEARNING (Kolb) “... jika kita mendengar maka kita akan lupa, kita melihat maka mungkin kita akan ingat, kita mengalami maka kita akan mengerti ...” (Confusius, 450SM) Proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan suatu pengalaman yang disengaja, terkait dengan yang hendak diajarkan Kamis, 08 Februari 2018
Executive function Fungsi Fasilitator Emotional stimulation Caring Meaning attribution Executive function
Peran Trainer - Fasilitator Menciptakan iklim yang positif - kondusif Menjelaskan tujuan dari proses kegiatan dan tujuan individual Mengorganisasikan dan menciptakan sumber-sumber belajar Menyeimbangkan komponen kognitif dan emosional dalam proses belajar Berbagi perasaan dan pikiran tanpa mendominasi
Briefing Menjelaskan SOP dan aturan Pastikan peserta paham Menjaga agar peserta terlibat Menjaga iklim yang kondusif Observasi Mengamati Membuat catatan-catatan Memastikan aktifitas berjalan secara fair Debriefing Menggali apa yang dirasakan, terjadi, dapat dipelajari, relevansinya Menggali alternatif lain, bagaimana selanjutnya, apa kesimpulannya
Kualitas experiential learning Dipengaruhi oleh : 1. Adanya keterlibatan personal, 2. Inisiatif dari diri sendiri (individu), 3. Evaluasi dari individu 4. Pengaruh-pengaruh yang meresap pada individu
Syarat yang lain….. Individu berpartisipasi aktif dalam seluruh proses pembelajaran dan mampu mengendalikan diri Terutama dihadapkan secara langsung dengan masalah-masalah praktis, sosial, personal, maupun penelitian-penelitian Evaluasi diri merupakan metode penting dalam pengukuran perkembangan dan keberhasilan
Hal-hal yang perlu diperhatikan Mampu mengelola waktu (agar tepat waktu dan sasaran) Harus dipersiapkan sebaik-baiknya (agar tidak sekedar mengisi waktu-buang waktu) Peserta mendapat insight (munculnya pengertian lebih penting dari aktifitasnya) Hindari aktifitas yang tidak relevan dengan topik (game, role play harus relevan)
EXPERIENTIAL LEARNING CYCLE Proses experiential learning semacam sebuah siklus CONCRETE EXPERIENCE (1) TESTING IN NEW SITUATIONS (4) OBSERVATION & REFLECTION (2) FORMING ABSTRACT CONCEPT (3) Kamis, 08 Februari 2018Kamis, 08 Februari 2018
Peserta Sulit Peserta yang melarikan diri dari situasi belajar dengan satu atau lain cara. Mereka tidak bisa menikmati situasi belajar yang ada. Peserta yang tidak percaya dengan pembicara. Peserta yang senang mengerjai pembicara. Peserta yang terlalu pendiam. Peserta yang kurang termotivasi. Peserta yang terlalu mendominasi seluruh proses dalam pelatihan. Peserta yang menjadi trouble maker dalam kelas. Peserta yang gemar mengobrol sehingga mengganggu peserta lain
Solusi Memberikan kesan profesional dan kredibel kepada peserta, melalui penampilan yang menarik, cara bicara, gesture, dan sebagainya (problem 2, 3). Memberikan penekanan atas manfaat pelatihan, merangsang peserta untuk mencari manfaat bagi mereka sendiri (problem 1, 5). Memberikan kebebasan dan rangsangan kepada seluruh peserta untuk mengekspresikan dirinya (problem 4, 5, 6). Menyampaikan humor atau energizer untuk mempertahankan stamina peserta agar tetap terfokus pada pembicaraan dan menciptakan suasana segar dan menarik perhatian mereka. Ketika suatu saat teguran perlu diberikan kepada peserta, diupayakan agar teguran tersebut tidak bersifat personal (problem 7,8).
Cara Respon Peserta Menjaga kontak mata dengan peserta selama berbicara atau ketika peserta sendang bicara/bertanya. Menghindari adanya interupsi, baik dari fasilitaor maupun dari peserta lain ketika seorang peserta sedang memberikan respon. Mengulang kembali respon ketika seorang peserta telah selesai memberikan respon. Hal ini bertujuan untuk: Memberikan pengakuan kepada peserta tersebut. Membuat respon tersebut jelas bagi fasilitator, pemberi respon maupun peserta lain. Menjaga agar ekspresi tetap netral meskipun jawaban atau respon peserta dianggap tidak/kurang tepat, bahkan mungkin “aneh”. Ketika hal tersebut terjadi, ada baiknya meminta respon dari peserta lain, dan ketika respon tersebut diangap lebih tepat, maka respon tersebut perlu diulang dan dikonfirmasikan kepada peserta yang memberi respon kurang tepat.
Tidak menyudutkan seorang peserta dengan menunggu jawabannya hingga terlalu lama. Tugas fasilitator adalah meningkatkan kepercayaan diri peserta. Mengulangi pertanyaan dan memberikan jawaban yang benar jika sampai tiga peserta tidak dapat memberikan jawaban yang benar. Tidak membiarkan peserta berada dalam kebingungan terlalu lama. Tidak terlalu cepat memvonis sebagai respon yang salah ketika ada peserta yang memberi respon di luar dugaan. Fasilitator dituntut untuk mendengarkan respon peserta dengan cermat dan mempertimbangkan dengan hati-hati. Meminta peserta untuk mengajukan pertanyaan bagi peserta lain untuk menghindari kebosanan tanya jawab.