Speak
Speaking- it’s not just what you say, it’s also how you say it Berbicara-bukan hanya apa yang Anda katakan, tapi juga bagaimana Anda mengatakannya Speaking- it’s not just what you say, it’s also how you say it
Kita sering menolak untuk menerima sebuah ide, karena nada suara yang diungkapkan tidak simpatik kepada audiens “We often refuse to accept an idea merely , because the tone of voice in which it has been expressed is unsympathetic to us.” Friedrich Nietzche
Clarity/ kejelasan 4 Tahap untuk meningkatkan Vocal Clarity
Touch up your tone (sentuh nada pembuka anda) Kita umumnya menikmati bercakap-cakap dengan orang- orang yang berbeda-beda nada&tergantung pada apa yang mereka katakan dan kepada siapa Kita umumnya menghindari sebanyak mungkin orang yang mengungkapkan “ a lot off irritation” ketika mereka berbicara kepada kita.
Emotional Excess (kelebihan emosional) Emosi yg berlebihan seringkali mencegah orang untuk berkomunikasi Terlalu takut, terlalu teritorial, atau terlalu bangga
Vocal hazards (resiko suara) some hazards to watch out for : Terlalu keras Terlalu soft Mumbling (mengomel) Sounding uncertain (terdengar samar/ tidak jelas) Questioning tone (nada bertanya) Condescending tone (nada merendahkan) Bluntness (kasar)
Facial clarity (kejelasan expresi wajah) ekspresi wajah memainkan peran besar dalam memberikan makna kalimat kita
Pastikan bahwa bahasa tubuh anda bukan musuh kata-kata anda
Body Language bloopers (kesalahan di hadapan umum) 1. Slouching (bungkuk/ sit in a lazy) Beberapa kursi nyaman yang besar sangat mudah untuk membuat anda membungkuk, meski awalnya Anda hanya ingin bersandar dan rileks. Ketika Anda melakukan ini, tampak terlalu santai dan informal. Audiens mungkin tidak berfikir Anda serius Duduk dengan rapi, jika Anda ingin tampil sebagai seorang yang tegas, dan terlihat sebagai komunikator yg penuh percaya diri.
2. Distracting habits (kebiasaan yg mengganggu) Memainkan rambut Memainkan cincin Memasukan tangan ke saku Mengklik pulpen terus menerus Berputar ruangan Sadari bahwa pendengar memperhatikan kebiasaan Anda, dan membentuk penilaian, saat berkonsentrasi pada pesan Anda.
3. Invading space (Proxemiks/ personal space) Pernahkah Anda dalam percakapan dengan seseorang yang terus semakin dekat dan dekat, terlalu dekat untuk kenyamanan, dan sering cukup keras? Anda akhirnya menjauh dari mereka dan merasa sangat tidak nyaman. Tidak ada yang merasa nyaman ketika orang lain tidak sensitif terhadap ruang pribadi.
4. Hovering/ remain in one place in the air (mengambang di udara) Tidak nyaman ketika berbicara dengan seseorang yang berdiri di posisi yg terlalu tinggi sementara audiens diposisi duduk. Untuk kenyamanan, cobalah untuk berada di posisi yang tidak jauh berbeda
5. Blank looks (terlihat kosong) Terlihat kosong membuat Anda tampak acuh tak acuh Setting beberapa ekspresi di wajah Anda ketika Anda menyampaikan/ menerima pesan.
6. Harsh looks (terlihat keras/ tidak bersahabat) Tidak menarik ketika berbicara dengan orang-orang yang mengerutkan kening atau cemberut dengan alis yg berkerut. Ekspresi tersebut juga memiliki kecenderungan untuk membuat nada pembicara dari suara yang agak tajam. Sadari expresi wajah Anda ketika berkomunikasi.
7. Threatening gestures (gerakan ekspresif/ mengancam) Jari menunjuk dan tinju mengepal menghasilkan pesan yang sangat kuat dan agresif (mengintimidasi). Cocok dilakukan dalam sebuah kampanye Sebaiknya tidak dilakukan jika Anda ingin dikenal sebagai komunikator yg santai
Quiz Do I look communicative in this? Apakah saya sudah cukup percaya diri? (Tuliskan kekurangan&kelebihan anda) Apakah saya sering melalukan kegiatan yg mengganggu ketika berkomunikasi/ Distracting habits? Apakah saya sudah memposisikan diri dengan tepat ketika berkomunikasi (open/ close)? Apakah saya sering menunjuk seseorang dengan jari telunjuk ketika berkomunikasi/ melakukan gerakan agresif? (jika sering jelaskan mengapa)
Kita belajar untuk berbicara dengan imitasi Kita belajar untuk berbicara dengan imitasi. Kita bisa memperbaiki cara kita berbicara dengan terus meniru, sampai menemukan suatu pola yang terbaik bagi kita We learn to speak by imitation. We can improve the way we speak by continuing to imitate, until we’ve found something that works best for us