METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN BERDASARKAN SUMBER
Dalam konteks ini terbagi kepada 3: A Dalam konteks ini terbagi kepada 3: A. TAFSIR BIL MA’TSUR: - Menafsirkan al-Qur’an dengan bersumberkan kepada riwayat-riwayat, baik yang berasal dari Nabi, sahabat atau tabi’in. - Sumber yang paling utama disini adalah tafsir Qur’an bil Qur’an. - Contoh tafsir ayat 133 surat Ali Imran oleh ayat 134-135 (ath-Thabari, Jami’ al-Bayan)
B. TAFSIR BIL RA’YI - Menafsirkan Al-Qur’an dengan bersumberkan kepada ijtihad (akal fikiran). - Syarat tafsir bil ra’yi: tetap berpegang pada petunjuk Nabi SAW, harus memperhatikan asbabun nuzul, harus mengikuti kaidah ilmu bahasa, dan ruh syara’. - Contoh: kata al-zarrah ditafsirkan dengan proton (M. Abduh) - Contoh: kata al-’alaqah ditafsirkan dengan zigot (M. Abduh)
C. TAFSIR BIL ISYARI - Menafsirkan Al-Qur’an dengan bersumberkan kepada makna batin dari setiap ayat. - Syarat tafsir bil isyari: maknanya tidak bertentangan dengan makna lahir, tidak memastikan makna tersebut, tidak bertentangan dengan dalil syara’ yang lebih kuat, justru bisa dikuatkan. - Contoh kata khusu’ ditafsirkan dengan tajalli, takhalli, ma’rifah. (al-Alusi, Tafsir Ruh al-Ma’ani)