Kedaulatan Pengetahuan Perempuan Dewi Candraningrum Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan dewicandraningrum@jurnalperempuan.com Twitter: @dcandraningrum S. Pd. (Universitas Muhammadiyah Surakarta) M. Ed. (Monash University, Australia) Dr. Phil. (Universitaet Muenster, Jerman)
Perempuan Tak Berpengetahuan? Cerita adalah “kekuatan pengetahuan”. Dari cerita-cerita lalu lahirlah sebuah masyarakat. Dari cerita perempuan, pengetahuan perempuan terbentuk. Kadang-kadang cerita hanyalah lelucon, untuk kemudian ditertawakan. Karena tertawa adalah juga bagian dari menyembuhkan luka. Dan karenanya kemudian cerita perempuan tidak masuk dalam apa yang disebut sebagai (P)engetahuan. Bagian dari cerita, kadang-kadang adalah dongeng, tarian, lukisan, goresan-goreson, bumbu-bumbu, resep-resep yang disampaikan secara lisan, dari generasi ke generasi. Karena ia tidak ilmiah, maka ia bukan (P)engetahuan.
Merawat Pengetahuan Kunci pengetahuan adalah pada dokumentasi, otonomi, dan kedaulatan. Dan kedaulatan merupakan alat untuk mempertahankan pengetahuan tersebut dari serbuan pelbagai jenis pengetahuan lain dengan identitas yang beragam. Bahaya dari politik identitas bukan pada kepelbagaiannya, tetapi pada hasratnya untuk melakukan homogenisasi dan kemudian kapitalisasi produk-produk identitas demi kepentingan kelompok, kelas dan jenis gender tertentu. Dari sini, lalu lahirlah Liyan.
Daulat Pengetahuan Tutur Tulisan Tutur Lisan Tutur Visual Tutur Gerak Dan lain-lain sebagai praktek-praktek budaya yang merupakan filosofi dan pengetahuan perempuan.
Jejak Kolonialisme Kolonialisme meninggalkan jejak-jejak pada pengetahuan negara-negara baru, dimana masyarakat asli, perempuan-perempuan adat, kita, kemudian mengalami proses-proses pencerabutan, negosiasi, komunikasi, dan lain-lain proses dalam formasi pengetahuan dan identitas. Narasi gender adalah opresi identitas yang kemudian melakukan distribusi kekuasaan yang hirarkis dan tak adil. Dimana laki-laki memiliki lebih dan perempuan memiliki lebih sedikit atau tidak sama sekali. Pengetahuan perempuan kemudian adalah hal-hal yang dianggap ‘sederhana’ dan ‘mudah’ dan kemudian ‘tidak strategis’. Pengetahuan perempuan adalah tempat perempuan, tempat ibu, tempat tante, tempat saudari-saudari, dan tempat kebun-kebun serta hutan-hutan bumi.
Subjek Perempuan Diri yang berpengetahuan kemudian menjadi Diri yang memiliki agensi, karena ia memiliki pilihan-pilihan politik berbasis “mengetahui”. Daulat Perempuan kemudian melahirkan daulat pangan, sumber daya, daulat budaya, daulat atas perubahan iklim dan lain-lain yang sekarang dipakai dalam kosa-kata pembangunan.
I love therefore I am Rene Descartes mengatakan bahwa “aku berpikir maka aku ada”. Sedangkan pengetahuan perempuan tidak melulu mendasarkan diri pada akal, tetapi pada olah rasa, olah estetika, olah relasi. Dalam bahasa Afrika kerap disebut sebagai “Ubuntu,” yaitu, “aku ada karena kita ada”. Bahwa eksistensi pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan dari para Liyan. Pengetahuan relasional ini dicirikan dengan pengetahuan perempuan, yang dinarasikan oleh Julia Kristeva sebagai “I love therefore I am”, aku mencintai maka aku ada. Pengetahuan ibu atas anak-anaknya. Pengetahuan bumi atas manusia dan binatang-binatangnya.