Kue Terakhir Ketika Athar ulang tahun, tanggal 26 Desember 1979, Oom Hatta juga datang. Oom agak sakit dan tetap duduk di kursi panjang, tetapi Oom bertepuk tangan mengikuti nyanyian panjang umur. Aku meberi Oom sepotong kue tart, kue ulang tahun Athar. Oom Hatta mengucapkan terima kasih dan mengatakan, “Chitra anak pintar.” Aku senang bermain dengan Oom Hatta. Pada suatu hari ibuku pergi ke Yogya dengan Tante. Maka aku dititipkan di rumah Oom Hatta. Malam harinya, Hanum dan kak Meutia datang juga. Aku ikut menginap di kamar Oom. Tempat tidur besar diisi oleh datuk, yaitu Oom Hatta. Lalu Hanum dan Chitra di tengah-tengah. Kak Meutia di pinggir sekali. Itulah satu kalinya aku tidur di kamar Tante dan Oom Hatta. Aku berkhayal. Aku bukan keponakan Oom Hatta, tetapi cucunya. Jika Oom Hatta minum obat, aku memperhatikan. Sebuah alas besar atau baki, penuh dengan obat. Obat-obatnya dikeluarkan satu persatu. Digunting kertasnya, obat masuk dalam cangkir perak yang kecil. Obat diminum dengan the, sekali telan. Lalu Oom menyapu bibirnya dengan serbet putih. Tiba-tiba Oom sakit. “Chitra jangan turut ke rumah sakit, ya.” Begitu kata Ibu setelah mendapat telepon. Aku menurut dan bermain seorang diri. Duduk dan menonton televisi. Tiba-tiba di televisi ada gambar Oom Hatta. Televisi mengatakan Oom Hatta-nya Chitra sudah meninggal. Aku sedih sekali, sambil menunggu Ayah dan Ibu datang. Sumber: Chitra Aziza Subijakto, Pribadi Manusia Hatta, Seri 3, Yayasan Hatta, Juli 2002