Modul 6 Foto Jurnalistik “kalau anda melihat obyek yang sama dengan orang kebanyakan, berarti anda tidak melihat apa-apa.” Ed Zoelverdi, Mat Kodak Indonesia.
Foto Jurnalistik Pewarta foto tidak hanya dituntut menguasai alat foto, (teknik fotografi), tapi juga harus jeli mencari dan membaca lingkungan sekitarnya, memliki ketajaman artificial dalam mencium berita.
Modul 6 Foto jurnalistik Sebuah foto jurnalistik harus mampu mengungkapkan/melaporkan semua aspek dari suatu kenyataan. Menyiratkan rumus 5 W +1 H, mewakili ribuan kata atau kalimat. Dengan kata lain foto jurnalistik harus mampu bercerita tentang suatu hal yang terlah terjadi. (Yurnaldi, Jurnalistik siap pakai/1992/Aksara Raya)
Foto jurnalistik Menampilkan berbagai penafsiran yakni: Bahasa penampilan: ekspresi muka, bahasa isyarat, bahasa penciuman, bahasa pendengaran dann tingkah laku. Bahasa komposisi: bahasa warna, bahasa teksture, bahasa garis, bahasa bentuk, bahasa tata letak
Foto Jurnalistik Dibanding dengan berita tulis, berita foto dibuat lebih mudah dan cepat. Daya rekam yang akurat (selama tidak dimanipulasi) Berita foto tidak perlu penerjemahan dalam pemberitaan lintas negara. Tidak seperti berita tulis. Efek berita foto lebih besar dibanding berita tulis karena respon manusia melalui indera mata lebih cepat mengena pikiran dibanding membaca.
Foto Jurnalistik Bersifat alami, (bw/fc) tanpa rekayasa karena itulah yang membedakannya dengan karya foto lainnya. Tidak harus mengutamakan ketajaman gambar, atau komposisi warna melainkan kemampuan gambar berbicara tentang sebuah fakta.
Foto Jurnalistik Membuat foto jurnalistik yang baik membutuhkan sejumlah persiapan. Baik secara teknis (kesiapan peralatannya) maupun non teknis (fotografer tidak terpukau oleh kejadian yang berlangsung). Fotografer sebaiknya memotret sebanyak mungkin atas obyek yang dianggapnya menarik. Hal itu akan memudahkannya untuk memilih foto mana yang paling menarik akan dimuat di media cetaknya.
Foto Jurnalistik Foto yang dibuat harus menyentuh perasaan, unik, lucu serta memiliki keindahan. Untuk memperoleh hasil yang baik, selain ditentukan cara memilih obyek, juga ditentukan kemampuan mengambil angle (sudut pandang), arah penyinaran terhadap obyek atau penggunaan filter.
Foto jurnalistik “barang siapa banyak bepergian, akan tahu banyak cerita.” Tapi cerita itu akan terasa indah bila direkam melalui jepretan kamera