SILVIKULTUR KTF322 Prasyarat KTF221

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSERVASI TANAH DAN AIR
Advertisements

Pertemuan ke : 10 HUTAN RAKYAT (PRIVATE FOREST)
PEMILIHAN JENIS POHON.
Konservasi tanah dan air
PENANAMAN POHON Sri Wilarso Budi R Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB
PERSPEKTIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI. MOTIVASI DAN JUSTIFIKASI PEMBANGUNAN KAWASAN KONSERVASI s/d tahun 1980-an  Melindungi daya tarik geologi 
REBOISASI DAN PENGHIJAUAN
AGROFOREST ATAU SISTEM AGROFORESTRI KOMPLEKS
Perencanaan Tata Guna Lahan
KONSERVASI TANAH DAN AIR
LINGKUNGAN DALAM KAJIAN ETIKA & MORAL
CREATED BY: WICKY BARIREZA Xi ips
PERLINDUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TANAH
EKOLOGI DAN PENGELOLAAN HUTAN
Masalah Pembangunan dan Lingkungan
AGROFORESTRI Suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketesediaan lahan dan produktivitas lahan. Dapat juga dikatakan dengan, suatu sistem.
TATA KELOLA DATA & INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TEKNIK SILVIKULTUR Oleh : Suryo Hardiwinoto, dkk Laboratorium Silvikultur & Agroforestry Fakultas Kehutanan UGM, YOGYAKARTA.
KONSERVASI TANAH DAN AIR
SIFAT UMUM PERTANIAN TROPIS
Daur/Rotasi /Periode Produksi
EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0)
DASAR AGRONOMI.
SISTEM SILVIKULTUR DAN METODE REPRODUKSI
PENGANTAR SILVIKULTUR
Perencanaan Hutan Berbasis Ekosistem
Ancaman Bagi Keanekaragaman Hayati
Laboratorium Silvikultur dan Agroforestri Fak. Kehutanan UGM 2013
SILVIKULTUR INTENSIF TEKNIK Laboratorium Silvikultur&Agroforestry
PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN
MANUSIA DAN KEHUTANAN LANSKAP
KONSERVASI LANSKAP : BENTANG ALAM EKOSISTEM PESISIR DAN PULAU KECIL
SISTEM PERTANIAN BERSIFAT BUDI DAYA TANAMAN
FUNGSI HUTAN.
PENGUATAN KONSEP EKOLOGI TANAMAN
SISTEM PERTANIAN BERSIFAT BUDI DAYA TANAMAN
PENGELOLAAN SUMBERDAYA MINERAL DAN BATUBARA (Kode MKA: TL )
Sistem agroforestri.
SUKSESI.
Kehutanan serta ilmu-ilmu dasar kehutanan
`KONSERVASI TANAH & AIR` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Konsep Kelestarian Hutan
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
LINGKUNGAN DALAM KAJIAN ETIKA & MORAL
SISTEM PERTANIAN INDONESIA
SUKSESI   NOVIA SARI BIOLOGI NK A ‘13.
KEANEKARAGAMAN HAYATI
FUNGSI POKOK TANAH DALAM USAHATANI BERKELANJUTAN
MINGGU KE 2 DASAR-DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN LINGKUNGAN MENURUT ASAS EKOLOGI DAN PENDEKATAN EKOSISTEM Nieke Karnaningroem.
Lahan Potensial dan Lahan Kritis
HUBUNGAN SEBARAN FLORA DAN FAUNA DENGAN KONDISI FISIK
PENERAPAN KONSEP EKOLOGI
Sejarah Perkembangan Sistem Silvikultur
Oleh: Rahilla Apria Fatma, S.Kom., MT.
Tujuan, Sasaran, dan Aplikasi pengelolaan lingkungan hidup
KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA
ILMU LINGKUNGAN Tujuan Akademis :
DOSEN PEMBIMBING : SITI UMI KALSUMI ST. M,Eng
MANAGING SHORT ROTATION TROPICAL PLANTATIONS AS SUSTAINABLE SOURCE OF BIOENERGY (MANAJEMEN HUTAN TANAMAN BEROTASI PENDEK SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN)
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Kesuburan Tanah Dan Pemupukan
SIFAT UMUM PERTANIAN TROPIS
Perlindungan Hutan 7 VII. MIKORIZA
DINAS KEHUTANAN PROV. SULAWESI SELATAN. “MEWUJUDKAN HUTAN LESTARI, PERKEBUNAN PRODUKTIF MASYARAKAT SEJAHTERA MANDIRI ”
PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA KONSERVASI FLORA DAN FAUNA
REKLAMASI HUTAN dan rehabilitasi das
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Modul 6 KB 1 Ekologi Tanaman.
OLEH : LISNA YOELIANI POELOENGAN A L I M DEDDY
Transcript presentasi:

SILVIKULTUR KTF322 Prasyarat KTF221 Oleh : Suryo Hardiwnoto, Sukirno DP, Adriana dan widiyatno Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada YOGYAKARTA

HUTAN S.A.F. (Society of American Forester) : Suatu asosiasi tumbuhan dimana pohon-pohon atau tumbuhan berkayu secara predominan menempati wilayah luas. Dalam definisi ini perkataan predominan dan luas itu sangat subyektif. DENGLER (1930) : Suatu kumpulan pohon-pohon dapat dikatakan hutan apabila kerapatannya dan luasnya sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan iklim setempat (mikro) serta keadaan ekologis berbeda dengan di luarnya.

HUTAN GABUNGAN SAF dan DENGLER : Suatu asosiasi tumbuhan dimana pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lainnya secara predominan menempati wilayah luas dan keadaannya cukup rapat sedemikian sehingga mampu menciptakan iklim berbeda dengan di luarnya. Ekosistem : suatu sistem di alam yang mengandung organisme (jasad-jasad) dan lingkungan yang saling mempengaruhi; diantara keduanya terjadi pertukaran zat yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.

SUMBERDAYA ALAM HUTAN kumpulan atau asosiasi pohon-pohon yang cukup rapat pada areal yang cukup luas sehingga mampu menciptakan kondisi iklim dan kondisi ekologi yang khas dan berbeda dengan areal diluarnya Kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati Yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya Yang satu dengan lainnya tidad dapat dipisahkan

MANFAAT SUMBERDAYA ALAM HUTAN Manfaat Ekonomi 1. Manfaat lahan/kawasan hutan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan,Industri, dll 2. Manfaat produksi kayu : kayu perkakas dan bangunan, kayu bakar, pulp dan kertas dan industri lain non kayu : buah, bunga, getah, damar, resin, tanin, bahan ekstraktif, bambu, rotan, satwa liar, dll Manfaat Ekologi 1. Menjaga stabilitas daur air di suatu kawasan 2. Menjaga kualitas udara 3. Konservasi sumberdaya genetik, dll

EKOSISTEM HUTAN

EKOSISTEM HUTAN MERANTI

Jenis Perupuk dan Meranti

Jati, tegakan Pinus dan Kopi

Hutan Wisata

Fauna dalam Ekosistem Hutan

Makrofauna Tanah Hutan

BERBAGAI PROBLEMA HUTAN DAN KEHUTANAN 1. Alih fungsi : pertambangan, perkebunan, dll 2. Over Exploitation, illegal logging 3. Bencana alam : kebakaran hutan, letusan gunung, dll

1. Alih fungsi Pada level ekosistem alih fungsi hutan : sdh menjadi tercabik-cabik (terfragmentasi), potensi ekosistem menurun, erosi genetik, s/d ke ambang bahaya. Kegiatan penambangan baik skala besar atau kecil berakibat pada rusaknya lahan, reklamasi dan rehabilitasi tidak mudah dan butuh waktu lama.

Ex-Lahan Tambang Batubara dan Emas

Konversi ke Kebun Sawit, Karet, dll

Kebun Sawit

2. Over Eksploitasi Pembalakan yang berlebihan dan tidak terkendali (logging and illegal logging) : lahan menjadi tidak produktif, potensi tegakan untuk panen yad menurun, potensi sumberdaya genetik juga menurun.

Eksploitasi Hutan Alam

Tebangan dari Hutan Alam

3. Bencana Alam : Kebakaran Hutan Pada saat musim kemarau panjang bencana kebakaran hutan merupakan problema kehutanan yang masih sangat sulit untuk dikendalikan dan diatasi diatasi.

Kebakaran Ekosistem Hutan

Hutan Setelah sekitar 3 th Kebakaran

Bencana Gunung Berapi

Dampak dari Problema Kehutanan potensi tegakan hutan menjadi sangat menurun Data ITTO menyebutkan bahwa produktivitas jenis komersiil hutan alam tropis sangat rendah (0,5-3,0 m3/ha/th) bila dibanding dengan hutan tanaman iklim sedang (4,0-10 m3/ha/th), biaya eksploitasinya sangat mahal (50-200$/m3) dibanding dengan hanya 15-30$/m3; daya saing produk kayu tropis alam adalah rendah.

Akibat Over Eksploitasi

Kerusakan Ekosistem Secara ekologis kerusakan sumberdaya hutan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan telah menimbulkan erosi tanah yang dapat menimbulkan dampak negatip secara luas baik langsung maupun tidak langsung, yaitu :

DAMPAK EROSI TANAH Di tempat terjadinya erosi Hilangnya tanah yang baik dan subur 2. Hilangnya unsur hara dan penurunan produktivitas 3. Berkurangnya lahan untuk menampung dan menyimpan air

DAMPAK EROSI TANAH Di luar tempat terjadinya erosi 1. Endapan lumpur memperkecil daya tampung air di dalam sungai 2. Semakin pendeknya umur waduk/bendungan air 3. Rusaknya lahan pertanian, pemukiman, dan berbagai fasilitas umum, dlsb. 4. Menurunnya kualitas air dan rusaknya ekosistem perairan

Akibat Kerusakan Hutan

Sebuah Gambaran Lahan yang Terdegradasi

Keharusan Pembangunan dan Rehabilitasi Lahan Hutan Problema kehutanan telah menimbulkan kerusakan ekosistem hutan di berbagai wilayah, sampai dengan tingkatan kritis dan sangat kritis sehingga telah menimbulkan berbagai dampak negatip Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pembangunan kembali dan gerakan rehabilitasi lahan kritis. Pembangunan hutan tanaman yang produktif, kompetitif, efisien, sehat dan lestari merupakan pilihan yang seharusnya dilakukan.

PENGERTIAN-PENGERTIAN BAKER (1950)  Silvika: suatu pengetahuan mengenai sifat-sifat hutan dan pohon-pohon hutan; bagaimana pohon-pohon hutan itu tumbuh, berkembang biak dan bereaksi terhadap lingkungannya. Secara praktis hal ini mirip dengan Ekologi Hutan. Sedangkan metode pengelolaan hutan berdasarkan Silvika yang juga mempertimbangkan faktor ekonomi adalah Silvikultur.

Silvika Silvikultur ~ Silvika  banyak berkaitan dengan sifat-sifat biologi individu pohon dan komunitas  misal : bagaimana memperbanyak diri, dan bagaimana lingkungan fisik mempengaruhi sifat-sifat dan kondisi fisiologinya. ~ Silvika mempelajari bagaimana komunitas pohon selanjutnya memodifikasi lingkungan fisik yang mendukungnya serta interaksi vegetasi dan lingkungan fisik dalam perjalanan hutan menjadi dewasa dan berubah sesuai waktu. ~ Silvika menerjemahkan keberhasilan reproduksi serta pertumbuhan tegakan-tegakan hutan dan berbagai jenis pohon yang membentuk tegakan.

Silvikultur adalah salah satu dasar Ilmu Kehutanan. Silvikultur berasal dari kata latin :  Sylva : Hutan  Cultura : Memelihara SMITH (1963) telah menulis berbagai definisi silvikultur a.l. : Seni pembuatan dan pemeliharaan suatu hutan. Penerapan pengetahuan Silviks dalam memperlakukan suatu hutan. Teori dan praktek pengendalian pembentukan, komposisi dan pertumbuhan hutan.  Aspek dasar 2 : kekekalan/ekologis dan ekonomis

Pengertian Silvikultur Suatu ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pembentukan/pembangunan dan pemeliharaan hutan dengan mendasarkan pada pengetahuan silvika sehingga komposisi, struktur dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Manipulasi Lingkungan Silvikultur Intensif Pemuliaan Pohon Manipulasi Lingkungan Perlindung-an Hutan

Faktor lingkungan dianggap penting, bila………… Adanya faktor itu universal (umum) :  Faktor iklim berpengaruh besar pada setiap waktu dan tempat, sedang faktor kebakaran berlaku setempat dan pada waktu tertentu.  Di antara faktor-faktor iklim juga ada perbedaan.  Faktor cahaya lebih penting daripada faktor angin .

Faktor lingkungan dianggap penting, bila………… 2. Faktor-faktor itu dapat diatur :  Faktor cahaya dipandang sangat penting sekali, karena dengan mudah dan cepat dapat diatur. Sebaliknya, faktor suhu sangat penting bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan, namun silvikulturis tidak/belum berdaya untuk mengatur. 3. Faktor itu dalam keadaan kritis :  Setiap faktor dapat menjadi penting apabila berada dalam keadaan kritis.  Faktor kelembaban menjadi faktor penting untuk kehidupan tumbuhan pada musim kering.

Teori Respon Tanaman terhadap Faktor Lingkungan 1. Hukum Minimum Liebig (Liebig’s Law of the Minimum) Pertumbuhan tanaman dibatasi oleh satu sumberdaya pada setiap keadaan. Peningkatan sumberdaya yang lain dapat memberikan dampak pada pertumbuhan tanaman hanya jika keterbatasan sumberdaya yang pertama dibebaskan 2. Teori kompensasi (compensatory theory) Tanaman berkembang untuk mengompensasi ketidakseimbangan sumberdaya, dan pertumbuhan dibatasi secara setara oleh semua sumberdaya bersama-sama

Hukum Minimum vs Teori Kompensasi = HM = TK Produktivitas (g.m-2) Kontrol + N + N & H2O + H2O Perlakuan

Pilar Faktor dalam Ekosistem (Trilogi Faktor Ekosistem) VEGETASI IKLIM TANAH

Faktor Lingkungan Penting dalam Ekosistem Tropis Hujan Suhu Evaporasi Kelembaban Cahaya Angin Tanah miskin hara vs curah hujan tinggi sebaliknya Tanah subur vs kering

TEGAKAN S.A.F. (Society of American Forester) : Tegakan (stand) : suatu kelompok pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan lain yang terdapat pada suatu wilayah tertentu yang cukup seragam susunan spesiesnya, susunan umurnya dan keadaannya sehingga dapat dibedakan dengan kelompok tumbuh-tumbuhan lain yang terdapat di wilayah di dekatnya.  Suatu tegakan tidak selalu harus terdiri dari pohon- pohon.

TEGAKAN BAKER (1950) : Tegakan adalah suatu badan hutan khas, berumur sama, susunannya sama dan memberi kesan umum sama.  Hutan alam pada umumnya tidak seumur dan spesiesnya berbagai macam. Maka dalam hal ini yang penting adalah bahwa di dalam suatu tegakan memberikan kesan umum (general appearance) sama. Tegakan adalah satuan masyarakat hutan.

Silvikultur Meliputi Metode-metode untuk pembangunan dan pemeliharaan komunitas pepohonan dan vegetasi lain yang bermanfaat bagi manusia.  Manfaat tersebut dapat berupa manfaat langsung maupun tak langsung dari pepohonan, air, satwa, vegetasi non-kayu, dan unsur-unsur hara yang terdapat dalam suatu kawasan hutan.

Menurut Nyland (1996) Silvikultur disyaratkan untuk dapat menjamin kelestarian jangka panjang yang berkaitan dengan fungsi-fungsi ekologi, kesehatan tegakan dan produktivitas dari ekosistem sumberdaya alam hutan.

Dasar-dasar Silvikultur ~ Ilmu pengetahuan biologi dan ekologi. ~ Hal-hal yang berkaitan erat dengan masalah sosial-ekonomi dan administrasi.  Faktor-faktor biologi dan ekologi menjelaskan pengaruh-pengaruh yang muncul dari tindakan-tindakan perlakuan pengelolaan yang layak dilakukan pada sebidang lahan kawasan hutan terhadap pertumbuhan dan proses regenerasi jenis-jenis tanaman di dalam tegakan.  Ekonomi dan administrasi menjelaskan analisis-analisis tingkat investasi dan intensitas tindakan manajemen yang layak secara biologi dan ekologi, juga dapat diterima dan layak ditinjau dari aspek sosial-ekonomi dan administrasi.

~ Menurut Nyland (1996), potensi konflik kepentingan antara ekologi, ekonomi dan administrasi harus dapat diselesaikan dalam melaksanakan tindakan-tindakan pengelolaan. ~ Menurut Smith (1986), tugas dari rimbawan adalah bagaimana menganalisis faktor-faktor alam di dalam tegakan dan kondisi sosial-ekonomi di sekitarnya guna menyusun suatu rangkaian tindakan silvikultur yang paling tepat dan paling sesuai dengan tujuan pengelolaan sumberdaya alam hutan yang telah ditetapkan.

~ Menurut Daniel, dkk., (1992), setiap tindakan sivikultur harus dipilih yang secara teknis paling baik dan secara ekonomis paling menguntungkan. ~ Silvikultur juga mempelajari berbagai aspek budidaya tanaman kehutanan mulai dari aspek perbenihan, persemaian, penanaman di lapangan, pemeliharaan sampai dengan pohon siap untuk dipanen, serta aspek penanaman kembali setelah pemanenan. ~ Menurut Daniel, dkk., (1992), tindakan silvikultur tidak hanya untuk mendapatkan produk yang kuantitas dan kualitasnya terbaik, tetapi juga harus mampu memberikan keuntungan yang maksimal.

Perencanaan Proses Pembelajaran Pembelajaran mata kuliah Silvikultur yang berbasiskan PBR merupakan pengembangan materi dan pengembangan perkuliahan yang didasarkan pada pendekatan metode student-centered learning (SCL) dengan memanfaatkan hasil-hasil riset untuk memperkaya dan meningkatkan pemahaman mahasiswa. Riset-riset yang disajikan dalam perkuliahan diharapkan akan memacu mahasiwa untuk : Mencari informasi, Menyusun hipotesis, Mengumpulkan data, Menganalisis data, dan Membuat kesimpulan Atas bidang ilmu yang sedang dipelajarinya, sehingga mahasiswa juga diharapkan akan meningkatkan cakrawala keilmuannya dengan pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing.”. Perkuliahan Silvikultur akan dilaksanakan dalam 14 minggu pertemuan (setiap minggu akan diisi dalam 2 sesi pertemuan, yaitu 100 dan 50 menit), dan diikuti dengan ujian sisipan dan ujian akhir semester.

Tata Waktu Pembelajaran Minggu ke- Pokok bahasan Metode pembelajaran Bahan diskusi 1 Pendahuluan (Kondisi, produktivitas, rehabilitasi hutan, dan definisi Silvikultur) Ceramah; diskusi, Blended learning; dokument asi video/animasi, kuis/tugas Laporan badan statistik, Kementrian Kehutanan, Bahan ajar silvikultur, Teks book silvikultur, dll. 2 Klasifikasi hutan, komposisi dan struktur hutan s.d.a Bahan ajar silvikultur Thojib, A., Y. kimori.1998. Prosiding,dll 3 Hutan monokultur- campuran- seumur dan tak seumur; Pertumbuhan pohon Teks book silvikultur, Bahan ajar silvikultur,dll. 4 Ekofisiologi pohon dan perkembangan perakaran tanaman Bahan ajar silvikultur, dll. 5 1. Tapak (tempat dan lingkungan tumbuh: radiasi cahaya, iklim, tanah, siklus nutrisi dan air) 2. Kompetisi, survival pengaruh kerusakan dan 3. Suksesi Suryanto, dkk. (2005,2007,2010),dll

Lanjutan (tata waktu) Minggu ke- Pokok bahasan Metode pembelajaran Bahan diskusi 6 Regime (Sistem) Silvikultur Sistem Silvikultur Tebang Pilih Ceramah; diskusi, Blended learning; dokument asi video/animasi, kuis/tugas Soekotjo, (2010) Widiyatno, (2008), dll. 7 UJIAN SISIPAN 8 Sistem Silvikultur Tebang Partial dan Tebang Habis s.d.a Widiyatno, (2008), dll. 9 Permudaan, Permudaan Alam dan Permudaan Buatan Bahan ajar silvikultur Suryo Hardiwinoto, (2011), dll . 10 Perbenihan Widiyatno,(2008), dll 11 Persemaian Suryo Hardiwinoto dkk, (2010), dll. 12 Pembuatan Tanaman Hutan Budiadi, dkk (2005), 13 Pertanaman Uji (Uji Jenis, Provenance, dan Genetik.) Widiyatno, dkk (2008). Sapto Indrioko, dkk (2009), dll.

Lanjutan (tata waktu) Minggu ke- Pokok bahasan Metode pembelajaran Bahan diskusi 14 Penjarangan hutan Ceramah; diskusi, Blended learning; dokument asi video/animasi, kuis/tugas Budiadi, dkk (2009), Sukirno, dkk (2002), dll. 15 Sistem Silvikultur pada kawasan konservasi s.d.a Suryanto, et al. (2011),dll 16 Ujian akhir

Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Tingkat kehadiran 75 % (sesuai kesepakatan pada kontrak belajar) Ujian sisipan dan Akhir Kuis Kerja kelompok Tugas mandiri Evaluasi proses pembelajaran 1) Unjuk kerja actual (actual performance) dalam telaah kritis yang disampaikan dalam scenario talkshow maupun dokumentasi dalam video. 2) Respon oral dalam presentasi 3) Respon tertulis baik dalam ujian tulis (ujian tengah semester dan ujian akhir) maupun dalam penugasan 4) Partisipasi aktif dalam komunitas Elisa Distribusi nilai akhir Nilai akhir (gambaran prestasi dan tingkat pemahaman) yang diberikan antara nilai A sampai dengan nilai E. Nilai A (dan B), maka tingkat pemahaman mahasiswa tinggi NilaiC (dan D), maka tingkat pemahaman mahasiswa rendah

Skor setiap aspek penilaian Unsur Penilaian Skor Maks. Presentase Skor x Presentase Pemahaman Ujian sisipan 100 20 Ujian akhir Proses pembelajaran, teamwork dan kreativitas Makalah, seminar dan diskusi 30 Animasi dan video 15 Partisipasi Elisa Pembobotan nilai dan kriteria penguasaannya Nilai Penguasaan materi 76 – 100 A Amat baik 66 – 75 B Baik 56 – 65 C Cukup 46 – 55 D Kurang < 46 E Jelek

TERIMA KASIH Laboratorium Silvikultur dan Agroforestri Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada