Kesukaran Belajar Part II Oleh: Metty Verasari
Kesukaran belajar yang dialami siswa akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa, baik di sekolah, rutinitas keseharian, kehidupan di keluarga, hubungan dengan teman sebaya, bahkan dalam persahabatan dan bermain. Dengan demikian, kesukaran belajar apa pun bentuknya akan menghambat proses belajar siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada aspek-aspek kehidupan yang lain. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:78), terdapat beberapa macam kesulita belajar pada siswa sebagai berikut:
Dilihat dari jenis kesulitannya, kesulitan belajar dikelompokkan menjadi kesulitan belajar ringan, kesulitan belajar sedang, dan kesulitan belajar yang berat. Dilihat dari jenis bidang studi yang dipelajarinya, kesulitan belajar pada siswa dapat berupa kesulitan belajar pada sebagian kecil maupun sebagian besar bidang studi. Dilihat dari sifat kesulitan belajarnya, kesulitan belajar pada siswa dapat berupa kesulitan belajar yang sifatnya menetap atau permanen dan kesulitan belajar yang sifatnya hanya sementara. Dilihat dari faktor penyebabnya, kesulitan belajar pada siswa dapat berupa kesulitan belajar karena faktor integensia dan kesulitan belajar karena faktor non-intelegensi.
Keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam belajar salah satunya dan paling sering digunakan adalah diliat dari prestasi belajarnya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan prestasi bagus dalam bentuk penguasaan terhadap bahan dan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang dapat dilihat pada tingginya perolehan nilai atau hasil evaluasi yang dicapai. Sebaliknya, siswa yang belum berhasil dan mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran akan ditandai dengan rendahnya nilai ujian yang diperoleh.
Guru memiliki tanggung jawab membantu siswa belajar sampai tuntas dan berhasil. Pencapaian ketuntasan dalam proses pembelajaran berdasarkan konsep mastery learning atau belajar tuntas pada umumnya ditetapkan 75%- 90% materi pelajaran dikuasai siswa. Artinya, jika belum mencapai batas yang ditentukan tersebut, siswa harus dibantu sampai mencapai batas yang ditentukan. Hal ini disebabkan pada dasarnya siswa yang memiliki kecakapan normal ketika diberi waktu normal yang cukup untuk menguasai materi pelajaran dengan baik dengan catatan kondisi yang tersedia atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran dalam kondisi menguntungkan (John B. Caroll dalam Sugihartono dkk.,2007:152)
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa hal sbb: Waktu siswa yang tersedia untuk mempelajari materi pelajaran. Usaha yang dilakukan siswa untuk menguasai materi pelajaran. Bakat yang dimiliki siswa Kualitas pengajaran dan tingkat kejelasan penyampaian materi pelajaran yang disampaikan oleh guru Kemampuan siswa untuk mendapatkan dan mengambil manfaat yang optimal dari proses pembelajaran yang diikuti.
Identifikasi kesulitan belajar Kesulitan belaja sulit diidentifikasi secara pasti dengan kasat mata karena meliputi banyak jenisnya, banyak kemungkinan faktor penyebabnya, banyak jenis gejala, serta kemungkinan penanganannya (Wood dkk., 2007:24) Menurut Blassic & Jones dalam Sugihartono dkk. (2007: 153), karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukkan dari beberapa karakteristiknya yang berupa kebiasaan atau behavioral dalam keseharian, cara bicara dan cara berbahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar yang dicapainya. Artinya, kecenderungan siswa yang mengalami kesulita belajar dapat terlihat dari kemammpuan-kemampuan berpikir secara kognitif, sikap keseharian selama di sekolah, dan keterampilan atau perilaku dalam mengikuti aktivitas belajar dan pembelajaran.
Menurut Sumadi Suryabrata dalam Sugihartono dkk (2007: 153- 154), kriteria atau indikator-indikator kesulitan belajar sbb: Grand Level, yaitu apabila siswa tidak naik kelas sampai dua klai secara berturut-turut pada satu kelas yang sama. Misalnya, siswa kelas X SMA tidak naik-naik ke kelas XI sampai dua kali berturut-turut. Age level, yaitu terjadi apabila umur siswa tidak sesuai dengan tingkat kelas pada umumnya. Misalnya, anak umur 12 tahun baru kelas 2 SD. Intelegence level, yaitu terjadi pada siswa yang under achiever, artinya secara potensi siswa yang bersangkutan baik, namun dalam kenyataannya hasil belajarnya selalu berada di bawah potensi yang seharusnya dapat dicapai. Misalnya, sejak kelas X sampai kelas XI nilai matematikanya bagus, namun ketika di kelas XII ternyata nilai matematikanya sangat tidak bagus. General level, yaitu terjadi pada siswa yang secara umum dapat menguasai hampir seluruh mata pelajaran dengan nilai yang baik, namun terdapat kelemahan pada salah satu atau lebih mata pelajaran dengan nilai yang sangat rendah jauh di bawah batas lulus. Maka pada mata pelajaran tersebutlah siswa dianggap engalami kesulitan belajar.