Kenikir Di kalangan masyarakat Jawa dan Sunda, tanaman kenikir sudah tidak asing lagi. Bagi masyarakat Jawa, kenikir banyak digunakan pada makanan seperti pecel dan urap, sedangkan di kalangan masyarakat Sunda tanaman kenikir dimakan mentah untuk lalapan bersama dengan sambal terasi. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) adalah tumbuhan tropika yang berasal dari Amerika Latin tetapi tumbuh liar dan mudah didapati di Florida Amerika Serikat, serta Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Kenikir adalah perdu dengan tinggi 75-100 cm dan berbau khas. Batang tegak, segi empat, beralur membujur, bercabang banyak, dan beruas berwarna hijau keunguan. Buahnya keras, dengan bentuk seperti jarum, ujung berambut, pada waktu masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna coklat. Biji keras, kecil, berbentuk jarum dengan panjang ± 1 cm, dan berwarna hitam. Berakar tunggang dan berwarna putih. Daun kenikir mengandung saponin, flavonoida polifenol, dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol. Pada daun kenikir juga mengandung senyawa yang memiliki daya antioksidan yang cukup tinggi, dengan harga IC50 sekitar 70 mg/L (Lotulung dkk, 2001). Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria). Pemacuan apoptosis merupakan salah satu cara penghambatan karsinogenesis. Selain sebagai makanan, daun kenikir juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, penguat tulang dan pestisida organik pengusir serangga. Begitu banyak manfaat yang terdapat dalam tanaman kenikir. Masih banyak manfaat tanaman lainnya yang sering kita jumpai di sekitar kita dan tanpa kita sadari tanaman tersebut adalah pencegah serta penyembuh alami bagi beberapa penyakit.