02. RAGAM BAHASA 2.1. Standar Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami berbagai ragam bahasa Indonesia 2.2. Kompetensi Dasar : (1) Mahasiswa mampu mema- hami ragam bahasa formal dan nonformal.
(2) Mahasiswa mampu mema- hami ragam bahasa lisan dan tulis. (3) Mahasiswa mampu mema- hami ragam bahasa ilmiah dan sastra. (4) Mahasiswa mampu me- mahami ragam sosial dan fungsional. 2
(5) Mahasiswa mampu mema- hami bahasa Indonesia yang baik dan benar. (6) Mahasiswa mampu mema- hami penggunaan bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
2.3. Indikator (1) Mampu menjelaskan ragam bahasa formal. (2) Mampu menjelaskan ragam bahasa nonformal. (3) Mampu menjelaskan ragam bahasa lisan. (4) Mampu menjelaskan ragam bahasa tulis.
(5) Mampu menjelaskan ragam bahasa ilmiah. (6) Mampu menjelaskan ragam bahasa sastra. (7) Mampu menjelaskan ragam bahasa sosial dan fungsional. (8) Mampu menjelaskan bahasa Indonesia yang baik dan benar (9) Bahasa Indonesia di Pergu- ruan Tinggi
variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik Ragam Bahasa Ragam bahasa variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pe- mbicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menu- rut medium pembicara. (Bachman, 1990)
ragam bahasa (Dendy Sugono, 1999:9), sehubungan dengan Yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa (Dendy Sugono, 1999:9), sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku.
yang berpengaruh terhadap pema- kaian bahasa antara lain faktor Faktor-faktor di luar kebahasaan yang berpengaruh terhadap pema- kaian bahasa antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokul- tural, dan faktor situasi. Perbedaan dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induknya disebut ragam bahasa.
ngan faktor daerah atau letak geo- grafis disebut dialek geografis. Ragam bahasa yang berhubungan de- ngan faktor daerah atau letak geo- grafis disebut dialek geografis. Ragam bahasa yang berkaitan de- ngan perkembangan waktu disebut kronolek. Ragam bahasa yang berhubungan dengan golongan sosial penutur- nya disebut dialek sosial.
ragam bahasa yang biasa digunakan dalam 2.4. Bahasa Formal Ragam bahasa formal ragam bahasa yang biasa digunakan dalam lingkungan resmi, formal, dan kedinasan. Misalkan : lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan, dsb.
Masing-masing ragam memiliki ke- khasannya sendiri. Ragam bahasa formal, ada 2 (dua) : Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis Masing-masing ragam memiliki ke- khasannya sendiri. Ragam lisan formal lebih menitikberatkan kepada pilihan kata, sikap penutur, serta situasi pembicaraan.
lebih menitikberatkan pada pilihan kata (diksi), ejaan, serta format- Ragam tulis formal, lebih menitikberatkan pada pilihan kata (diksi), ejaan, serta format- format yang resmi. H. Yacub Nasucha, dkk. menyampai- kan ciri-ciri ragam formal adalah : 1. Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap. Menggunakan kata ganti resmi. 4. Menggunakan kata baku. 5. Menggunakan Ejaan yang Disempurnakan, dan 6. Menghindari unsur kedaerahan.
kaian ragam bahasa baku tercermin dalam situasi-situasi : Situasi resmi yang menuntut pema- kaian ragam bahasa baku tercermin dalam situasi-situasi : 1. Komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi, surat- menyurat dinas, pengumuman- pengumumam yang dike- luarkan oleh instansi- instansi resmi,
2. Wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi. penamaan dan peristilahan res- mi, perundang-undangan, dsb. 2. Wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi. 3. Pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khot- bah, dsb. 4. Pembicaraan dengan orang lain yang dihormati.
5. Menggunakan ejaan yang disem- purnakan, dan 6. Menghindari unsur kedaerahan. Harimurti Keridalaksana yang di- kutip Hans Lipoliwa dalam Yacun Nasuha, mencatat ada empat fungsi bahasa yang menuntut
penggunaan ragam baku, yaitu : 1. Komunikasi resmi 2. Wacana teknis 3. Pembicaraan di depan umum 4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati
sebagai kerangka acuan. Bahasa baku memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu : pemersatu, penanda kepribadian, penambah wibawa, dan sebagai kerangka acuan.
nakan dalam situasi yang tidak resmi, dalam situasi yang santai, 2.5. Bahasa Nonformal Ragam bahasa nonformal digu- nakan dalam situasi yang tidak resmi, dalam situasi yang santai, sehingga menimbulkan keakrab- an antara para pemakai bahasa. Yang paling penting dalam komunikasi nonformal adalah
komunikatif, saling memahami dan tidak terjadi kesalahan komunikasi. Ragam nonformal lisan dipakai untuk : (1) Berbicara sehari-hari dirumah (2) Bergunjing (3) Bercerita (4) Mengobrol
Ragam nonformal tulis dipakai untuk : (1) Menulis surat kepada kerabat (2) Menulis surat kepada teman (3) Menulis surat kepada pacar (4) Menulis catatan harian `
bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. 2.6. Ragam Lisan Ragam lisan bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Ragam lisan yang standar, misalnya : berpidato, memberi sambutan, ceramah,
Ragam lisan non standar, misalkan percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non for- mal lainnya. Ciri-ciri ragam bahasa lisan (baku) : a. Memerlukan kehadiran orang lain, b. Unsur gramatikal tidak diungkap- kan secara lengkap. c. Terikat ruang dan waktu d. Dipengaruhi oleh intonasi suara.
urusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam lisan, kita ber- urusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat meman- faatkan tinggi rendahnya suara atau tekanan, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
kan menjadi dua bagian, yaitu : Ragam lisan baku Ragam bahasa lisan dapat dibeda- kan menjadi dua bagian, yaitu : Ragam lisan baku digunakan di dalam situasi-situasi formal, misal di lembaga pendi- dikan, lembaga pemerintahan. ragam lisan nonbaku digunakan di dalam lingkungan yang tidak resmi, misal di pasar.
2. Tidak terikat ejaan bahasa Indonesia, tetapi terikat Ciri-ciri Ragam Bahasa Lisan (non baku) 1. Langsung. 2. Tidak terikat ejaan bahasa Indonesia, tetapi terikat situasi pembicaraan. 3. Tidak efektif. Dalam berkomunikasi, sese- orang kadang-kadang meng- gunakan bahasa sehari-hari.
Dalam berkomunikasi, seseorang ter- kadang menggunakan bahasa yang 4. Kalimatnya pendek-pendek. Dalam berkomunikasi, seseorang ter- kadang menggunakan bahasa yang orang lain sudah mengetahuinya. 5. Kalimat sering terputus dan tidak lengkap. 6. Lagu kalimat situasional. Dalam berkomunikasi, sese- orang terkadang harus me- ngerti situasi yang ada pada orang yang diajak bicara.
bahasa yang ditulis atau yang tercetak. 2.7. Ragam Tulis Ragam tulis bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulispun dapat berupa ra- gam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pe- lajaran, majalah, surat kabar.
Ciri- ciri ragam bahasa tulis : a. Tidak memerlukan kehadiran orang b. Unsur gramatikal dihadirkan secara lengkap Tidak terikat ruang dan waktu Dipengaruhi oleh tanda baca dan ejaan. Menurut Kunjana Rahardi, yang di- maksud dengan ragam tulis adalah
ragam bahasa yang hanya tepat mun- cul dalam konteks tertulis. Bahasa Indonesia dalam ragam tulis harus sangat cermat dalam pemakai- an tanda baca, dalam pemakaian eja- an, dalam pemilihan kata, frasa, dan klausa, dalam penulisan maupun para- graf, dan sebagainya.
CIRI-CIRI RAGAM BAHASA TULIS (1) Santun (2) Efektif (3) Bahasa disampaikan sebagai upaya komunikasi satu pihak (4) Ejaan digunakan sesuai dengan pedoman (5) Penggunaan kosa kata pada dasarnya sudah dibakukan
2.8. RAGAM BAHASA ILMIAH Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar. Ragam ini lazim digunakan untuk proses mengomunika- sikan kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.
Secara umum bahasa keilmuan me- miliki ciri- ciri sebagai berikut : 1. Bahasa ilmu itu lugas dan cermat, menghindari segala macam kesa- maran dan ambiguitas. Lugas artinya langsung mengenai sasaran, tanpa basa-basi.
Cermat artinya berusaha un- tuk melakukan sesuatu tanpa salah atau cacat. 2. Bahasa ilmu itu gayanya ekono- mis, yaitu haruslah padat isi dan bukan padat kata. 3. Bahasa ilmu itu objektif dan berusaha tidak memperlihat-
kan ciri perseorangan sehingga wujud kalimatnya sering terle- pas dari keakuan si penulis. 4. Bahasa ilmu itu mengutamakan informasi bukan imajinasi yang menjadi ciri khas bahasa kesusastraan.
5. Bahasa ilmu cenderung memba- kukan makna kata, ungkapan bahkan bisa muncul istilah- istilah khusus (jargon) dalam setiap bidang ilmu. Widjono Hs, mengungkapkan ciri ragam bahasa ilmiah se- bagai berikut :
1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas. 2. Struktur wacana bersifat formal, mengacu kepada standar konvensi naskah. 3. Singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.
4. Cermat dalam menggunakan unsur baku istilah/kata, ejaan bentuk kata, kalimat, paragraf, wacana. 5. Cermat dan konsisten mengguna- kan penalaran dari penentuan to- pik, pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampai dengan kesimpulan dan saran.
6. Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu. 7. Objektif dapat diukur kebenar- annya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk personal, dan ungkapan subjektif.
8. Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, permasalahan, tujuan, pena- laran, istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, hasil analisis, sampai dengan kesim- pulan dan saran.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ra- 2.9 Ragam Sastra Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ra- gam bahasa sastra banyak menggunakan kalimat-kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna ko- notasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra, ini dilakukan agar tercipta pencitraan didalam imajinasi pembaca.
Ragam ini lebih mengutamakan unsur- unsur keindahan seni, penulis cende- rung menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur intrinstik dan ektrinstik, misalnya dalam roman, novel, cerita pendek. Bahasa sastra merupakan salah satu fenomena bahasa dalam sosiolinguistik.
2.10 Ragam Sosial dan Fungsional Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang seba- gian norma dan kaidahnya dida- sarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berda-
sarkan hubungan orang, misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab, dan atau sebaya, serta ting- kat status sosial orang yang men- jadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang tak- kan sama dalam menyebut
lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya kedu- dukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut ”kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman, tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsional, sering ju- ga disebut ragam profesional merupakan ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lem- baga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Contoh, yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi, dan lain-lain. Kesemuanya ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.
secara terpisah, yakni bahasa In- donesia yang baik dan bahasa yang Baik dan Benar Ada dua hal yang harus dijelaskan secara terpisah, yakni bahasa In- donesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia
yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembicaraan. Dalam setiap komunikasi bahasa selalu melibatkan dua pihak yang lazim disebut sebagai komu- nikator dan komunikan. Situasi dan kondisi pembi- caraan antara komunikator
dan komunikan inilah yang menye- babkan apakah bahasa yang mere- ka pergunakan itu baik atau tidak. Ada berbagai varian situasi yang menuntut norma kebahasaan yang berbeda. Ada situasi yang sedang duka cita, situasi darurat
situasi khusu, situasi santai, situasi kekeluargaan yang akrab, dan sebagainya. Hampir semua situasi tesebut menuntut penggunaan bahasa yang sesuai dangan konteks sosialnya.