Tumor Hidung dan Sinus Paranasalis
Tumor jinak dan tumor ganas hidung & sinus paranasal jarang tjd, tetapi perlu diketahui utk: Membedakan tumor jinak atau ganas Mengenali gejala dini tumor ganas dirujuk ke dokter THT
Tumor jinak pada hidung & sinus paranasal Osteoma Ossifying fibroma (fibrous dysplasia) Papilloma Hemangioma Tumor ganas pada bagian luar hidung: Basal cell carcinoma (Rodent ulcer) Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Melanoma maligna
Tumor ganas pada hidung & sinus paranasal Dari Epitel: Squamous Cell Carcinoma Adeno Carcinoma Adeno Cystic Carcinoma Undifferentiated Carcinoma Dari Mesenkhim: Osteo Sarcoma Chondro Sarcoma Lymphoma Maligna 57% 18% 10%
Osteoma Ossifying Fibroma Proliferasi tulang padat pada sinus Frontalis dan sinus Ethmoidalis Sefalgia, sinusitis berulang, rasa tertekan pada orbita Dx: X-foto Tx: observasi - operasi Ossifying Fibroma Penonjolan unilateral tulang wajah Berasal dari periosteum atau periodontal membran Anak atau dewasa (usia 20-40 th) Wanita > pria Mandibula > maksila Tx: operasi untuk kosmetik
Fibrous dysplasia Mrp defek perkembangan atau metaplasia fibro-oseus Banyak pd dekade I Perempuan > Laki-laki Maksila > mandibula Dx: X-foto Tx: operasi
Kista dentigerus/folikuler Kista otontogenik Unilokuler, mahkota tempat asal kelainan yg belum mengalami erupsi menghadap ke kista Sebab: akumulasi cairan diantara reduksi enamel epitel dan enamel permukaan gigi Klinis: benjolan pd mandibula/maksila Dx: X-foto (AP/lat, panoramik, Eisler, Water’s) Tx: operasi (ekskokleasi)
Kista Radikuler Kista odontogenik berasal dari inflamasi yang disebabkan berasal dari karies akibat rangsangan kronik, terbentuk granuloma di tulang rahang sekitar akar gigi yg kmd mengalami nekrosis di bag sentral shg tjd kista infeksi unilokuler Kista menghadap ke akar gigi (srg di premolar & molar) Dx: X-foto Tx: operasi
Papilloma Hemangioma Inverted papilloma Orang tua Sering residif ganas (squamous cell carcinoma) Mirip polip nasi Dx: biopsi Tx: operasi Hemangioma Kongenital Epistaksis, buntu hidung
Basal cell carcinoma (Rodent Ulcer) Usia 60-70 th Mula-mula nodul lunak, retraksi di tengah, tumbuh lambat kmd meluas ke sekitarnya dan infiltrasi ke jar di bawahnya Tidak metastase Dx: biopsi Tx: operasi
Keratinizing squamous cell carcinoma Mula-mula nodul lunak utk waktu yg lama, mendesak, tumbuh cepat, terjadi ulserasi Cepat tjd metastase ke limfonodi Dx: biopsi Tx: operasi
Melanoma maligna Kanker kulit yg paling sering Usia 20-60 th Seperti tahi lalat bertambah luas dg cepat, berbentuk benjol, dapat membentuk satelit di sekitarnya Tjd metastase Pd bagian luar hidung, septum nasi Epistaksis Konsultasi dg ahli penyakit kulit Hindari biopsi Operasi radikal secepat mungkin, dilanjutkan kemoterapi
Tumor ganas sinonasal
Semua jenis tumor ganas penanganannya sama 3% tumor ganas daerah kepala & leher Peringkat no. 2/3 di bidang THT Letak tumor & kemungkinan perluasannya: Sinus maksilaris : 60% Rongga hidung : 20% Sinus etmoidalis : 15% Vestibulum nasi : 4% Sinus frontalis & sfenoid : 1% Laki-laki : wanita = 2 : 1
Etiologi: Pasti ??? Kelainan/kerusakan konstitusi genetik Tumor ganas sinus maksilaris byk pd org Jepang Karsinogenik kimiawi Kerusakan gen yg mengatur pertumbuhan & diferensiasi sel (proto-onkogen onkogen) Langsung (direct acting carcinogen) Gas mustard Tak langsung (pro carcinogen) Ion radium, isopropil alkohol Lingkungan hidup (85% kanker ok/ pengaruh lingkungan hidup) Terutama pd industri/pabrik: kayu, nikel (debu nikel), krom, sepatu, arloji, batere, pemutih, gelas, bahan penyamak kulit
Letak tumor & prognosisnya Suprastruktur Mesostruktur Infrastruktur Sebileau’s Three Planes Level I ke level II prognosis makin jelek
Ohngren’s Plane Anterior prognosisnya baik Posterior prognosisnya jelek
Gejala tumor ganas pd hidung & sinus paranasal Untuk waktu agak lama tanpa keluhan sehingga diagnosis dini sulit Gejala awal yg perlu diperhatikan Usia lanjut Obstruksi nasi unilateral Rinore unilateral Epistaksis unilateral Foetor nasi Hipoestesi cabang N. Trigeminus Rasa tertekan wajah & kepala
Gejala perluasan tumor ke jaringan sekitarnya Sefalgi perluasan ke intra kranial Gangguan gerakan bola mata Pendesakan bola mata Pembengkakan daerah medial canthus, palpebra, pipi, palatum dan alveolar Gigi rahang atas goyang Pembesaran limfonodi regional
Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan THT Endoskopi Biopsi diagnosis pasti X-foto (Water’s, skull lateral, Rheeze), CT scan, MRI Konsultasi dg ahli penyakit mata dan saraf Dicari metastasis jauh Sistem TNM
Klasifikasi TNM T1 : tumor pada sinus maksilaris (antrum) T2 : infrastruktur, palatum durum, hidung T3 : etmoid, dinding posterior sinus maksilaris, dasar orbita, pipi (bukal) T4 : rongga orbita & struktur lain di sekitarnya
Stadium TNM Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium I T1 Stadium II T2 Stadium III Stadium IV T4 N0,1 Any T N2,3 Any N M1
(tergantung jenis, lokalisasi & perluasan) Diagnosis banding Infeksi sinus paranasalis dan komplikasinya Tumor jinak rongga hidung dan sinus paranasal Terapi (tergantung jenis, lokalisasi & perluasan) Operasi Rinotomi lateral Maksilektomi parsial Maksilektomi total Maksilektomi total + eksenterasi bulbi Radiasi Post operasi 6000 Rad Sebagai paliatif Kemoterapi Dengan terapi yg tepat 5 ysr 30-40%
KARSINOMA NASOFARING
Tumor koli Penderita KNF
KNF perlu diketahui oleh Dokter Umum, O.K.: Sering dijumpai di Indonesia Tumor ganas terbanyak di bidang THT Sebagian besar awalnya datang pd dokter umum Sebagian besar datang sdh dlm kondisi stadium lanjut (95%) Dr perlu ceramah KNF ke masyarakat (pedesaan)
Anatomi Nasofaring = rinofaring = epifaring Ruang yg terletak langsung di bwh tengkorak, di belakang kavum nasi, di atas palatum anterior : koane / nares posterior posterior : setinggi kolumna vertebra C1-2 inferior : dinding atas palatum mole superior : basis kranii (os occipital & sfenoid) lateral : fossa Rosenmülleri kanan & kiri
Anatomi
Anatomi fosa Rossenmülleri – resesus faringealis epitel peralihan foramen laserum aliran limfe tdk mengindahkan garis tengah tubuh metastasis ke leher kontralateral
Tumor ganas nasofaring (TGN) adalah keganasan yang berasal dari epitel mukosa, jaringan penyangga / lunak atau kelenjar yang terdapat pada nasofaring ♂ : ♀ = 2 : 1 Umur rata-rata = 30 – 50 th
Etiologi Virus Epstein Barr (EBV) Bahan karsinogenik (nitrosamin, dll) Genetik (ras HLA) Lain2 : Iritasi menahun - asap - panas, pedas - radang kronis (nasofaringitis kr) Sosial-ekonomi
Lokalisasi fosa Rosenmülleri (>>>) sekitar tuba Eustachius dinding belakang nasofaring atap nasofaring
Klasifikasi KNF (WHO, 1097) Ada 3 tipe : Karsinoma sel skuamosa dg pembentukan bahan tanduk = WHO tipe 1 (diferensiasi baik, sedang dan jelek) Karsinoma sel skuamosa tanpa pembentukan bahan tanduk = WHO tipe 2 Karsinoma tanpa diferensiasi (undifferentiated Ca) = WHO tipe 3 (karsinoma sel transisional & limfoepitelial)
Berdasarkan Patologi Anatomi keganasan di nasofaring dapat berupa : Karsinoma nasofaring Adenosarkoma Karsinoma adenokistik (= silindroma) Jenis yang lain : - melanoma maligna - limfoma maligna Bentuk & cara tumbuh: endofitik (>>), ulseratif, eksofitik
Anamnesis & Gejala Klinik Gejala dini: Telinga : mendenging/grebek2 (tinitus), pendengaran menurun, otalgi Hidung : pilek lama, ingus/dahak campur darah, buntu hidung
Gejala lanjut: Ekspansif: ke depan menutup koane buntu hidung ke bawah mendesak palatum “bombans” palatum mole
Infiltratif: ke atas melalui foramen laserum ke endokranium sindroma petrosfenoidal, gejala : sakit kepala paresis N. VI (m. rektus lateralis) → strabismus, diplopi paresis N. V & cabang2nya → trigeminal neuralgi paresis N. III, IV → ptosis & oftalmoplegi
ke samping lewat foramen jugulare, atau spatium parafaring sindroma parotidean, gejala : parese N. IX, X → sulit menelan, regurgitasi, bindeng Paresis N.XI kelemahan otot bahu/leher paresis N. XII → deviasi lidah, ggn menelan
Perlu pem. neurologis gejala intrakranial untuk menentukan adanya paresis / paralisis N. I – XII (kanan, kiri, atau keduanya) gejala intrakranial
Pem.lokal nasofaring R.A. R.P. Nasofaringoskopi (+ biopsi)
Pem. Leher metastasis ke kel. GB leher ? Paling sering metastasis ke kel GB servikalis profunda laterokranialis Lokasi : kaudal dari ujung mastoid dorsal dari angulus mandibula medial dari m. sternokleidomastoideus Tumor leher (65-85%) keluhan tersering pdrt datang berobat ke dokter
Sign & symptoms of NPC
Waspada TGN bila dijumpai TRIAS GEJALA Tumor leher Gejala telinga Gejala hidung Gejala intrakranial Gejala telinga Gejala hidung Tumor leher Gejala intrakranial Gejala hidung
Pemeriksaan radiologis Tujuan menentukan: Lokasi, besar / luas tumor primer invasi tumor ke organ sekitar adanya destruksi tulang dasar tengkorak metastasis ke KB leher metastasis jauh stadium tumor
Pem. radiologi yaitu : foto tengkorak (AP, lateral, dasar tengkorak, Water’s) CT scan / MRI foto torak (PA) metastasis ke paru? USG abdomen metastasis ke hepar? bone scintigraphy metastasis ke tulang?
Tumor nasofaring CT Scan
Diagnosis A. Diagnosis klinik 1. umur (biasanya usia tua > 40 th) 2. gejala klinis dini / lanjut 3. pemeriksaan lokal tumor di nasofaring 4. radiologis mass di nasofaring B. Diagnosis histopatologis (Dx pasti) - biopsi nasofaring sel ganas + (WHO tipe 1,2 / 3) C. Diagnosis serologis : IgA anti VCA, IgA anti EA
Diagnosis banding angiofibroma nasofaring juvenilis adenoid persisten TBC nasofaring
Terapi Prognosis Radioterapi dosis : 6600 – 7000 rad Sitostatika (neoajuvan, konkuren, ajuvan kemoterapi) mis.: cisplatin, carboplatin, 5 – FU, bleomisin, paclitaxel, docetaxel Prognosis Stadium dini 5 ysr: 70 – 80 % Stadium lanjut 5 ysr : 15-25%
Angiofibroma Nasofaring Juvenilis
Angiofibroma Nasofaring Juvenilis (ANJ) Tumor jinak yg berasal dari dinding nasofaring Tumor tumbuh ekspansif ke sekitarnya, progresif, mudah berdarah perdarahan hebat dari hidung dan mulut klinis ganas
ANJ
ANJ cenderung tumbuh & ekspansi keluar nasofaring Anterior ke rongga hidung, sinus maksila & etmoid, rongga orbita Inferior tumor menekan palatum mole (“bombans’), ke meso/orofaring ( obstruksi jln napas atas)
Superior ke intra kranial yaitu: - ke sinus sfenoid, lalu ke fosa pituitari, menekan sinus kavernosus - ke fosa kranii anterior (melalui lamina kribrosa) Lateral ke fosa infra temporalis
Vaskularisasi tumor terut. dr cab a. maksilaris interna & a. faringealis asenden
Makroskopis Tumor berbentuk oval/bulat, berlobus-lobus, kadang bertangkai Konsistensi padat kenyal, diliputi mukosa Warna kemerahan, atau merah-ungu Berbatas jelas
Histopatologi tumor t.d. stroma dgn sel2 fibroblas & sejumlah serat2 kolagen, ditemukan banyak pembuluh darah seperti kapiler berukuran besar tanpa tunika muskularis Gejala utama epistaksis profus
usia 10 -17 th (pubertas, dekade 2) jarang > 25 th Laki >>> wanita usia 10 -17 th (pubertas, dekade 2) jarang > 25 th bertambahnya usia (> 20-25 th) tumor mengecil (teoritis) 0,05% dari tumor Kepala Leher Angka kejadian 1:5.000 s.d 1:50.000
Etiologi Belum pasti Teori: Teori jaringan tempat asal tumor Pertumbuhan abnormal jar. paraganglionik di sktr bag. akhir a. maksilaris interna (nutrisi utama) Pertumbuhan jar. fibrokartilago embrionik & korpus sfenoid yg tjd sblm wkt osifikasi tlg kepala
Periostium ventral ddg posterior nasofaring tdk bisa mjd tlg yg semestinya tjd hipertrofi jaringan akibat peningkatan hormon pertumbuhan Pertumbuhan fasia basalis yg terbentuk dr pertemuan aponeurosis faringeal & fasia bukofaringeal dekat dasar tlg kepala
Teori Hormonal Gangguan keseimbangan hormon androgen & estrogen Pemberian estrogen menurunkan ukuran tumor & mengurangi kecenderungan perdarahan Pemberian testosteron meningkatkan ukuran tumor
sistem pituitari androgenital
Lokasi atap nasofaring (plg sering), dinding lateral nasofaring Tumor tumbuh relatif cepat memenuhi nasofaring ke struktur sekitar
Anamnesis Hidung buntu (uni/bilateral) Epistaksis berulang, profus (bisa sampai anemi) Sakit kepala (o.k. blokade sinus paranasalis vacum sinus headache) Hidung / wajah membengkak 10-18%
Nasofaringoskopi
Pemeriksaan Klinis R.A. massa kemerahan / ungu di hidung RP massa di nasofaring Tumor ekspansi ke sekitarnya : - mesofaring massa di mesofaring, palatum mole “bombans” - rongga orbita protopsis (10-15%) - sinus maksila maksila membengkak - fosa pterigopalatina mass di pipi (infratemporal) - intra kranial (sefalgi)
Radiologi Foto plain : Waters, skull AP/Lat, basis kranii Arteriografi CT Scan / MRI
Diagnosis Laki2, usia pubertas Ax : hidung buntu, epistaksis berulang & profus Pem. klinis : tumor nasofaring dgn permukaan licin, warna kemerahan / ungu Radiologis (CT Scan / MRI) massa tumor di nasofaring (ekstensi ke sekitarnya)
Staging ANJ Menurut Session (1981), di revisi Radkowski (1996) : Std I : tumor terbatas di nasofaring Std II: tumor meluas ke rongga hidung &/ sinus sfenoid Std III: tumor meluas ke sinus maksila, etmoid, fosa pterigomaksila, fosa infratemporal, orbita Std IV : tumor meluas ke intrakranial
Menurut Fish (1983), direvisi oleh Andrews (1989): Staging ANJ Menurut Fish (1983), direvisi oleh Andrews (1989): Std Ia : tumor terbatas di nasofaring &/ kavum nasi Std Ib : perluasan kedalam satu/lbh sinus paranasal Std IIa: perluasan minimal kedalam fosa pterigomaksila Std IIb: ke fosa pterigomaksila disertai penekanan ke depan dinding posterior antrum sinus maksila, ekstensi ke atas erosi tlg orbita Std IIc: perluasan ke fosa pterigomaksila Std III: perluasan ke intrakranial
TERAPI Operasi (treatment of choice) - Std Ia : transpalatal - Std Ib, IIa : transpalatal ± RL - Std IIb: RL diperluas dg membelah bibir atas - Std IIc: RL diperluas membelah bibir atas + maksilektomi posterior & medial ± embolisasi / ligasi A.Karotis ekst. pra bedah Radiasi & / hormon untuk Std III, tumor sgt besar, tumor residif (kecil) Hormon estrogen : Dietil-stilbestrol (5 mg/hari, selama 2-3 bln) Folliculin (estrogen sintetis) Tujuan : mengecilkan tumor
Contoh kasus ANJ CT scan
dgn pendekatan transpalatal Operasi ekstraksi ANJ dgn pendekatan transpalatal Insisi mukosa palatum bentuk U
Memisahkan mukosa & otot dari tulang flap mukosa palatum Fiksasi flap palatum ke anterior
Tulang palatum durum di potong dgn pahat tampak / teraba tumor Tumor dipegang dgn tang khusus tumor di ekstraksi
ANJ
Prognosis Stadium dini → baik Stadium lanjut (perluasan ke rongga tengkorak) jelek
TERIMA KASIH
Karsinoma Tonsil
Insidens Barat: Indonesia: Usia tersering: laki-laki:perempuan = 4:1 laki-laki:perempuan hampir sama kebiasaan makan sirih bagi perempuan Usia tersering: 50 – 70 th
Etiologi ??? Faktor predisposisi: Perokok, peminum alkohol, pemakan sirih Iritasi lokal, suka minum panas, infeksi Higiene mulut yg kurang baik Defisiensi nutrisi atau besi
Histopatologi Asal: struktur epitelial dan struktur limfoid Karsinoma sel skuamosa diferensiasi baik Karsinoma anaplastik yg berdiferensiasi jelek
Diagnosis Stadium awal: tidak khas Keluhan tergantung pd: Besarnya tumor Ada tidaknya ulserasi
Anamnesis Awal: Lanjut: Gangguan menelan rasa tak enak/sakit/perasaan menusuk waktu menelan makanan Kadang ada darah pada saliva Nyeri yang menjalar pd telinga Lanjut: Trismus Hipersalivasi Foetor ex ore
Pemeriksaan Tipe eksofitik menyebar secara superfisial Tipe ulseratif infiltrasi dalam Pemx faring-tonsil rutin: Tumor tampak Biasanya pada 1 tonsil saja Pemx dg kaca laring: Perluasan ke pangkal lidah, arkus anterior-posterior Palpasi dg jari telunjuk Ada tidaknya fiksasi palatum atau lidah Pemx rinoskopi posterior Ekstensi ke nasofaring, permukaan atas palatum mole
Diagnosis pasti: biopsi Tumor tumbuh secara eksofitik Akan memenuhi seluruh orofaring Timbul sesak nafas trakeotomi Stadium lanjut: Metastasis ke kelenjar limfe leher Metastasis jauh: Paru, mediastinum, tulang dan hepar Diagnosis pasti: biopsi
Penatalaksanaan terapi Dasar: atas stadium tumor Stadium I dan II: operasi ekstirpasi tumor + radiasi Stadium III dan IV yang operable: operasi + kemoterapi + radiasi Operasi: Reseksi tumor Kombinasi dg diseksi leher radikal
Karsinoma Tonsil Anamnesis: Pemeriksaan: Terapi: Sakit menelan, ludah ada darah Usia > 50 th Perokok, peminum alkohol, pemakan sirih Pemeriksaan: Tumor pada tonsil unilateral Palpasi leher, pangkal lidah Biopsi Terapi: Operasi Radioterapi Kemoterapi
Karsinoma Laring
Sering terjadi pd penderita berusia > 40 th Laki-laki > wanita Tumor ganas ke-3, setelah tumor ganas nasofaring dan hidung/sinus paranasalis Sering terjadi pd penderita berusia > 40 th Laki-laki > wanita 76% dari korda vokalis Gejala dini: suara parau Tapi sering datang pd stadium lanjut Dengan penanganan tepat dan cepat, keganasan pada traktus aero-digestivus yg paling: kurabel prognosis paling baik
Etiologi Pasti: ??? Kelompok resiko tinggi: Perokok dan peminum alkohol Supra Glotis Glotis Sub Glotis
Diagnosis Anamnesis: Suara parau ok/ Tidak dapat merapatnya korda vokalis Gangguan getaran pd waktu fonasi Suara kasar afoni tergantung dari beratnya gangguan Tumor korda vokalis suara parau menetap gejala dini Tumor supra/subglotik suara parau gejala lanjut atau tidak parau sama sekali
Sesak nafas & stridor inspirasi gejala std lanjut ok/ Tumor > Akumulasi debris & sekret Fiksasi korda vokalis sesak & stridor waktu bekerja waktu istirahat kompensasi sesak setelah lumen tertutup > 80%
Nyeri pd tenggorok dan disfagia tumor supra glotis Batuk + darah ok/ ulserasi pd tumor Gejala umum: berat badan
Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Leher: t.a.a, terutama pd fase dini metastase ke kel. limfe leher tumor koli Tergantung letak tumor: Di glotis kel. limfe sedikit metastasis servikal lambat / jarang Di supraglotis & subglotis kel. limfe +++ metastasis > dini
Tumor Coli
Pemeriksaan laring Pemeriksaan laring secara tidak langsung Kaca laring dan lampu kepala Gambar laring tampak pd kaca laring Pemeriksaan laring secara langsung Laringoskopi direkta: Kaku (rigid) Fleksibel (fiber optic) Mikrolaringoskopi (dg mikroskop) Lokasi / besar / ekstensi tumor Gerakan korda vokalis / biopsi
Tumor Laring Normal (dg FOL) Ca Laring (dg FOL)
Pemeriksaan radiologis Foto jaringan lunak leher dari AP / lateral Paling sederhana lihat lumen trakea deteksi tumor trakea / laring Laringografi Dengan kontras melapisi dinding laring dan hipofaring, informasi ttg permukaan laring dan perluasan tumor Kerugian: Alergi kontras Keamanan penderita dg problem ggn jalan nafas Tomografi t.u proyeksi frontal Korda vokalis, plika ventrikularis dan ventrikel Waktu fonasi, resp. tenang & manuver Valsalva Lesi di bawah korda vokalis
Diagnosis pasti: Diagnosis banding: CT scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Lebih efektif dan akurat Hub. anatomi tumor laring dg jaringan sekitar Perluasan tumor Diagnosis pasti: Biopsi PA: karsinoma sel skuamosa (sering) Diagnosis banding: Tuberkulosis laring Tumor jinak laring (fibroma, papiloma)
Penatalaksanaan Trakeotomi, bila sesak Pembedahan: Radioterapi Laringektomi parsial (LP) Laringektomi total (LT) dg: Diseksi leher fungsional (DLF) Diseksi leher radikal (DLR) Radioterapi Kemoterapi
Penatalaksanaan tergantung stadium tumor dan Keadaan Umum penderita Std I : radiasi, bila gagal LT/LP Std II : LT Std III : N1 LT kelj >> kombinasi dg DLF/DLR + radioterapi Std IV : tanpa N/M LT + DSF + radioterapi dg N/M radioterapi + kemoterapi
Stoma
Rehabilitasi suara: Untuk memperbaiki kualitas hidup penderita: Dg alat bantu: vibrator di submandibula Melatih suara dari esofagus (esophageal speech)
Diagnosis Karsinoma Laring Anamnesis: Suara parau > 2 minggu Usia > 40 th Disfagia Perokok Peminum alkohol Pemeriksaan: Suara parau Sesak nafas (std lanjut) Lihat laring dg: Laringoskopi indirek Laringoskopi direk / fiber optic / mikrolaring Biopsi & membuat peta tumor
Terapi: Trakeotomi, bila sesak nafas Operasi: Radioterapi kemoterapi Laringektomi parsial Laringektomi total Diseksi leher fungsional / radikal Radioterapi kemoterapi
Daerah Gejala Diagnosis Lnn. Prognosis Supraglotis Sesak Lambat ++ Jelek Glotis Parau Dini - Baik Subglotis
Karsinoma Esofagus
Paling panjang pd 1/3 bagian tengah esofagus Dapat juga pada 1/3 bagian distal Sering terjadi pd usia dekade ketujuh Jarang pada usia < 40 th
Histologis Karsinoma sel skuamosa (paling sering) Adenokarsinoma (1/3 esofagus distal) penjalaran tumor primer lambung Leiomyosarkoma dan rhabdomyosarkoma (jarang)
Etiologi Pasti: ??? Faktor yg berhubungan erat: Faktor predisposisi: Makanan / minuman panas, pedas atau bersifat karsinogenik (zat nitrosamin) Merokok Peminum alkohol Faktor predisposisi: Akhalasia, hernia hiatus, striktur ok/ bahan kaustik
Diagnosis Anamnesis Gejala dini: disfagia pada daerah servikal sering terlewatkan dinding esofagus elastis Baru terpikirkan bila timbul obstruksi total berat badan menurun Batuk-batuk, ok: Regurgitasi aspirasi Invasi tumor pd trakea atau bronkus
Pemeriksaan Laringoskopia direkta Esofagoskopia Bronkoskopia Penumpukan sekret pd daerah hipofaring obstruksi esofagus Paralisa pita suara penetrasi transmural pd n.rekurens Esofagoskopia Mukosa tidak rata Tumor dg permukaan tdk rata & mudah berdarah, lihat lokasi dan perluasan tumor Bronkoskopia Bila curiga perluasan tumor pd trakea / bronkus
Diagnosis pasti: biopsi tumor Radiologis Esofagogram Foto esofagus dg kontras Barium overflow ke trakea kontras yg dpt diserap Tampak filling defect ulkus, penyempitan lumen atau gangguan peristaltik CT scan dan MRI Diagnosis lebih tepat Diagnosis pasti: biopsi tumor
Penatalaksanaan Pembedahan Radiasi Kemoterapi Perbaiki intake makanan: Tidak memuaskan ok/ biasanya pd std lanjut Std dini: operasi enbloc esophagotomy Std lanjut: paliatif dg op end to end esophago gastrostomy Radiasi Diberikan pra bedah atau pasca bedah Sebagai terapi atau paliatif Kemoterapi Perbaiki intake makanan: Sonde lambung Pemasangan pipa Celestin dlm esofagus gastrostomy
Metastasis Ke kelenjar limfe regional dan supraklavi-kular Metastasis jauh: hati, paru dan tulang
Karsinoma Esofagus Anamnesis: Pemeriksaan: Terapi: Disfagia pada usia > 40 th Muntah BB turun Batuk ok/ aspirasi Pemeriksaan: KU: lemah, dehidrasi LD: tumpukan sekret di hipofaring Esofagoskopia: tumor/mukosa tak rata Esofagogram: filling defect/lumen sempit Terapi: Operasi Radiasi Kemoterapi Pasang sonde lambung, pipa Celestin, gastrostomi
Terima Kasih