METODE HARGA POKOK PROSES- LANJUTAN
PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses awal periode berikutnya. Produk dalam proses ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang.
DUA METODE YANG DIGUNAKAN DALAM METODE HARGA POKOK PROSES Metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost methode) Metode masuk pertama, keluar pertama (first in, first out methode) Metode masuk terakhir, keluar pertama (last in, first-out methode)
Contoh mengenai penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi (material costing) PT. X pada awal periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg yang harga pokoknya Rp. 1000 per kg. Dalam periode tersebut terjadi pembelian bahan baku sebanyak 400 kg dengan harga Rp. 1.200 per kg. Jika pada akhir periode ternyata diketahui jumlah bahan baku yang digunakan sebanyak 250 kg, maka penentuan harga pokoknya sebagai berikut :
METODE HARGA POKOK RATA-RATA TERTIMBANG (WEIGHTED AVERAGE COST METHODE) Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya
METODE FIFO (First in-First out Methode) Dalam metode FIFO menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periiode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang. Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
Contoh : PT. Risa Rimendi mempunyai data produksi dan biaya produksi bulan Januari 200X sebagai berikut : Dept. A Dept. B Data produksi Produk dalam proses awal BBB 100%, BK40% 4.000 kg BTK 20%, BOP 60% 6.000 kg Dimasukkan dalam proses ini 40.000 kg Unit yang ditransfer ke Dept. B 35.000 kg Unit yang diterima dari Dept. A 35.000 kg Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg Produk dalam proses akhir BBB 100%, BK70% 9.000 kg BTK 40%, BOP 80% 3.000 kg
Rincian biaya produksi Dept. A Dept. B Harga pokok produk dalam proses awal Harga pokok dari dept. A - Rp. 11.150.000 Biaya Bahan Baku Rp. 1.800.000 - Biaya Tenaga Kerja Rp. 1.200.000 Rp. 1.152.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.920.000 Rp. 1.140.000 Biaya Produksi Biaya Bahan Baku Rp. 20.200.000 - Biaya Tenaga Kerja Rp. 29.775.000 Rp. 37.068.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 37.315.000 Rp. 44.340.000 Penyelesaiannya sebagai berikut :
Tambahan bahan baku mempunyai dua kemungkinan TAMBAHAN BAHAN BAKU DALAM DEPARTEMEN PRODUKSI SETELAH DEPARTEMEN PRODUKSI PERTAMA Tambahan bahan baku mempunyai dua kemungkinan Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut
Produk dalam proses awal BBB 100%,, BTK 20%, BOP 60% 6.000 kg Contoh : PT. OKI SASONGKO memproduksi produknya melalui dua departemen produksi yaitu : departemen A dan B . Bahan baku tidak hanya diproses di Dept. A tetapi Juga ditambahkan di Dept. B. Berikut rincian Data Produksi dan Biaya Produksi pada Dept. B Data Produksi Dept. B Produk dalam proses awal BBB 100%,, BTK 20%, BOP 60% 6.000 kg Unit yang diterima dari Dept. A 35.000 kg Tambahan produk karena tambahan 4.000 kg bahan baku Produk jadi yang ditransfer ke Gudang 38.000 kg Produk dalam proses akhir 7.000 kg BBB 100%, BTK 40%, BOP 80%
DATA BIAYA PRODUKSI Dept. B Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Harga pokok dari Dept. A Rp. 11.150.000 Biaya yang ditambahkan Dept. B Biaya Bahan Baku Rp. 950.000 Biaya Tenaga Kerja Rp. 1.152.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 4.140.000 Harga pokok komulatif persediaan produk Rp. 17.392.000 dalam proses awal Harga pokok yang diterima dari Dept. A bulan ini Rp. 77.019.000 Biaya Produksi Dept. B bulan ini Biaya Bahan Baku Rp. 15.000.000 Biaya Tenaga Kerja Rp. 37.068.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 44.340.000 Jumlah Biaya produksi Dept. B bulan ini Rp. 96. 408.000 Penyelesaiannya sebagai berikut :
TERIMA KASIH
LATIHAN SOAL Dept. A Dept. B Data produksi Produk dalam proses awal BBB 100%, BK50% 5.000 kg BTK 20%, BOP 50% 6.000 kg Dimasukkan dalam proses ini 41.000 kg Unit yang ditransfer ke Dept. B 40.000 kg Unit yang diterima dari Dept. A 40.000 kg Produk jadi yang ditransfer ke gudang 42.000 kg Produk dalam proses akhir BBB 100%, BK60% 6.000 kg BTK 40%, BOP 70% 4.000 kg
Dept. A Dept. B Harga pokok produk dalam proses awal Harga pokok dari dept. A - Rp. 11.150.000 Biaya Bahan Baku Rp. 1.800.000 - Biaya Tenaga Kerja Rp. 1.200.000 Rp. 1.152.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.920.000 Rp. 1.140.000 Biaya Produksi Biaya Bahan Baku Rp. 20.200.000 - Biaya Tenaga Kerja Rp. 29.775.000 Rp. 37.068.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 37.315.000 Rp. 44.340.000