Genre Sastra Indonesia: Cerpen dan Puisi Pertemuan 22 Matakuliah : O0054/Bahasa Indonesia Tahun : 2007 Genre Sastra Indonesia: Cerpen dan Puisi Pertemuan 22
Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa akan dapat Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan bagian ini, mahasiswa akan dapat Mahasiswa dapat membandingkan berbagai genre dalam sastra Indonesia, utamanya cerita pendek dan puisi Bina Nusantara
Pengantar Tema keseharian bisa diolah menjadi suatu karya sastra yang mengusik, menyindir, menertawakan bahkan memberi inspirasi kepada pembaca. Bagian ini membahas dua karya sastra (cerpen dan puisi) yang mengolah peristiwa sehari-hari menjadi bacaan sastra. Bina Nusantara
Cerpen Agus Noor Cerpen Piknik-Agus Noor.doc mengingatkan pembaca pada bencana gempa bumi Mei 2006 di Jogja. Cerpen ini menyentil kesadaran kita. Ternyata bagi sementara orang bencana yang justru bisa dijadikan tontonan. Peristiwa yang kurang lebih sama terjadi di Sidoarjo. Di sana tragedi juga menjadi komoditas pariwisata bencana. Bina Nusantara
Tema Sosial dalam Puisi Sementara dalam Telepon Genggam (buku kumpulan puisi), Joko Pinurbo banyak mendayagunakan kosakata dan kosagaya sehari-hari, serta kuat unsur naratifnya. Pusisinya juga cenderung nakal: humor dan main-mainnya acapkali cerdas dan subservif: aforisma dan permainan logikanya kerap mengejutkan: kilatan pikiran dan imajinasinya sering jahat dan gila tapi lembut makna...(Catatan Sampul Belakang Telepon Genggam) Bina Nusantara
Naik Bus di Jakarta (Joko Pinurbo) Sopirnya sepuluh. Kernetnya sepuluh. Kondekturnya sepuluh. Pengawalnya sepuluh. Perampoknya sepuluh. Penumpangnya satu, kurus, dari tadi tidur melulu; kusut matanya, kerut keningnya seperti gambar peta yang ruwet sekali. Sampai di terminal, kondektur minta ongkos: "Sialan, belum bayar sudah mati!" (Pacar Senja, hal. 118) Bina Nusantara