PENGEMBANGAN DINAMIKA KELOMPOK (LANDASAN TEOLOGIS, FILOSOFIS, PSIKOLOGIS, SOSIOLOGIS DARI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN) Oleh : SETIAWATI, S.Pd., M.Pd. NIS: 4103810415040 AYI ABDURAHMAN, S.Pd.I., M.Pd. NIS: 4103810415062 PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA S3 UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2016
Pendahuluan Latar Belakang Peranan kerja sama (cooperation) sangat penting dalam kohesivitas atau kesatuan mendukung pengembangan dinamika kelompok. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasioanal, Bab I, Pasal 1, ayat 9 dan 10 yang berbunyi: Ayat 9: Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Ayat 10: Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Rumusan Masalah Bagaimana Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Agama dari Kepemimpinan Pendidikan ? Bagaimana Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Filsafat dari Kepemimpinan Pendidikan ? Bagaimana Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Psikologis dari Kepemimpinan Pendidikan ? Bagaimana Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Sosiologi dari Kepemimpinan Pendidikan ?
Tujuan Mengetahui Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Agama dari Kepemimpinan Pendidikan Mengetahui Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Filsafat dari Kepemimpinan Pendidikan Mengetahui Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Psikologis dari Kepemimpinan Pendidikan Mengetahui Pengembangan Dinamika Kelompok Berlandaskan Sosiologi dari Kepemimpinan Pendidikan
Manfaat Manfaat teoritis Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan dinamika kelompok lebih mendalam terutama yang berhubungan dengan kepemimpinan pendidikan yang berlandaskan pada landasan teologis, filosofis, psikologis dan sosiologis. Manfaat praktis Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan pendidikan dalam pengembangan dinamika kelompok, terutama dalam kelompok pada lembaga pendidikan.
Landasan Agama Landasan Teori Secara teologis, agama menganjurkan untuk bersikap lemah lembut, memaafkan, bermusyawarah dalam memutuskan keputusan pada suatu kelompok atau organisasi sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 159.
Musyawarah Dalam Kelompok فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩ Artinya : “Maka disebabkan rahmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali-Imran: 159)
Lanjutan Bentuk musyawarah itu bentuk partisipatif dalam organisasi atau kelompok. Dengan musyawarah merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan pada suatu kelompok atau organisasi.
Landasan Filosofis Secara etimologi, Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan.
Lanjutan Berfilsafat berarti berfikir secara mendalam (radikal) atau dengan sungguh-sungguh sampai keakar-akarnya terhadap suatu kebenaran. Dengan kata lain, berfilsafat berarti mencari kebenaran atas sesuatu.
Lanjutan Secara filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antar manusia, iklim organisasi (kontek organisasi), dan sistem yang dianut. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang intinya mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subjek dan objek.
Lanjutan “Pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa (mind) kita, tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada tingkat kesadaran kita melalui suatu prosesyang disebut intropoeksi. Jadi mengetahui adalah berfikir kembali tentang idea-idea terpendam yang ada di dalam jiwa kita. (Sadulloh, 2003: 27)”.
Lanjutan Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir & ldquo; pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.
Lanjutan John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya.
Landasan Psikologis Menurut Pidarta (2007: 194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah “ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani”.
Lanjutan Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, Psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Lanjutan Psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar.
Landasan Sosiologis Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Dalam dinamika kelompok sosial di masyarakat, selalu terjadi ancaman dari dalam maupun dari luar. Tercapainya keadaaan stabil paling tidak juga tergantung pada faktor kepemimpinan dan ideologi yang dengan berubahnya struktur, mungkin juga mengalami perubahan-perubahan.
Pendekatan Dinamika Kelompok Pendekatan oleh Bales dan Homans Pendekatan ini mendasarkan diri pada konsep adanya aksi, interaksi dan situasi yang ada dalam suatu kelompok. Selanjutnya Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi.
Pendekatan oleh Stogdill Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok yang terorganisisr ialah suatu kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
Pendekatan dari Ahli Fsycho Analysis oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger. Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Sigmund Freud berpendapat di dalam setiap kelompok perlu adanya coheviseness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan psikhe group dan socio group. Psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati anggotanya. Socio group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar. Yennings : pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan socio group disesuaikan dengan psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
Pembahasan Pengembangan Dinamika Kelompok Berdasarkan Landasan Teologis ”Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah oleh kebathilan yang terorganisir” إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِهِۦ صَفّٗا كَأَنَّهُم بُنۡيَٰنٞ مَّرۡصُوصٞ ٤ Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan (kelompok) yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. QS. Saff (64: 4)
Ketertarikan setiap anggota kelompok dipengaruhi: Tingkat rasa suka satu sama lain di antara anggota kelompok. Apabila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi. Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok.
Pengembangan Dinamika Kelompok Berdasarkan Landasan Filosofis Secara filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antar manusia, iklim organisasi (kontek organisasi), dan sistem yang dianut.
Lanjutan Manusia dalam berorganisasi atau kelompok tidak luput dari system yang dibuatnya sendiri. Sistem sangat diperlukan agar cara berpikir, berperasaan, dan bertindak setiap anggota organisasi tidak terkotak-kotak tapi bersifat menyeluruh.
Pengembangan Dinamika Kelompok Berdasarkan Landasan Psikologis Robert F. Bales: dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi / timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok. Misalnya bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu.
Lanjutan Dinamika kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing masing individu sebagai anggota suatu kelompok.
Lanjutan Dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik atau saling pengaruh antar anggota di dalam kehidupan berkelompok.
Pengembangan Dinamika Kelompok Berdasarkan Landasan Sosiologis Dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak sosial) antara anggota kelompok tersebut. Hal ini terdapat pada arah pilihan, sikap, isolasi, dan keakraban antara masing-masing anggota.
Lanjutan Perasaan anggota kelompok yang berhasil akan mempermudah pencapaian tujuan kelompok karena komitmen anggota menguat.
Lanjutan Norma kinerja yang dibangun dalam kelompok mempengaruhi hubungan produktifitas dan kohesivitas. Maka kepemimpinan yang diperankan seorang pemimpin yang baik adalah menjadi figur sentral yang mempersatukan dan mensukseskan kelompok (sekolah).
Lanjutan Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan strategi bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Lanjutan Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial. Pengembangan dinamika kelompok dari kepemimpinan pendidikan sangat tergantung pada pemimpin yang memiliki kemampuan yang baik.
Penutup Kesimpulan Umum Pengembangan dinamika kelompok merupakan keniscayaan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pengembangan dinamika kelompok akan disertai dengan adanya peranan kepemimpinan.
Kesimpulan Khusus Nilai agama akan menjadi dasar yang baik dalam interaksi sesama anggota sehingga kesatuan dalam kelompok akan menjadi lebih saling menghargai dan akan lahir kesatuan dalam arti produktif dan bermanfaat.
Lanjutan Secara filosifis, bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan organisasi atau kelompok untuk melakukan kegiatannya dalam meraih tujuan, dan dengan adanya kelompok akan ada sistem yang mengatur sehingga cara berpikir, berperasaan dan bertindak setiap anggota kelompok tidak terkotak-kotak tetapi bersifat menyeluruh.
Lanjutan Pengembangan dinamika kelompok berlandaskan psikologis dari kepemimpinan pendidikan menitik beratkan pada masalah kejiwaan yang terjadi atau timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok. Pengembangan dinamika kelompok berlandaskan sosiologis dari kepemimpinan pendidikan. Suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak sosial) antara anggota kelompok. Hal ini terdapat pada arah pilihan, sikap, isolasi dan keakraban antara masing-masing anggota.
Rekomendasi Pengembangan dinamika kelompok merupakan inti dari kepemimpinan pendidikan. Oleh karena itu, pemimpin pendidikan dalam dinamika kelompok disarankan melandasinya dengan landasan teologis, filosofis, psikologis dan sosiologis. Dan dalam menyelesaikan masalah kelompok dilakukan secara musyawarah dengan melibatkan bawahan.
Lanjutan 2. Kepemimpinan pendidikan sangat ideal apabila menjalankan gaya kepemimpinan seiring dengan semangat musyawarah dalam kelompok sehingga dinamika kelompok menjadi berkembang dengan suasana yang menyenangkan tetapi produktif dan bermanfaat.
Terimakasih ….. Thankyou Haturnuhun Terimakasih ….. Thankyou Wassalam