Kursus Pemandu Kitab Suci oleh Rm. Vitus Rubianto, s.x. DAN TRANSFORMASI HIDUP Kursus Pemandu Kitab Suci oleh Rm. Vitus Rubianto, s.x.
PERLU BERUBAH DENGAN PEMBARUAN MENTALITAS Kursus bukan dimaksudkan sebagai pembekalan yang sifatnya informatif semata-mata (untuk kepentingan sendiri), melainkan untuk persiapan yang sifatnya transformatif, bagi para pemandu yang mau mendengar Sabda dan berubah, pertama-tama dari dirinya sendiri, sebelum dapat menjadi kabar gembira bagi orang lain.
Bukan soal isinya… …melainkan caranya!
Bagaimana Ahli Taurat itu membaca Kitab Suci? (Luk 10:25-28)
SOAL APA DAN BAGAIMANA Luk 10:25-26 25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang (seharusnya: bagaimana) kaubaca di sana?"
SOAL TEORI DAN PRAKTEK Luk 10:27-28 27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
Pendekatan kita kepada Kitab Suci pada umumnya terlalu akademik.
KURSUS-KURSUS KITAB SUCI Cara pembelajarannya lebih mirip “mengisi botol kosong”: Orang datang untuk pembekalan dengan maksud “men-cas batere”, akan tetapi tidak pernah akan mampu memahami Kitab Suci, karena pertama-tama kita sendiri tidak mau berubah, atau tidak mau belajar untuk berubah dari cara berpikir lama.
Bukan apa artinya satu teks Kitab Suci, PERTANYAAN YANG BENAR Bukan apa artinya satu teks Kitab Suci, melainkan mengapa pesan teks yang saya pahami itu tidak berarti bagi umat yang hidup dewasa ini?
BACALAH LUKAS 1:39-44 39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguh-nya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
MANAKAH PERTANYAAN YANG LEBIH MENYAPA PENGALAMAN KEIBUAN?
PERLUNYA PEMBATINAN Kisah-kisah Kitab Suci sudah sering kita dengar dan sudah kita pahami, tetapi tidak kita internalisasikan (tidak kita batinkan). Seluruh tubuh kita sesungguhnya adalah alat kesadaran dan karena itu perlu dilibatkan dalam perjuangan kita untuk menangkap inspirasi yang Tuhan berikan melalui pembacaan Kitab Suci.
Seperti kisah penyembuhan seorang yang terbaring di tilam karena lumpuh (lihat Mrk 2:1-12)
dalam pembacaan dan pemahaman KS. Ada suatu “kelumpuhan” juga dalam diri kita yang menghalangi kita untuk bangkit, tetapi tidak selalu kita sadari pada waktu kita membaca Kitab Suci, karena kita masih kurang memanfaatkan imajinasi dan perasaan-perasaan kita dalam pembacaan dan pemahaman KS.
KUNCINYA PADA FISIOLOGI OTAK Roger W. Sperry, seorang ahli bedah kenamaan, dalam salah satu operasinya pada tahun 1961, menemukan perbedaan fungsi kedua belahan otak (hemisfer) yang dihubungkan oleh satu jaringan serat-serat yang disebut corpus callosum. Belahan otak kiri mendominasi bagian sebelah kanan dari tubuh kita, dan belahan otak kanan yang biasanya mendominasi bagian tubuh sebelah kiri.
Belahan kiri otak mengontrol koordinasi gerakan bagian tubuh sebelah kanan, menguasai hubungan-hubungan waktu dan sebab akibat, memilah-milah dan menganalisis secara logis, menentukan cara berbicara dan berpidato seseorang, membantu memberi nama, mendefinisikan, merumuskan sesuatu secara runtut dan teratur.
Belahan kanan otak mengontrol gerakan bagian tubuh sebelah kiri, biasanya menentukan relasi yang lebih spasial, berkaitan dengan ruang dan tempat, tingkah laku dan gerak-gerik, membantu melihat hal secara keseluruhan, memahami artinya dalam konteks lebih luas…
Belahan kanan otak membantu menciptakan kombinasi kreatif dari berbagai ide yang tampaknya tidak berhubungan, mencermati warna, bentuk dan ukuran, menjadi pusat aktif dalam bermeditasi, bermimpi, berimajinasi, serta membantu mengenali pola-pola visual dan intonasi musik (meskipun bukan ahlinya).
MENGUJI FUNGSI DOMINAN OTAK KANAN DAN OTAK KIRI
Dominan fungsi otak kiri melihat gerakan berlawanan arah jarum jam, KEMANA ARAH GERAKAN PENARI INI? SEARAH ATAU BERLAWANAN ARAH DENGAN JARUM JAM? Dominan fungsi otak kiri melihat gerakan berlawanan arah jarum jam, sebaliknya yang fungsi otak kanannya lebih dominan…
CARA PIKIR A LA JANUS Albert Rothenberg, seorang ahli dalam penelitian otak, pernah mengusulkan bahwa kita perlu mengembangkan “cara pikir Janusian”. Janus adalah nama seorang dewa romawi yang mempunyai dua wajah sehingga mampu memahami sesuatu dari dua sudut pandang sekaligus.
KREATIVITAS DAN KEJENIUSAN Seorang jenius yang kreatif mampu mengintegrasikan dalam satu keseluruhan hal-hal yang tidak beraturan, bahkan saling berlawanan. Esensi dari kreatifitas mengandaikan sintesis dari fungsi belahan otak kiri dan kanan.
Kemampuan untuk mengamati dan memanfaatkan sekaligus dua atau lebih gagasan yang saling berlawanan sesungguhnya merupakan sumber kreatifitas.
KEMBALI KE PERTANYAAN AHLI TAURAT Lukas 10:25-37 "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Pertanyaan Ahli Taurat kepada Yesus Dan siapakah sesamaku manusia? … Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? Orang Samaria yang murah hati
BUKAN HANYA MELIBATKAN TETAPI JUGA MENGUBAH UMAT? Melibatkan orang secara total untuk ikut merasakan bagaimana teks Kitab Suci berbicara secara pribadi bukan berarti melawan akal budi atau melawan Gereja.
BUKAN HANYA KEPALA, TETAPI JUGA HATI Orang Katolik biasanya takut salah menafsirkan teks Kitab Suci. Namun Sabda Tuhan itu benar justru jika kebenaran itu tidak hanya tinggal di kepala saja, melainkan turun ke hati. Kita membutuhkan suatu pendekatan yang mampu melibatkan seluruh diri kita dalam pembacaan teks Kitab Suci sehingga Sabda Tuhan itu mengubah cara kita berpikir dan bertindak. Kita harus menemukan satu cara pembacaan teks Kitab Suci yang tidak hanya menggunakan pikiran tetapi juga melibatkan perasaan-perasaan kita.
MASUK KE DALAM PROSES TRANSFORMATIFNYA Teori tentang otak kanan dan otak kiri membantu kita untuk memahami perlunya satu perjumpaan yang total, yang membantu pemandu untuk memahami bahwa teks Kitab Suci tidak hanya dimaksudkan untuk melibatkan umat, tetapi juga mengajak mereka masuk dalam proses transformatifnya. Kebenaran pesan teks Kitab Suci terletak pada efektifnya pertobatan yang diharapkan terjadi, pada bagaimana umat kita “tersentuh” dan “diubah” dengan perjumpaan itu.