Politik Hegemoni Pariwisata: Globalisasi vs. Lokalisasi Kelompok 6 Fidel M. P. Simanjuntak Agnes Intan Puspadewi Annisa Nur Rahmatika Muhammad Ikhwan Anas Ellysa Zulfa Qonita Widyashri Dian M Ade Shofian Ali Politik Hegemoni Pariwisata: Globalisasi vs. Lokalisasi
Pengantar Globalisasi Hegemoni Interdependensi
Inbound Tourism di Jepang Stagnansi ekonomi mendorong Jepang untuk mengembangkan inbound tourism. Inbound Tourism di Jepang baru dikembangkan secara serius pada tahun 1990an. Sebelumnya Jepang sangat outbound-oriented dan domestically oriented.
Cont’d Inbound Tourism di Jepang masih mengalami beberapa permasalahan. Persoalan kultural dan sosial: Nihonjinron xenophobia, ethnocentrism, diskriminasi. Solusi pemahaman cross-cultural dan penerimaan sangat penting.
Cont’d 2. Persoalan lainnya: Pertama, letak yang jauh serta transportasi yang mahal bagi target potensial inbound tourism Jepang yaitu Eropa. Kedua, persepsi akan tingginya harga-harga di Jepang. Ketiga, perlunya perhatian pada marketing dan strategi pariwisata persoalan budget dan SDM. Budget promosi pariwisata Jepang dapat dikatakan sangat kecil yaitu 440 juta yen pada tahun 2002, bandingkan dengan Prancis yang sebesar 5940 juta yen pada tahun 2000 atau Kanada yang mencapai 9870 juta yen pada tahun 2001. Pada FY2016, Jepang mempersiapkan budget 20 milyar yen untuk Japan Tourism Agency dengan target 30 juta wisatawan mancanegara per tahun. Keempat, pengaruh globalisasi.
MTV EMA Edinburg03 MTV EMA berpotensi menarik audiens global sekira satu miliar orang dan diharapkan dapat mempromosikan pariwisata Edinburg, Skotlandia. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya kurang melibatkan peran lokal.
Cont’d: New Realism Kota diperkenalkan sebagai sebuah lingkungan yang dinamis untuk tinggal, bekerja, serta mencari hiburan. Kota yang memiliki imej buruk maupun yang memperoleh sedikit sorotan tidak akan dipertimbangkan dalam kompetisi itu. Edinburg03 diharapkan mampu memberikan exposure besar. Tidak hanya secara imej global, namun juga pemberdayaan masyarakat lokal di gelaran internasional
Cont’d Kegagalan MTV EMA: Sponsor dan masyarakat lokal tidak mendapat jumlah tiket yang memadai. Penyelenggara lokal tidak diuntungkan sebab tidak banyak dilibatkan. Penyelenggaraan masih memprioritaskan sponsor internasional.
Cont’d: Hegemoni dalam Pariwisata Konflik elite lokal vs penduduk mengenai pemilihan simbol utama identitas budaya indikator buruknya keterbukaan Edinburg03. Tensi yang lebih tinggi: MTV vs penyelenggara lokal. Penyelenggara lokal dan representatif MTV tidak mampu menentukan hasil akhir apa yang diharapkan.
Globalisasi, Hegemoni, dan Interdependensi dalam Pariwisata Menggunakan kerangka teori untuk menjelaskan fenomena pariwisata di era global memahami bagaimana globalisasi bekerja dengan hubungan hierarkhis aktor global yang juga menjadi sebuah hegemon dan aktor lokal.
Cont’d Hegemoni instrumen yang digunakan oleh aktor yang mendominasi untuk melakukan persuasi terhadap aktor lain dalam praktik sistem politik dan sosio ekonomi. Ex: Eksisnya kesenjangan antara negara-negara maju dengan negara-negara berkembang Edinburg03
3 Kerangka kerja Hegemoni dalam Pariwisata Kacamata kultural hegemoni dari negara-negara maju menyebarkan adanya kultur baru dalam masyarakat (Davos Culture Lifestyle) Kacamata politik melalui usaha mempeengaruhi kebijakan di organisasi internasional dengan outcome adanya kebijakan yang sesuai dengan keinginan negara maju. Ekonomi melihat pariwisata dari perspektif pemilik modal/bisnis, yang kemudian mendorong adanya tourism supply
Globalisasi vs Lokalisasi Ketidakselarasan antara tuntutan globalisasi dengan realita kultur yang ada dalam masyarakat. Clash antara adanya nilai globalisasi dengan keinginan untuk memperkenalkan local wisdom globalisasi mematikan sektor pariwisata lokal
Interdependensi Lokal dan Global Saling ketergantungan antarnegara yang mengarah pada kerjasama. Meningkatnya peran aktor transnasional Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization), interdependensi antarnegara di bidang pariwisata ditunjang oleh 8 faktor utama. Besarnya interdependensi pariwisata terlihat dari data World Tourism Organization pada tahun 2000, dimana 698 juta orang melakukan perjalanan ke luar negeri dan menghabiskan lebih dari 478 juta US dollar. Interdependensi di sektor pariwisata terjadi akibat meningkatnya interaksi antarnegara di era globalisasi.
Cont’d Dampak positif dari interdependensi pariwisata antarnegara bagi negara tuan rumah antara lain: 1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata 2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik 3. Negara penerima turis juga mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange). 4. Mendorong masyarakat negara penerima turis untuk berwirausaha di bidang yang berkaitan dengan pelayanan pariwisata.
Cont’d Dampak negatif interdependensi negara di bidang pariwisata: 1. Daerah tujuan wisata sangat menggantungkan pendapatan atau kegiatan ekonominya pada sektor pariwisata. 2. meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah. 3. meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor barang-barang yang di perlukan dalam pariwisatasehingga produksi lokal tidak terserap. 4. Pariwisata bersifat musiman, tidak dapat di prediksikan dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya. 5. Negara tujuan wisata juga harus menanggung timbulnya biaya-biaya tersembunyi (hidden cost).
Cont’d Permasalahan yang timbul akibat interdependensi antarnegara di sektor pariwisata adalah seringkali keuntungan yang didapatkan negara maju jauh lebih besar dibandingkan negara berkembang.
Studi Kasus: Pariwisata Indonesia di era AEC Dengan adanya globalisasi dan AEC, pariwisata Indonesia memiliki peluang besar untuk berkembang hingga ke level global. Namun, dalam berbagai bidang, Indonesia belum cukup kompetitif.
Terimakasih!