PENDEKATAN KONTINGENSI PERTEMUAN KE 6 KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
PENDEKATAN SIFAT DAN PERILAKU Kepemimpinan hanya difokuskan pada sisi pemimpin, bagaimana karakteristik pemimpin & bagaimana perilaku pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinannya. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
PENDEKATAN KONTINGENSI Keyakinan dasar pendekatan kontigensi adalah perilaku pemimpin yang efektif pada situasi tertentu belum tentu efektif dalam situasi lainnya. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
MODEL KONTIGENSI FIEDLER FIEDLER cs mencari hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi organisasional. Pokok t. Fiedler berfokus pada apakah seorang pemimpin menekankan pada gaya orientasi hubungan atau tugas. Untuk menentukan apakah seorang pemimpin berorientasi pada tugas atau hubungan. Jika orientasi hubungan, pemimpin menekankan pada terciptanya kepercayaan & penghormatan timbal balik, mendengar kebutuhan bawahan & komunikasi 2 arah. Jika orientasi tugas, pemimpin menekankan pada penyelesaian tugas dan prestasi tinggi dari bawahan. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
TIGA ELEMEN KUNCI DARI SITUASI YANG DIHADAPI PEMIMPIN ADALAH : Kualitas hubungan pemimpin - bawahan Struktur tugas, yaitu apakah tugas yang dikerjakan bawahan terdefinisi, melibatkan prosedur yang spesifik, jelas, mempunyai tujuan pasti Kedudukan kekuasaan, berhubungan dengan apakah pemimpin memiliki wewenang formal yang kuat pada bawahan. Dari 3 situasi di atas menghasilkan 8 situasi kepemimpinan, yang dibedakan menjadi situasi yang favorable dan non favorable, seperti berikut : KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
KLASIFIKASI SITUASI YG FAVORABLE Situasi sangat favorable menengah menengah sangat unfavorable Hub.Pe- mimpin baik baik baik baik jelek jelek jelek jelek Bawahan Struktur Tugas tinggi rendah tinggi rendah Kedudukan Kekuasaan kuat lemah kuat lmh kuat lmh kuat lemah Pemimpin SITUASI I II III IV V VI VII VIII KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
MENURUT FIEDLER MEMBANDINGKAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN SITUASI YANG DIHADAPI PEMIMPIN MENGHASILKAN 2 KESIMPULAN, YAITU : Pemimpin dengan gaya berorientasi tugas lebih efektif ketika situasi yang dihadapi sangat favorable atau unfavorable Pemimpin dengan gaya berorientasi hubungan akan efektif jika situasi yang dihadapi menengah. Menurut FIEDLER, pemimpin harus memahami 2 konsep pokok dari teorinya, yaitu : Pemimpin harus memahami orientasi seperti apa yang sedang diperankannya dan Pemimpin harus mendiagnosa situasi dan menentukan gaya yang sesuai dengan situasinya KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
DARI HARSEY & BLANCHARD TEORI SITUASIONAL DARI HARSEY & BLANCHARD Teori ini berfokus pada karakteristik kematangan bawahan sebagai kunci pokok situasi yang menentukan keefektifan perilaku pemimpin Terdapat 4 gaya kepemimpinan situasional yang penting, yaitu : Gaya memberitahu (telling) Mempromosikan (selling) Berpartisipasi (partisipating) Mendelegasikan (delegating) KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
4. GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL @ Gaya memberitahu, Ditandai dengan komunikasi satu arah, bersifat instruksi yang mengarahkan bawahan, secara ketat dalam menyelesaikan tugas. @ Gaya mempromosikan, Ditandai dengan komunikasi dua arah dari pemimpin, walaupun masih memberikan pengarahan, tetapi pemimpin masih meminta masukan dari bawahan sebelum mengambil keputusan. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
4. GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL @ Gaya berpartisipasi, ditandai dengan kerjasama antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan melalui komunikasi 2 arah dan memberikan kemudahan akses informasi penting @ Gaya mendelegasikan, ditandai dengan kebebasan dan pendelegasian tugas serta wewenang yang luas kepada bawahan. Pemimpin hanya memberikan sedikit pengarahan dan pengawasan, karena bawahan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan efisien. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
S3 S2 S4 S1 R4 ORIENTASI HUBUNGAN ORIENTASI PADA TUGAS TINGGI ORIENTASI HUBUNGAN S3 S2 S4 S1 RENDAH TINGGI ORIENTASI PADA TUGAS KESIAPAN BAWAHAN TINGGI MENENGAH RENDAH R4 R3 R2 R1 R1= TDK MAMPU & TDK MAU R4= MAMPU & MAU R3= MAMPU TAPI TDK MAU R2= TDK MAMPU TAPI MAU KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
TEORI PATH GOAL Teori ini menekankan tanggung jawab pemimpin untuk meningkatkan motivasi karyawan agar tujuan personal dan organisasional tercapai. Pemimpin meningkatkan motivasi bawahan dengan cara : Mengklarifikasikan jalan menuju reward yang tersedia, atau Meningkatkan reward yang diinginkan & diharapkan bawahan. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
TEORI PATH GOAL Klarifikasi jalan, artinya pemimpin bekerja dengan bawahan utk menolong mereka mengidentifikasi dan belajar tentang perilaku apa saja yang membawa penyelesaian tugas yang efektif serta mencapai reward organisasi. Meningkatkan reward, artinya pemimpin berbicara kepada bawahan untuk belajar memahami hadiah seperti apa yang diinginkan bawahan, apakah mereka menginginkan hadiah intrinsik atau lebih menginginkan hadiah ekstrinsik, seperti gaji dan promosi. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
TEORI PATH GOAL MEMBERIKAN 4 KLASIFIKASI PERILAKU KEPEMIMPINAN, SBB : Kepemimpinan suportif, digambarkan sebagai pemimpin yang menunjukkan perhatian besar pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuihan bawahan. 2. Kepemimpinan direktif, digambarkan sebagai pemimpin yang menunjukkan dominasi dalam mengarahkan, mengawasi & mengatur bawahan, 3. Kepemimpinan partisipatif, digambarkan sebagai pemimpin yang lebih banyak mengkonsultasikan dan mendiskusikan masalah dengan bawahan sebelum mengambil keputusan. 4. Kepemimpinan orientasi berprestasi, digambarkan sebagai pemimpin yang menetapkan tujuan yang jelas & mempunyai tantangan besar untuk bawahan. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
PRINSIP PENERAPAN TEORI PATH GOAL : Pemimpin harus memahami kebutuhan bawahannya dan berusaha merangsang bawahan mencapai kebutuhan tersebut melalui reward yang tersedia. Pemimpin berusaha meningkatkan hadiah bagi bawahannya ketika berhasil mencapai tujuan kerjanya. Pemimpin berusaha menyediakan jalur/jalan yang mudah bagi bawahan untuk mencapai tujuannya dengan memberikan bimbingan dan pengarahan maksimal. ……. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI
PRINSIP PENERAPAN TEORI PATH GOAL : 4. Pemimpin harus menolong bawahan mengklarifikasikan harapannya, agar bawahan tidak mempunyai harapan yang terlalu tinggi. Pemimpin harus berusaha mengurangi hambatan yang menimbulkan frustasi bagi proses pencapaian tujuan kinerja bawahan. 6. Pemimpin harus berusaha meningkatkan kesempatan pada bawahan untuk merasakan kepuasan pribadi melalui pencapaian kinerja yang efektif. KEPEMIMPINAN TITIN HARTINI