Tangkal Autis Lewat Terapi Makanan Gejala autis bagi anak-anak merupakan suatu hal yang masih tabu untuk sebagian orang tua atau bahkan menakutkan. Namun gejala autis dapat ditangani dengan terapi melalui makanan. Makanan yang disajikan tentu saja terdiri atas bahan-bahan yang bebas dari zat-zat pemicu autisme. Terapi terhadap gangguan autisme dilakukan secara komprehensif yaitu terapi biomedikal. Anak yang menderita autisme biasanya alergi terhadap makanan. Pengaturan makanan dengan benar akan dapat membantu menurunkan gangguan autis. Pada umumnya anak autis menderita alergi terhadap beberapa jenis makanan seperti udang, ikan, gandum, telur, dan masih banyak lagi. Apabila anak alergi terhadap makanan tertentu maka pemberian terhadap makanan tersebut dihindari namun bukan berarti harus dihentikan karena seiring bertambahnya usia anak, pemberian makanan tersebut dapat dimulai lagi secara bertahap. Makanan yang berpotensi menghasilkan zat-zat pemicu autisme antara lain makanan yang mengandung gluten dan kasein. Gluten merupakan protein yang terdapat dalam tepung terigu, oat/gandum, dan barley. Sedangkan kasein terkandung dalam susu dan berbagai hasil olahannya yaitu keju dan yoghurt. Gluten dan kasein dapat dihindari dengan memberikan nasi, tepung singkong, susu kedelai, buah-buahan, serta sayuran. Selain itu zat penyedap dan pewarna makanan juga perlu dihindari dalam penyajian makanan. Pengaturan makan pada anak perlu dilakukan antara lain dengan memberikan makanan yang mengandung gizi seimbang kepada anak seperti sayuran dan buah dengan tujuan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Apabila memasak pilihlah minyak yang sehat seperti minyak sayur, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, maupun minyak kedelai. Selain itu juga perlu menghindari beberapa makanan seperti junk food dan gula terutama pada anak yang hiperaktif dan menderita infeksi jamur. Gula dapat diganti dengan fruktosa (semisal madu) karena penyerapannya lebih lambat dari gula.