Kuliah 6 Editorial dan Penyuntingan Berita Framing dan Editorial Kuliah 6 Editorial dan Penyuntingan Berita
Framing… Pembangunan konstruksi realitas pada masing-masing media berbeda, meskipun realitas faktanya sama. Pengonstruksian fakta tergantung pada kebijakan redaksional yang dilandasi politik media. Framing merupakan salah satu cara yang dipakai atau digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah realitas adalah dengan framing. Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas yang tergambar dalam teks komunikasi dengan tujuan aspek tersebut dapat menjadi lebih noticeable, meaningfull dan memorable bagi khalayak.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Framing: seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan (Robert N. Entman) Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.
Framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.
Pada prakteknya framing memastikan adanya prioritas isu tertentu dengan menghilangkan isu yang lain. Penonjolan ini dapat dilacak dari strategi media dalam penempatan berita, pengulangan, pemakaian gambar dan grafis, dan labelisasi. Pola penonjolan semacam itu dipandang bukan hanya sebagai bias media, namun lebih menukik pada level idiologis media menyajikan wacana. Proses framing menuntut kompleksitas prespektif multidispliner untuk menganalisis fenomena dan aktivitas komunikasi. Paktek analisis memungkinkan disertakannya konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalis fenomena-fenoma komunikasi sehingga suatu fenomena dapat benar-benar dipahami dan diapresiasi berdasarkan konteks sosiologis, politis atau kultural yang melingkupinya. Dalam konteks ini, teori kritis memberi arahan lapangan kerja (fieldwork direction) guna memberi fokus pada kerangka proses framing itu sendiri.
Teknik Framing Seorang wartawan dengan keterbatasannya tidak mungkin mampu mem-framing seluruh bagian berita. Hanya bagian-bagian tertentu saja yang dapat diframing namun bagian ini merupakan bagian penting dalam sebuah berita. Menurut Entman, framing dalam berita mempunyai empat fungsi: Mendefinisikan masalah—menetapkan apa yang dilakukan agen kausal ( baca : pihak media), dengan biaya dan keuntungan apa, biasanya pengukuran melalui nilai-nilai budaya bersama. Mendiagnosis penyebab---mengidentifikasi kekuatan yang menciptakan masalah. Melakukan penilaian moral---mengevaluasi agen-agen kausal beserta dampak-dampak yang diakibatkannya. Menyarankan perbaikan---menawarkan dan memberikan pembenaran terhadap penanganan masalah, serta memprediksi kemungkinan akibatnya.
4 pola umum teknik framing Cognitive dissonance,: ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku. Seorang wartawan dalam memberitakan kasus pemerkosaan dengan berempati pada korban, maka ia tidak dapat serta merta menunjukkan bentuk simpatinya tersebut. Ia masih harus tunduk pada aturan jurnaliastik dan menjunjung kaidah tersebut. Empati: menempatkan diri dalam pribadi khayal dalam diri khalayak, sementara khalayak ditarik dalam posisi dan kondisi subjek pemberitaan yang dimaksud. Assosiasi: menggabungkan kondisi, kebijakan aktual dengan fokus berita. Hal ini guna memancing kesadaran khalayak untuk ikut turut serta melakukan perubahan sebagaimana yang diinginkan oleh wartawan. Berita ditutup dengan teknik packing: khalayak diarahkan untuk menerima kebenaran tanpa syarat, sebab mereka tidak berdaya untuk membantah kebenaran yang direkonstruksikan dalam berita.
Tiga proses framing dalam organisasi media. Proses pemberitaan dalam organisasi media akan sangat mempengaruhi frame berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tsb. Tiga proses framing dalam organisasi media. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah- istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama- sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media, menimbulkan efek framing: Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.